Chereads / CINTA PERTAMA YANG TAK TERBALAS / Chapter 25 - Angga Lagi

Chapter 25 - Angga Lagi

Vierra mencoba membangunkan badan pemuda itu dengan topangan dipundaknya, sedikit ia menahan berat tubuh pemuda itu walaupun ia tidak menggopongnya tetapi itu sudah berat bagi Vierra. Angga masih memegang perutnya yang keram akibat tonjokan keras. Mereka mulai berjalan dengan langkah tertatih.

"Kita kemana sekarang?" Ujar Vierra bingung sambil menilik sekitarnya. Terlihat hanya jalan yang tidak terlalu sepi.

"Didepan sana ada klinik, kita lurus aja," ucap Angga sambil menunjuk depan. Vierra hanya terdiam menanggapi dan hanya berjalan sehingga sampai.

Tidak lama mereka sampai didepan klinik kecil dengan beberapa orang terlihat memenuhinya. Vierra dan Angga saling memandang sejenak tanpa makna, kedua tatapan mereka kembali tertuju kearah klinik dan mulai berjalan masuk.

Vierra mengantarkan Angga kedalam dan membantunya duduk dikursi besi yang bersambung. Angga mencoba mendudukinya dengan nyaman, dan Vierra berlalu mencari dokter untuk menangani luka pemuda itu.

"Dok, bantuin temen saya dok," panggil Vierra sambil menunjuk Angga saat dia mendapati dokter wanita yang memakai seragam putihnya. Dokter itu melirik Angga yang masih meremat perutnya dengan raut kesakitan.

"Bawa temen kamu masuk keruang itu." tunjuk dokter itu menyuruhnya kesalah satu bangsal.

Vierra menganggukinya cepat dan berbalik ketempat Angga. Ia kembali membantu Aangga berdiri dan jalan memasuki ruangan yang dokter itu katakan. Setelah membantu Angga masuk dan menidurkannya diranjang, dia langsung memutar badannya ingin keluar, tetapi cekalan pada lengannya tertahan oleh sentuhan tangan lain yang membuat langkahnya terhenti. Vierra menoleh menatap Angga.

"Kenapa lagi?" Tanya Vierra malas.

"Lo mau ninggalin gue?" kata Angga. Vierra menghela nafasnya malas.

"Nggak, gue akan nunggu diluar. Gk akan gue ninggalin orang sakit kayak gini, dosa gue entar" ucapnya datar dengan wajah kesal masih terpatri jelas.

Angga tersenyum nyengir.

"Thanks ya," ujarnya tulus dengan senyun hangatnya. Vierra hanya berdehem menanggapi tanpa senyuman.

Vierra berlalu keluar dan dokter sudah memasuki ruangan itu. Vierra masih heran dengan hari yang ia lewati. Kesal dengan Hasta yang meninggalkannya dan sekarang dia mendapat kerepotan oleh laki-laki yang selau saja membuatnya kesal sejak pertemuan pertama mereka.

Ditengah kekesalannya seperti ini, ingin rasanya Vierra menenggelamkan diri ketengah laut. Termakan hiu dengan sisa daging yang mangapung. Vierra menghela nafasanya kasar. ia merebahkan badannya pada punggung kursi dan mulai menidurkan matanya dengan otak yang masih berfikir aktif.

***

"Ra, bangun Ra" ucap Hasta sambil menepuk pelan bahu gadis itu.

Hasta dan Farah sudah sampai dikediaman rumah Farah yang begitu sederhana namun asri terlihat. Hasta sedikit menggoyangkan bahu Farah sehingga gadis itu mulai terusik serta mengerjapkan mata dan mulai bangun. Dengan perlahan ia menyesuaikan matanya melihat lampu temaram. Ia mengusap lembut matanya sehingga lebih stabil.

"Kita dah nyampe Ta, maaf aku ketiduran," ucap Farah.

"Nggak papa, kamu pasti capek tadi rapat sampe malam. Yaudah kamu masuk ya, istirahat. Besok aku jemput," Farah mengangguk mengerti. Ia mulai membuka pintu mobil dan keluar, Hasta juga keluar.

"Kamu nggak masuk dulu?" Tanya Farah menawarkan.

"Lain kali Ra, udah malem juga."

"Yaudah, kamu hati-hati ya," ucap Farah.

Farah berlalu kedalam rumahnya dengan pemuda itu yang masih melihat punggung Farah sampai gadis itu benar-benar masuk. Hasta tanpa berlama-lama, ia mulai memasuki mobilnya dan melaju ketaman tempat Vierra berada. Ini sudah mulai larut malam, jam menunjukkan pukul 11 malam

Ditempat lain, Vierra dan Angga sudah keluar dari klinik. Terlihat dari wajah Angga yang sudah tertempel perban diarea keningnya.

"Rumah lo dimana? Dan… gimana caranya lo bisa pulang?" ucap Vierra meneliti Angga dengan keadaan bingung.

