Vierra berjalan sedikit berlari. Hasta memandang punggung wanita itu sampai tak terlihat lagi. Ia tau apa yang terjadi pada gadis itu, menangis. Ia menghela nafasnya lemah. Tidak tau harus berbuat apa dengan situasi ini. Farah sedang berada didepannya dan tidak igin meninggalkannya. Lalu, Ato datang membawa makanan dan membuyarkan lamunan Hasta.
"Makanan datang teman-teman!" Ucap Ato dengan nampan besar berisi beberapa makanan.
"Wahhh... thanks ya To" kata Farah.
"Lah, pasangan gue mana?" tanya Ato karna melihat kursi didepannya kosong.
"Vierra lagi ditoilet, lo taruhin aja," jelas Farah.
Ditempat lain, Vierra sedang membasuh wajahnya di wastafel toilet. Matanya merah. Ia menghela nafasnya hati-hati menormalkan perasaannya. Ia memandang lekat wajahnya dicermin. Ingin menangis tapi rasanya sudah tak ingin lagi. Ia mulai keluar toilet dengan wajah datar tanpa makna.
Saat ia masih berjalan untuk kembali kekantin, tiba-tiba tarikan lengan dari belakang membuatnya berbalik dan langsung mengaduh kesakitan karna benturan dada bidang seseorang dikeningnya.
"Aw," ujarnya sambil menyentuh keningnya. Vierra langsung menodongkan wajahnya melihat siapa yang melakukannya. Kening Vierra menautkan keheranan serta kekesalan meluap sampai ia menggeratkan wajahnya tegas. Pria itu hanya senyum tanpa penyesalan.
Vierra mendengus kesal, helaan nafas kasar juga ia lakukan.
"Lo! lo ada masalah apa sih sama gue?" Sarkas Vierra.
"Lo mau gak jadi pasangan gue nanti?" Tanya Angga tanpa malu. Vierra melotot tidak suka sekaligus heran.
"Jangan mimpi deh lo, gue udah ada pasangan," ujarnya tegas tetapi matanya menautkan ia sedang beralasan.
"Pasangan lo siapa?" Vierra sedikit bingung dengan pertanyaan itu karna ia juga tidak tahu harus berpasangan dengan siapa.
"Mmm... lo gak harus tau! Nanti lo liat aja,"
"Ok, gue gk peduli sama siapa lo pasangan, tapi akhirnya juga lo akan dansa sama gue nanti." Katanya percaya diri.
Vierra memutar matanya jengah. Ia sedikit menyesal dengan pengakuannya sekarang yang menuntutnya harus mencari pasangan. Vierra lalu memutar tubuhnya ingin berlalu, tapi pemuda itu lagi-lagi membuat langkahnya harus terhenti. Ia kembali berbalik dan menatap Angga malas.
"Kenapa lagi sih!?" kesal Vierra.
"Lo habis nangis lagi ya? Mata lo merah lagi" duganya menilik mata Vierra. Vierra berdelik serta dengan sergap mengusap matanya kasar.
"Kalau lo mau nangis, dateng aja sama gue. Nanti gue peluk buat nenangin lo" ujarnya syahdu.
"Gk! Makasih!" ucap Vierra sinis dan langsung membalik badannya lalu melangkah tanpa menoleh lagi walau dia akan dipanggil.
"Vierra! Inget! Takdir itu selalu buat kita bertemu jadi jangan salahkan, Karna gue sangat beryukur akan hal itu!" seru Angga.
Vierra hanya berjalan kedepan walau ia mendengar semua kata-kata yang diteriakkan pemuda gila itu. Pemuda itu tersenyum kecil dan berlalu pergi.
Ditempat lain, Farah terheran dengan hal apa yang dilakukan Vierra ditoilet karna sudah lama berlalu.
"Vierra kemana ya? Lama banget baliknya," heran Farah. Hasta meneggakkan wajahnya yang tadi fokus menyuapi diri dengan makanan.
"Iya ya, makanannya kayaknya udah dingin," Ucap Ato juga terikut bingung. Hasta mulai merasakan kegelisahan lagi, tidak tentu. Tidak lama, akhirnya Vierra datang dan langsung duduk dikursi.
"Maaf ya, lama," tukas Vierra.
"Ra, kamu kenapa? Mata kamu sembah gitu, kamu habis nangis ya?" Ujar Farah menelisik wajah Vierra. Vierra melongo sedikit terkejut dengan penuturan Farah.
