Vierra membuka pintu besar itu perlahan yang diikuti oleh abangnya yang hanya sedari tadi heran melihat aura gadis itu. Vierra masuk tanpa menoleh kearah manpaun, ia hanya menatap depan untuk menaiki tangga. Tetapi langkahnya pada anak tangga yang ia pijak pertama terhenti. "Hi MD." Suara yang memanggilnya terdengar familiar diteliganya, ia memicingkan matanya serta pendengarannya dan berbalik menatap lalu mencari ketempat sumber suara.
Matanya melirik kearah ruang tamu dan terlihat seorang laki-laki memakai jaket kulit dengan celana levis dan tidak lupa sepatu hitam. Wajahnya tegas dan kulitnya sawo matang menambah kesan rupawan padanya.
Laki-laki yang berdiri diujung area ruang tamu itu memberikan senyum lebar dan rentangan ia berikan sebagai sambutan kepada Vierra yang masih menilik jelas laki-laki yang tidak jauh dari pandangannya. Setelah penglihatan Vierra dengan jelas laki-laki didepannya, pelolotan mata dan sunggingan senyum lebar ia berikan pada laki-laki itu dan langsung berhambur kepelukan pemuda itu.
"Gio!" Seru Vierra yang sudah melekat pada rengkuhan pemuda itu.
"Cie, sekarang happy lagi!" Seru Sena tiba-tiba melihat kelakuan adiknya. Vierra mendelik kesal mendengar ejekan abangnya. Gio hanya tersenyum sambil merengkuh Vierra. Sena langsung menaiki tangga, takut akan disemprot oleh adiknya.
Pelukan mereka sudah terlepas dan berlalu keperkarangan rumah. Mereka duduk dikursi taman dan ingin menuntaskan rindu pada mereka berdua. Suasana sore akan datang dan keceriaan diwajah Vierra sudah bisa diperbaiki.
"Lo kapan pulang?" Tanya Vierra melihat Gio yang masih mengulas senyum diwajahnya.
"Jangan nanya deh kenapa gue pulang, itu artinya gue kangen banget sama lo. Lo sih cepet banget pulangnya," Vierra terkekeh ringan mendengar penuturan Gio.
"Masa! Lo kangen gue kerjain? Seharusnya lo seneng dong. Itu berarti gue gk akan ngerusak kencan lo!"
"Ye, pacar gue kan disini." Ungkapnya terkekeh dan membuat wanita didepannya juga mengikutinya.
"Masih aja candaan lo,"
"Biarin!, itu beruntungnya punya sahabat cantik." Jitakan pada empu Gio terasa nyeri setelah Vierra mendengar ucapan Gio.
"Lo kira gue apaan!" Ucapnya marah tapi dia tau kalau gio hanya ingin bercanda dengannya.
"Ya pacar lo lah!" Seru Gio ngotot.
"Mau gue toyor lagi?" Sarkasnya dengan genggaman dijari ingin menonjok pemuda itu dengan bogem mentahnya.
"Ck! Udah turunin, Gue takut," Mereka berdua pun terkekeh dan senang dengan pertemuan rindunya ini. Rasanya, perasaan Vierra sedikit terobati dengan banyak masalah yang dihadapi sekarang.
Mereka berdua masih tertawa dengan bercandaan yang dibuat sampai tidak tersadar dengan tatapan datar laki-laki yang sedari tadi melihatnya. Yup, Hasta sekarang berada dibalik gerbang dengan tujuan memasuki rumah itu.
Tatapan acuh akhirnya Hasta berikan pada mereka berdua yang masih dengan dunianya. Tetapi, sedikit direlung hatinya sedikit kesal dengan melihat mereka yang terlarut bahagia. Lalu, penjaga gerbang akhirnya membukakan pintu pada Hasta yang masih bertahan dikemudi motornya.
"Mas, anda mas Hasta kan?" Ucapan penjaga itu hanya diangguki oleh Hasta tanpa menjawab.
"Mari masuk mas," Gerbang lansung dibuka dan Hasta melajukan motornya ke area rumah itu. ia seperti membawa keresek putih dan terlihat beberapa mangga yang berkulit hijau. Ia lalu memakirkan motor vespanya dihalaman depan.
Disisi lain, kedua orang yang sedari tadi bercanda riang akhirnya tersadar akan kedatangan seseorang. Vierra memicingkan matanya melihat dengan jelas laki-laki yang membawa kresek itu. sampai akhirnya ia mengenali bahwa pemuda itu adalah Hasta. Vierra lalu berdiri berjalan kearah Hasta.
"Ra, dia siapa?" tanya Gio heran. Pertanyaan Gio tidak dijawab oleh Vierra dan hanya melangkah menuju pemuda itu. akhirnya Gio yang tidak mendapat jawaban hanya mengikuti Vierra dari belakang.
