Chereads / CINTA PERTAMA YANG TAK TERBALAS / Chapter 5 - Keputusan

Chapter 5 - Keputusan

"Ma, pa, aku ingin sekolah ditempatnya Hasta! Boleh, kan ?" Reaksi ayahnya terheran kepada anaknya kenapa tiba-tiba ia mengambil keputusan secepat itu, tapi semua pertanyaan difikirannya ia hilangkan dengan senyuman hangat mendengar permintaan anaknya.

"Syukurlah kamu mau juga, besok Papa akan ke sekolah Hasta sama kamu untuk daftar," kata Ayahnya senang.

Rasa bosan telah melanda diri seorang Vierra yang hanya bergelut dengan sekitarnya. Setelah kepulangannya dari Jerman serta kepindahan rumahnya, Dia hanya bisa berlari pagi sekitar komplek tanpa ada seseorang yang dia kenal.

Semakin lama dia merasa jenuh sendiri, apalagi gadis itu orang yang aktif bersosial jadi, sendiri menurutnya tidak akan membuatnya bahagia di sisa hidupnya. Dia ingin mempunyai banyak teman dikota ini, sebab dia tidak pernah punya teman selain Gio teman masa kecilnya hingga sekarang. Tetapi, pindah rumah membuatnya harus berinteraksi lagi dengan yang baru dan itu cukup membuatnya jauh dari sahabatnya.

Sepenggal kisah yang hanya dia buat sendiri di diary kehidupannya memungkinkan dirinya akan menciptakan suasana baru disisa umurnya. Dia sekarang hanya bisa berdoa'a untuk kehidupan 6 bulan yang divonis dokter. Vierra hanya ingin tuhan mencintainya lebih dari itu membuatnya bahagia untuk hidup yang pernah dijalaninya.

SMA Muara 7 Surabaya

Saat ini gadis bernama Vierra telah sah menjadi siswa disekolah muara 7 tempat Hasta menimba ilmu. Vierra merasa senang akan bersekolah, dia ingin mencari teman sebanyak-banyaknya untuk membantunya melupakan setiap kesedihan. Dan tidak lupa ia berharap untuk bisa bersama dengan Hasta sekelas, itu akan membantunya supaya bisa lebih dekat dengan seorang Hasta Kanes Prayoga.

Vierra dan Pak Husein sudah keluar dari ruangan kepala sekolah untuk mendaftarkannya. Seketika suasana ramai anak sekolahan berseragam putih abu sedang menilik kearahnya. Beberapa laki-laki dan perempuan menatap dengan berbagai wajah. Pasalnya badan Vierra terekspos bagus dengan levis kesukaanya dan jacket hitamnya. Surai hitam lebatnya membuatnya sangat cantik walapun dia tidak memakai rok centil yang sangat dibencinya.

Tiba-tiba dia melihat kearah Hasta yang sedang berjalan ke arah barat dengan tujuan yang tidak ia ketahui. Wajahnya mulai menautkan keheranan kepada Hasta yang tidak sekalipun meliriknya, sedangkan teman-teman sekolahnya berbaur semua melihat kearahnya. Sangat bukan itu yang ia harapkan tapi bukankah itu yang dia inginkan?. Helaan nafas terdalamnya dikeluarkan membuat Vierra kembali focus pada langkah kakinya.

Hari esok akan menjadi awal baru baginya bersekolah ditempat baru dengan teman-teman baru juga. Semangat baru menginginkan hari ini cepat berlalu. Apalagi, mendapati dirinya datang sekolah bersama Hasta. Detakan bahagia akan bergema diseluruh inti kehidupannya.

"Ra… tunggu! Kamu beneran ingin bersekolah disana?" Tanya papanya meniliknya memastikan.

"Iya pa, toh juga, Ara sudah keterima jadi gk ada alasan lagi gk sekolah. Ara juga gk betah dirumah terus. Ayolah Pa kita masuk, pasti mama nungguin".

"Maksud Papa, Papa kirain kamu maunya di internasional high dikota ini tapi kalau kamu mau disana bagus juga, karna kamu bisa dekat dengan Hasta," ujar ayahnya menjelaskan. Vierra ingin tersenyum tetapi rasanya malu melakukannya didepan ayahnya.

"Udah ah, Ara laper!" Vierra mendorong tubuh ayahnya pelan, dia tidak ingin ayahnya bertanya lagi.

