Chapter 20 - Angga

Vierra melangkah dan berlalu pergi tanpa ingin lama-lama berada ditempat kotor tersebut. Tetapi, langkahnya terhenti saat ditengah-tengah pintu. Satu tangannya mencekal keras sisi pintu dan satu tangan bebasnya meremat kepalanya yang tersa sangat nyeri.

Angga yang masih saja berdiam diri dan melihat punggung wanita itu tersadar akan keganjilan padanya. Vierra tidak bisa menahan rasa nyeri pada kepalanya dan berakhir tumbang. Angga dengan sergap menangkap badan Vierra dengan topangan ditangan.

Gadis itu tidak sadarkan diri, Angga langsung memangkunya, membawanya dengan gaya bridal. Tepat diruang UKS ia langsung masuk dan menidurkan Vierra pada ranjang kecil itu. Angga menepuk pelan pipi Vierra waswas. Dia langsung mencari minyak angin untuk dioleskan pada bagian sisi kening vierra dan pada area bawah hidungnya. Dia menatap gadis itu datar tapi menyemburatkan kehangatan.

Angga dengan berani membawa telapak tangannya mengusap surai hitam wanita itu. Mata angga menelisik setiap inci wajah pucat Vierra dan menyembulkan senyum kecil. Tidak terasa dia sudah terbawa suasana dengan pesona gadis itu.

25 menit lamanya Vierra mendekam tidak sadarkan diri dengan mata terpejam, akhirnya matanya mulai terbuka dengan pelan. Usapan dimata perlahan untuk menstabilkan penglihatan.

Vierra sudah tersadar penuh tetapi kepalanya masih sedikit terasa nyeri saat membangunkannya. Perlahan dia mulai membangunkan tubuhnya dengan rematan dikepala. Matanya melihat kesetiap sudut ruangan itu, tapi dia tidak menemukan satu orang pun. Dia bertanya dengan dirinya atas kehilangan laki-laki yang bernama Angga tadi dan apakah dia yang membawanya kesini. Perlahan tapi pasti, ia mulai turun dari sisi ranjang, langkahnya hati-hati dan mulai sedikit meregangkan ototnya dan mulai berjalan keluar.

***

"Vierra!" sapaan terdengar jelas dari Farah saat Vierra mulai memasuki kelas.

"Kamu darimana aja, sampai gk masuk dipelajaran pertama. Ra, muka kamu pucet banget." Imbuh Farah heran melihat wajah pucat pasi Vierra.

"Gk apa ko, cuma sedikit pusing aja tadi. Aku cuma nidurin diri di UKS." katanya memberi alasan.

"Kamu udah makan?" tanya Farah.

"Nanti aja Ra, aku ingin istirahat sebentar," Farah hanya mengangguk mengerti. Mereka mengambil tempat duduk masing-masing.

Vierra menidurkan kepalanya, "Ra!" tapi tiba-tiba pangilan nama "Ara" membangunkannya dengan suara yang ia hafal. Vierra mengangkat kepalanya melihat dan ternyata benar Hasta yang memanggil Farah dan bukan Vierra. Mata gadis itu tetap melirik Hasta dengan sendu yang kuyu. Kilasan mata Hasta memandang Vierra sebentar dan beralih fokus pada Farah.

Didalam hati berbisik, ada apa dengan wajah pucat Vierra dan terlihat lesu seperti itu. tapi tanggapan Farah membuatnya tersadar cepat.

"Ada apa Ta?" tanya Farah dengan senyuman kecil.

"Kekantin yuk!" katanya mengajak Farah. Vierra hanya mendengus kesah dihati, lalu ia kembali memutar kepalanya seperti tadi. Meneggelamkan diri dengan denyutan nyeri dikepala. Hasta lalu memandang Vierra dan ingin bertanya tentang harinya yang terlihat tidak berstamina dan ceria.

"Ayok, tapi sekalian ajak Vierra ya," Hasta hanya mengangguk datar dan Farah mulai mengajak Vierra.

"Ra... kita kekantin yuk. Kamu kan belum makan," Ajak Farah lembut. Vierra kembali membangunkan wajahnya menatap Farah dan berujar "Kalian aja, aku belum lapar Far. kamu aja sama Hasta ya," Ujarnya menolak halus.

"Yaudah, aku duluan ya," Vierra menanggapi dengan anggukan dan kembali menelungkupkan diri dengan lengannya.

Farah berjalan sejajar dengan Hasta. Mereka sudah keluar dari kelas menuju kantin.

"Vierra kenapa, ya, wajahnya pucet banget. Tumben dia lesu, pucet kayak gitu," Ujar Farah tiba-tiba karena terheran dengan sikap Vierra hari ini.

Hasta hanya menanggapi dengan sedikit rasa cemas direlung hatinya tanpa ia sadari. Hasta menerka-nerka dan ingin bertanya sendiri.