"Ta?" Sapa Vierra lirih. Hasta menengok melirik Vierra dan hanya menampilkan wajah datar yang biasa ia berikan pada gadis itu.
"Ta, kamu ngapain kesini?" Imbuhnya lagi.
"Gue Cuma mau mau ngasih ini kebokap lo, ini dari ayah gue." Jawab Hasta sambil menunjukan keresek yang dipenuhi buah mangga tersebut. Anggukan mengerti Vierra lakukan.
"Nih, gue harus pulang." Ujarnya dengan langsung menyodorkan keresek itu pada Vierra. Vierra mengambilnya dan Hasta mulai berbalik serta melangkah pergi.
"Ta," Panggilan itu membuat langkah Hasta terhenti dan melengoskan lagi wajahnya kearah Hasta. "Kamu gk mau ketemu sama papa dulu?"
"Nggk, gue ada urusan. Salam aja dari ayah gue ke Papa lo." Anggukan kepala tanda mengerti hanya bisa Vierra lakukan. Dia sedikit akward dengan keadaan seperti ini.
Hasta lalu melanjutkan langkahnya, "Ta," tapi lagi-lagi panggilan gadis itu membuatnya terhenti. Ia kembali memutar kepalnya memandang Vierra. Vierra melangkah menuju Hasta untuk mendekat dan diikuti Gio yang masih bingung dengan situasi seperti ini, dan hanya bisa terdiam.
"Ta kenalin, dia sahabat aku Gio," Ucapnya memperkenalkan Gio yang berada disamping kirinya dan sedikit terasa canggung.
"Gue Gio, sahabatnya Vierra." Gio berucap akhirnya memperkenalkan diri. Hasta hanya mengangguk datar.
"Gue Hasta," Ucap Hasta. "Yaudah, gue pulang." Hasta berbalik dan meninggalkan mereka berdua. Perasaan Hasta sekarang tidak menentu dengan apa yang dirasakan, hanya saja melihat Vierra dan pemuda lain membuatnya sedikit tidak suka. Hasta menghampiri motornya lalu menaiki untuk langsung berlalu.
Diperasaan lain, Vierra takut kalau saja Hasta memikirkan yang tidak tidak tentang dirinya dan Gio. Tetapi, apakah perasaan itu bisa dialami oleh Hasta yang jelas-jelas tidak memandangnya.
"Ra, kamu kenapa?" ujar Gio yang tiba-tiba melamun melihat kepergian pemuda itu.
"Gk kok, yaudah, ayo kita masuk." Mereka masuk dengan membawa kresek yang diberikan oleh Hasta.
"Ra, aku harus pulang. Takut mama nungguin, dan besok gue kesini lagi!" Ucapannya membuat mata Vierra berdelik memandang Gio.
"Emang lo belum ketemu sama Tante Mita? Astaga! Berarti lo nyamperin gue duluan!? Astaga Gio!" Gio menatap Vierra dengan cengiran. Memang benar kalau Gio mendatangi Vierra setelah mendarat di Negara ini. dia sangat merindukan gadis didepannya itu.
"Cepat deh sana! Pasti tante Mita khawatir sama lo!" Sarkas Vierra. Gio tersenyum melihat Vierra yang kesal dengannya.
"Yaudah aku pulang, salam sama tante, Om dan Bang Sena ya. Bye miss universe," Kecupan singkat Gio berikan kepada Vierra membuat gadis itu langsung mengeryit ingin memukul Gio, tetapi larian cepat Gio lakukan karna sudah tahu apa yang setelahnya akan diperbuat gadis itu kepadanya.
***
"Pah, ini mangga dikasi tadi sama Hasta. Katanya dari Om Putra, salam dari Om Putra juga."
"Kenapa Hasta gak masuk? Dan Gio mana?" Ucapnya masih menilik anaknya.
"Hasta tadi katanya ada urusan dan Gio udah pulang, besok kesini lagi. Oyapa, Papa kenapa minta mangga sama Om Putra? Kenapa gk beli aja?" Wajah ayahnya memunculkan lipatan dikeningnya dan picingan mata bingung.
"Sebenarnya Papa cuma nyuruh Om Putra untuk minta Hasta buat nemenin kamu jalan-jalan. Tapi, Papa gk tau kalau Hasta akan bawa mangga dan pergi gitu aja." Ucapan pak Husein berhasil membuat wanita itu cengo kebingungan dengan rasa tidak percaya.
"Beneran Pa?!" Sang ayah hanya mengangguki pertanyaan Vierra.
"What! Papa kenapa gk kasi tau Ara sih pah." Kesal Vierra dengan penuturan ayahnya.
Dia menghembuskan nafasnya kasar dan berlalu ke tangga menuju kamar dan sedikit mempercepat langkahnya. Pak Sena melihat Vierra hanya menghela nafas lemah, tidak tau kalau anaknya akan kesal dengan rencananya yang tidak berhasil.