Mereka memasuki rumah besar tersebut dengan sambutan makanan dimeja makan.

"Wah... waktunya makan! Ara laper banget!" Ungkap Vierra kagum melihat banyak makan kesukaanya dimeja kaca itu.

Kelaparan sepulang dari sekolah membuat suara perutnya terus merongrong akibat belum mendapat asupan makanan enak. Vierra membalikkan piring putih didepannya, mengambil beberapa sendok nasi dengan lauk gulai kambing kesukaannya.

"Ra… gimana pendaftarannya tadi, diterima?" Tanya Ibunya bersemangat.

"Mama itu gk kenal ya sama Vierra? Anak mama ini, bisa melakukan apa saja. apalagi cuma menjawab soal test biasa seperti itu. Kacanglah!" Kepercayaan diri Vierra yang menganggap enteng semuanya membuat sang Ibu hanya bergeleng kepala heran dengan sikap over pd nya itu.

"Oh ya, Ra, obat yang dimeja kamu itu, obat apa?" Pertanyaan Ibunya bisa membuatnya tersedak seketika.

Secepat kilat dia meraih air putih yang ada disamping kanannya minum untuk melonggarkan tenggorokannya. Setelah itu dia selesai dengan makanan bersisa dan langsung menolehkan matanya meminta penjelasan dengan pertanyaan ibunya. Dia sedikit terlihat kalang kabut untuk menjawab tapi dia menyiasati dengan raut wajah biasa.

"Kenapa mama kekamar Vierra?" Tanya vierra menatap mata Ibu Nona.

"Mama cuma bersihin kamar kamu, habisnya berantakan, terus mama liat deh banyak obat disana berserakan. Jadi, mama rapiin. Ra… jujur sama mama, kamu ada sakit?" Wajah khawatir mamannya ia rasakan membuat Vierra semakin menguatkan diri untuk tetap merahasiakannya. Wajah penuh khawatir itu membuat gadis itu menenangkan diri untuk memberi jawaban penuh keyakinan agar ibunya tidak memberikan perasaan mati rasa untuknya karna perasaan takut akan dirinya pergi.

"Mah… Ara gk sakit apapun. Hilangkan fikiran negatif dalam fikiran mama oke?! Ara baik-baik aja. Cuman obat itu sebagai vitamin aja untuk Ara karna belakangan ini ara kurang nafsu makan. Tapi sekarang nafsu makan Ara sudah bertambah kok," Peryataan penuh keyakinan membawa langkah ibunya mendekat kebelakang vierra dan sentuhan bahu Vierra rasakan oleh tangan hangat mamanya.

"Ra…, kalau kamu ada masalah, jangan kamu rasakan sendiri. Karna mama akan sangat terluka saat mengetahuinya." Ungkap mama lembut mengingatkan Vierra. Vierra menghela nafasnya dan menyentuh punggung tangan mamanya memberikan ketenangan.

"Gk akan Ma, tetep do'ain Ara semoga selalu sehat dan bahagia. udah ah. Aku mau siap-siap untuk besok. Bye Ma!.." Ucapnya langsung berlalu setelah mengelurkan diri dari pelukan sang mama.

Ibunya hanya menatap kepergian Vierra, dia merasa kemungkinan ada sesuatu yang anaknya itu sembuyikan darinya. Dia sangat mengetahui jikala vierra adalah sosok yang sangat kuat dan bersemangat. Memikirkan vierra yang mungkin memiliki masalah berat membuatnya meragukan sikap anaknya.

Tapi keyakinan akan semangat serta senyum tulus anaknya itu, dia percaya, bahwa Vierra tidak akan menyembunyikan sebuah rahasia. Dia membuang fikiran negatif yang akan membuatnya gelisah, takut serta membuat vierra kesal dengannya. dia memberhentikan fikiran yang sempat membuatnya takut akan sesuatu, lalu dia beralih mengambil piring kotor dan berlalu kedapur.

***

Pembelajaran dimulai dengan sangat khidmat disekolah yang akan mejadi tempat Vierra menimba ilmu. Para siswa mulai melakukan isi fikirannya masing-masing dengan tujuan berbeda setelah mata pelajaran usai. Ruang kelas 12 dimana keberadaan seorang Hasta sekarang. Terdengar riuh suara kicauan anak-anak diruang kelas Hasta membicarakan seorang murid baru yang cantik.