"Sebentar, lo pulang sama siapa?" Tanya balik Angga tanpa menjawab pertanyaan Vierra.

"Gue… gue bisa cari taksi." jawabnya beralasan. Sebanarnya, kota ini masih baru baginya. Hanya alamat rumahnya yang ia ketahui tanpa jalur yang ia ingat.

"Nggk nggk!, gue anter lo pulang." kata Angga.

"Hadeh, lo gila ya," desahan malas diberikan pada peuda dengan perban didahinya.

"Inget diri lo, masih pincang gitu nekat mau anter gue pulang. Ngak ngak!, gue nggak mau,"

"Udah, gue udah gk apa kok. Emangnya lo tau tempat ini?" Vierra memainkan matanya bingung.

"Ya nggk sih," jawabnya lemah. Bingung dengan keadaannya sekarang.

"Yaudah, lo diem dan ikut gue aja," Vierra langsung menatap tajam kearah Angga dengan picingan mata.

"Lo mau ngelakuin hal-hal yang modus kan ma gue!" terka Vierra. Angga mendesah malas.

"Jangan mikir macem-macem, gue anti ama begituan apalagi orangnya nggak mau."

"Masak? Gue masih gk percaya…" pemuda itu langsung mengambil lengan Vierra dan langsung menariknya untuk mengikuti langkahnya. Vierra memberontak, tidak ingin membiarkan laki-laki itu melakukan aneh padanya. Tetapi, cekalan tangan pemuda itu masih saja tidak bisa ia tepis, walaupun langkah pemuda itu masih tertatih.

Setelah sampai pada tempat tujuan laki-laki itu, terlihat motor ninja berwarna merah maroon bertengger ditempat sana. Angga melepaskan cekalannya dan berlalu melirik Vierra.

"Gue bakalan bonceng lo untuk pulang, ok?" kata Angga.

"Nggak nggak, gue nggak mau ah," tolak Vierra sebal.

"Yaudah, lo disini aja." ujar Angga. Pemuda itu langsung menaiki motornya dan mulai memasang kunci, ia menghidupkan motor itu dan melirik Vierra.

"Ayo naik, ini udah larut malem," ucap Angga lagi. Vierra mendengus kesal dan akhirnya dengan terpaksa ia mulai menaiki motor itu dijok belakang.

"Awas aja ya lo macem-macem sama gue, gue kulitin lo!" ancamnya pada Angga.

"Ya, enggak bakalan. Tapi, kalo lo mau sih, gue siap aja," kata Angga santai. Vierra menjitak kepala Angga dari belakang, pemuda itu langsung mengaduh kesakitan.

Arghh….

"Awas aja lo!" ucap Vierra sinis.

"Lo gk ada lembut-lembutnya ya, brandal tau gak"

"Biarin! Udah, cepet jalan!"

Angga hanya menghela nafasnya dengan satu helaan lemas dan mulai memasang helm-nya. Ia melaju dan mulai mengambil jalan pulang.

"Rumah lo dimana?" teriak Angga bertanya.

"Jln. Abraham ari. komplek pelita, no. 25" jawab Vierra dengan teriakan.

Tidak lama, mereka sudah sampai didepan gerbang besar perumahan elit itu, tepatnya rumah Vierra. Angga memberhentikan lajuannya didepan gerbang. Vierra turun dari motor dan dengan cepat berlalu tanpa basa-basi dengan pemuda itu.

"Sama-sama," ucap Angga tiba-tiba membuat Vierra memberhentikan langkahnya. Gadis itu memandang pemuda yang mengantarnya dengan tatapan malas, ia mulai mendatanginya.

"Lo pulang aja dengan hati-hati, karna gue gak ada lagi buat nolong lo." ucapnya malas dan menunjukkan kesinisan.

Angga terkekeh ringan lalu menatap bola mata vierra dengan serius.

"Mmm, lo itu adalah bidadari penyelamat gue, yah walaupun kita gak bertemu secara baik-baik tapi gue ngerasa tertarik sama lo atau mungkin gue udah cinta sama lo," kata Angga yakin dengan senyuman kecilnya.

Vierra memicingkan matanya mendengar penuturan pemuda gadung ini, apakah pendengarannya masih stabil mendengar hal itu?

"A..apa lo bilang?, gue gak salah denger? Lo bilang gue bi..bidadari penyelamat? Astaga! Otak lo dah mulai error, kepala lo masih sakit?" Angga terkekeh mendengar ejekan Vierra. Ia geli mendengarnya.

"Yaudah gue balik ya. Antara lo percaya dan tidak, gue yakin suatu hari nanti lo pasti percaya. Asalkan lo tetep buka mata walaupun hati lo masih tertutup. Bye bidadariku," lambaian tangan dengan senyum nyengir dari angga membuat Vierra menautkan keheranan serta kesal dengan apa yang ia dengar.

Angga sudah membalik motornya dan berlalu dari kompplek itu. Vierra tidak ingin ambil pusing dengan pernyataan Angga, ia mulai membalikkan diri dan melangkah masuk ke gerbang.