"Ta," ucap Farah dengan tepukan dibahu pemuda disampingnya. Hasta terkesiap langsung memandang Farah "Ya Ra?" kata Hasta.

"Kamu kenapa ngelamun?"

"Nggk ko, siapa yang ngelamun," katanya beralasan.

"Ato mana?" tanya Farah lagi.

"Dia lagi ketoilet perempuan." ungkapnya dengan kekehan. Farah melotot tidak percaya, lalu seketika menyembulkan tawanya.

"Astaga, dia gk kapok-kapoknya apa kesana, hahaha," Hasta hanya tersenyum hangat melihat Farah tertawa riang seperti ini membuat perasaanya tenang.

"Kamu jangan pernah ngikutin dia ya?!" ujar Farah mengingatkan dengan tatapan penuh ancaman. Hasta berdelik, dan berujar "Kamu ada-ada aja, mendingan aku liatin kamu, boleh kan? hehe."

"Ih, Modus kamu!," Celetuk Farah sambil mencebikkan bibirnya. Lalu mereka seketika tertawa bareng dengan candaan sederhana dan berlalu kekantin.

***

"Yo, lo bisa jemput gue sekarang?" Ucapnya pada Gio yang ada diseberang telephon.

"Ok, Tunggu ya. Aku berangkat sekarang" Ucapan Gio hanya ditanggapi deheman oleh Vierra. ia mematikan hpnya dan memasukkannya dikantong baju seragam.

Dia masih berada diruang kelas. Pelajaran telah usai, dan waktunya pulang. Semua temannya telah berlalu keluar kecuali Farah, gadis cantik itu masih duduk didekatnya. Ia melirik Farah disampingnya.

Terlihat Farah sepertinya sedang menunggu sambil melihat layar telepon dan mengetik disana. Vierra sedikit terheran kenapa Farah tidak keluar dan menemui Hasta untuk pulang bersama.

"Farah?" panggil Vierra. Farah menoleh "Kamu nggak pulang?" Tanya Vierra.

"Nggak Ra, aku ada rapat osis untuk acara ulang tahun sekolah nanti," Jawabnya. Vierra mengangguk.

"Kamu nunggu siapa disini?" tanya Vierra lagi.

"Emmm. Aku lagi nungguin Hasta Ra. nah... itu dia dateng," Ucapnya melihat kedatangan Hasta.

Vierra menoleh kearah Hasta. Hasta tersenyum kearah Farah dengan lambaian tangan. Vierra merasa harus segera keluar dari dalam kelas dan tidak ingin menjadi tikus pengganggu.

"Far, aku balik duluan ya," ujarnya pamitan dengan Farah.

"Yaudah, hati-hati ya Ra."

Vierra melangkahkan kakinya keluar kelas tanpa melihat Hasta. Tetapi, Hasta memandangnya sekilas berlalu.

"Ta, maaf ya. Hari ini aku gak bisa pulang sama kamu. Aku ada rapat osis. Kamu gk apa kan pulang sendiri?" Jelas Farah. Hasta melirik gadis itu dengan kesah.

"Iya, tapi kamu pulang sama siapa nanti?"

"Faldo atau mungkin teman osis yang lain,"

"Kamu pulang jam berapa?"

"Mmm... aku nggak tau persis Ta, soalnya ini acara cukup besar dan ada guru juga yang ikut rapat. Jadi, aku nggak tau jelas kapan aku bisa pulang" ungkapnya sedikit bingung.

"Yaudah. tapi kalau kamu gk ada yang jemput, kamu hubungin aku ya".

"Ok!" ungkapnya senang dengan cengiran membuat Hasta memberikannya usapan hangat dikepala dan seulas senyum hangat.

"Aku balik duluan ya, kamu hati-hati," Ujar Hasta setelah menarik usapan tangannya dari rambut Farah. Farah mengangguk dan memberikan senyuman.

Hasta membalikkan badan dan berlalu pergi dari ruang kelas itu. Hasta sudah berada diparkiran, matahari menelisik kedalam kulitnya memberikan kesan peluh kepadanya.

Dia segera mengendarai memegang stang dan mulai menghidupkan motor vespanya. Ia melaju keluar gerbang dan berhenti didepan luar gerbang. Tidak jauh dari penglihatannya, terlihat Vierra sedang menanti seseorang dengan tundukan kepala, takut sinar matahari yang menyengat membakar kulit wajah putihnya.

Hasta melaju dan mengambil sisi jalan didepan wanita itu berdiri. Dengan sadar Vierra menganggkat penuh wajahnya melihat seseorang yang menghampirinya. Mata Vierra berdelik menautkan keheranan.

"Ta?" Kata Vierra lirih.

"Lagi nungguin siapa?" Tanya Hasta datar dengan memandang wajah Vierra tuk berkomunikasi.

"Aku lagi nunggu-"

Tit... tit...