"Ta… lo kenapa masih baca buku aja, sih?! Seharusnya, lo hari ini ikut meributkan akan kedatangan dewi fortuna baru disekolah ini!." Ucap seorang laki-laki yang duduk disebelah Hasta. Perkataanya hanya diberikan deheman oleh Hasta yang masih fokus pada layar bukunya.

"Gue tau Ta, lo masih penggila si cantik Farah, tapi kalau lo liat yang satu ini, gue yakin hati lo langsung berpaling sama dia. Gue aja yang liat tadi pagi hampir ileran Bro!!" Ujarnya lagi dan masih mendapat sikap acuh dari sahabat sepermainannya itu.

Mendapat perlakuan itu, Santo atau panggilan akrab adalah Ato hanya menanggapi wajar sikap Hasta kepadanya. Dia sudah terbiasa dengan sikap seorang Hasta Kanes Prayoga tersebut. Tetapi, Ato tau kalau laki-laki berkulit hitam manis itu sangat peduli terhadapnya.

Hasta yang mendengar ocehan teman laki satu-satunya itu hanya bisa membuatnya jengah. Dia sudah mengetahui seorang murid baru yang didewi kan oleh Ato. Menurutnya, menanggapi hal itu membuatnya jengkel sendiri. Hasta yang mulai sadar dengan keadaan perutnya yang mulai kelaparan, akhirnya mulai menanggapi ajakan bicara dengan Ato dengan mengajaknya kekantin.

"To. Kekantin yuk." Ajak Hasta sambil menutup bukunya dan berdiri.

"Alhamdulillah, ternyata lo masih bisa ngomong, ayok ah," Jawabnya bersyukur yang ditanggapi datar oleh Hasta.

Mereka keluar dengan berjalan dilorong melewati tatapan penuh kagum oleh para siswi yang mengidolakan seorang Hasta. Namanya juga anak sekolah, pasti ada yang di kagumi atau hanya sekedar sebagai hiburan mata.

Ato melirik para siswi dengan mata buayanya yang jelalatan. Para siswi yang melihat senyum nyengir Ato hanya bercuek bebek dengan menampilkan jari tengah membuat Ato bergidik ngeri.

"Ta, lo gk ajak Farah hari ini, tumben lo gak jemput dia dikelasnya?"

"Katanya dia ada urusan sama osis, udah ah gue laper!..."

Mereka sudah berada dikantin mengambil tempat ditengah keramaian anak-anak sok kaya. Ato hanya berdelik melihat disekelilingnya, siswi-siswi ekspos yang membuat decak kagum para kaum adam. Ato dan Ata mulai memesan makanan sesuai selera perut mereka.

"O ya ta, gue lupa!! Hari ini gue gk ada duit" Ingatnya lebay membuat Ata yang mendengar mendengus kasar.

"Ck! Setiap hari juga lo gk pernah bawa. Cuma satu kali dalam seminggu lo bawa uang, itupun gue yang bayar setiap hari. JG lo ah!!.." Jelasnya menoyor kepala Ato dengan kesalnya. Ato hanya tersenyum nyengir tanpa malu.

Mereka kembali dengan imajinasi makanan mereka didepan… Tiba-tiba

"To…!! Rasanya gue harus cepat nembak Ara deh" Ungkapnya datar memberitahu Ato tentang perasaannya pada Farah membuat Ato mendebik keningnya sendiri".

"Heh…" Desahan lemah terdengar dari nafas Ato.

"Lu gak bisa dibilangin Ta, lu kan tau prinsip seorang Farah itu kayak gimana. Dan dia sering bilang sama lo!! hubungan teman tidak bisa menjadi lebih dari seorang sahabat. Yang artinya dia gak akan mau pacaran dengan sahabatnya sendiri. Mendingan lu lupain dah" Ucapnya menegaskan. Mendengar penuturan dari Ato, dia hanya menampilkan wajah datarnya tanpa klimaks.

Perkataan Ato ia benarkan tetapi dia tidak ingin terus berada pada titik semu yang tidak tau akan kelanjutannya. Dia menatap kearah lain tanpa menghiraukan makanan yang baru saja berheti dilahapnya. Tetapi seorang Hasta akan tetap berusaha dengan caranya sendiri.