"Ah, enggak kok. Siapa yang nangis. Udahlah aku mau makan, takut dingin." ungkap Vierra mengalihkan pembicaraan dan langsung menyuapi dirinya makanan yang sedari tadi menunggunya.
Hasta menghela nafas dalam melihat Vierra. Kesal dan marah itu yang sedang berkecamuk didadanya. Kesal akan kata mencoba yang sudah ia lontarkan dan marah akibat kebodohan yang ia lakukan sendiri dengan keegoisannya.
"Vierra, kamu pasangannya sama siapa? Kalau gk ada, sama aku aja ya, aku juga gk ada pasangan." Ucap Ato dengan mesem yang yang menggelikan diwajahya. Vierra hanya mengangguk dan berujar "iya".
"Yuhuuuu, terimakasih Vierra." Ungkap Ato senang tidak tertahan.
"Ra, kamu bener mau pasangan sama Ato?" tanya Farah dengan nada tidak percaya. Heran.
"Iya, kenapa enggak," Ujar Vierra.
"Far, emang kenapa gue sama Vierra. Gak pantes?" Sergah Ato tidak terima dengan raut wajah sinis.
"Bukan, tapi... yaudah deh daripada lo gak ada pasangan." Ujar Farah.
Vierra dan Hasta sekejap saling memandang tanpa peduli dengan perdebatan kedua orang itu. Vierra lalu kembali dengan makanannya dan tidak ingin terlarut dalam pandangan Hasta.
"Ta, kita beli baju yang match ya nanti sore." Ujar Farah tiba-tiba mengajak Hasta.
"Ya," jawabnya diikuti anggukan.
Vierra hanya fokus pada makanannya dan ingin bersikap apatis saja.
***
"Ta, kita langsung pergi ya beli bajunya?" Tanya Farah kepada Hasta yang sedang berada digerbang untuk pulang.
"Ok, emang kamu nggak capek, kita baru pulang sekolah lo," ujar Hasta.
"Gk apa Ta, nanggung kan. Tokonya juga deket kok."
"Yaudah, ayok."
Hasta sudah menghidupkan motor vespanya, Farah mulai naik. Tiba-tiba, suara klakson mengejutkan mereka berdua. Mereka memandang kearah asal suara dan ternyata, itu adalah Ato yang sedang membonceng Vierra dengan motor vespa hitam miliknya. Ato berhenti, mensejajarkan diri dengan motor Hasta. Dengan cengirnya, ia berucap.
"Hai tema-teman, gue sama my dewi Vierra mau beli baju yang serasi, mau ikut gak?" ajak Ato. Farah berdelik sekaligus terheran dengan tingkah temannya itu. Vierra hanya terdiam pasrah, tanpa ekspresi.
"Eh To, lo punya uang?" sergah Ata malas mendengar ocehan Ato.
"Wahhh… Lo nurunin harga diri gue tau gak Ta, kalau cuma buat baju mah, kecil" ucapnya tak terima.
"Bukannya gitu, tapi makan aja gue yang bayarin,"
"Udah-udah, gue mau beli baju nih sama dewi gue. Kalian mau ikut atau gak biar gue tinggain nih,"
"Ok, kita bereng aja Ta sama Ato sama Vierra, kan kita juga mau beli baju juga, sekalian aja." ujar Farah menerima usulan Ato.
Hasta mengangguk terserah.
"Yaudah,"
"Yuk ah." Berangkat Ato dan yang lainnya. Vierra hanya berdiam diri sedari tadi tanpa perlawanan. Hasta menatap Vierra yang ada didepanya diboncengi Ato.
Sekian menit, mereka pun sudah sampai ditempat butik yang menawarkan berbagai pakaian pesta dengan aksesoris yang cantik beragam bentuk. Mereka berhenti, memakirkan motor didepan butik. Mereka mulai memasuki butik yang area dalamnya cukup luas dan terasa sejuk.
Mereka mulai memilah dan memilih dress dan setelan yang akan mereka gunakan nanti. Dua wanita cantik itu memilih ditempat yang sama dengan haluan tempat yang berbeda dari dua lelaki yang akan menjadi pasangan mereka.
Sambil memilih pakaian, mata Vierra memutar seperti mencari keberadaan seseorang, ia meneliti setiap sela di tempat setelan baju laki-laki, dan tatapannya langsung jatuh pada mata Hasta yang tengah ia cari. Ia mengulas senyum lebar karna laki-laki itu pun melihatnya. Ia melambaikan tangan kikuk, walaupun tidak dibalas oleh Hasta. Ia merasa maklum dan tidak mencerca.