"Kapan Kakek memberikan jabatan CEO kepadaku, Kek?" tanya Camelia yang sedang merayu kakek Rasya, ketika laki-laki itu sedang menikmati sarapannya pagi ini. Walaupun perempuan itu sudah tahu dengan jawaban yang akan keluar dari mulut sang kakek dengan jawaban tidak. Namun semoga saja kakek Rasya berubah pikiran dan akan memberikan sebagian hartanya tanpa syarat ia harus menikah dengan Raven.
"Udah lama lho aku menginginkan posisi itu di perusahaan Kakek, tapi sampai sekarang Kakek tak kunjung memberikannya juga," lanjutnya kembali sembari mengunyah sandwich-nya yang terasa enak di dalam mulut. Camelia pun terus memberikan senyuman ke arah sang kakek, membayangkan jika pagi ini Kakek Rasya akan mengabulkan keinginannya, pastinya ia akan sangat bahagia mendapatkan jabatan teratas di suatu perusahaan, dan untuk urusan keahlian bisnis dan kepemimpinan tidak perlu diragukan lagi. Ia sudah mempelajarinya. Namun, dengan perlahan perempuan itu mulai mengubah raut wajahnya ketika raut Kakek Rasya pun ikut menatapnya, di dalam raut wajah tersebut perempuan itu sudah bisa menyimpulkannya sendiri.
"Kamu kabulkan dulu keinginan Kakek ingin melihatmu menikah dengan Raven, Mel. Mengubah perilakumu agar menjadi lebih baik lagi dan nggak kekanan-kanakan, kamu pun harus banyak belajar untuk menjadi seorang pemimpin. Setelah itu Kakek akan memberikan sebagian harta ke kamu, dan tentunya mengangkat kamu sebagai CEO di salah satu perusahaan Kakek. Tapi, jika kamu menolak atau banyak alasan, tentu saja Kakek nggak akan memberikannya, lebih baik disumbangkan untuk bekal amal Kakek nanti!" balas tegas Kakek Rasya yang masih kekeh dengan pendiriannya tidak akan memberikan sebagian hartanya kepada Camelia.
"Harta Kakek kan banyak banget, walaupun sebagian disumbangkan pun Kakek masih tetep kaya, dan tentunya aku bisa mendapatkan hak-ku sebagai cucu satu-satunya dari Kakek, kan. Satu lagi yang bisa mengubah sikapku bukan Raven, tapi aku sendiri yang akan mengubahnya. Jadi, Kakek salah besar jika menganggap laki-laki akan berpengaruh besar untuk mengubah sikapku," timpal Camelia yang tidak setuju dengan pemikiran laki-laki itu jika ia menikah dengan Raven akan mengubah cara pandang maupun sikapnya, karena ia memiliki tujuan untuk mendapatkan harta kakeknya. Namun, jawaban dari perempuan itu ternyata memantik senyuman dari Kakek Rasya.
"Ya, perubahan sikap seseorang memang tergantung dari orang tersebut, dia mau berubah atau nggak, namun juga didominasi oleh orang di sekitarnya. Jadi, semisal kamu akan melakukan hal yang dilarang Kakek atau nggak disukai kakek, ketika kamu sudah menikah pasti ada seseorang yang akan memperingatimu, Mel. Lagi pula Kakek sangat mengenal Raven, dari dia masih kecil, remaja, bahkan sampai dewasa sekarang menjadi pemimpin di perusahaan besar, sikap Raven nggak berubah, sopan santunnya tinggi dan jiwa bertanggung jawabnya sangat besar. Bahkan sekarang dia memimpin perusahaan dari neneknya, dan bisa membawa perusahaan tersebut maju, Mel. Maka dari itu Kakek ingin sekali dia menjadi suami kamu, supaya bisa membimbing untuk mempeljarai ranah-ranah bisnis," tegas Kakek Rasya.
Sudah dijawab telak begitu membuat Camelia tidak bisa membantah, sebegitu besarnya Kakek Rasya ingin mengubah sikap cucunya yang bar-bar, bahkan sampai sekarang saja Kakek Rasya tidak pernah tahu dengan kelakuan bebas cucunya saat tinggal di Australia. Perempuan itu pun berpikir keras apa benar jika Raven adalah laki-laki baik dan pantas untuknya. Walaupun niatnya ingin menikah dengan laki-laki itu hanya menginginkan harta. Semua yang ingin didapatkannya ada di tangan Raven, jika laki-laki itu mengiyakan untuk menikah dengannya tentu saja ia akan mendapatkannya. Namun, jika menolak dirinya tidak akan mendapatkan satupun harta dari sang kakek. Wajah perempuan itu sudah mulai cemas, terlebih dengan obrolannya semalam dengan Raven, ia benar-benar tidak yakin jika laki-laki itu mau menikah dengannya. Padahal sebelumnya ia sudah mengatakan sejelas mungkin jika Raven bisa menjalin hubungan dengan Luna, jika laki-laki itu memang tidak ingin pernikahan ini berjalan lama dan mungkin akan berakhir dengan perceraian.
Ketika Camelia masih menampilkan wajah datarnya dengan sekelumit pikiran yang terus mengganjal, dan belum bisa dibuat setenang mungkin. Namun, berbeda dengan Kakek Rasya yang malah tersenyum mendapati wajah cucunya ini. Keinginan terbesarnya memang ingin melihat cucu satu-satunya ini menikah dengan Raven dan hidup bahagia dengan orang yang tepat. Laki-laki seperti Raven tidak akan mungkin menyakiti dan membuat cucunya menangis. Ia sangat yakin jika laki-laki itu bisa mengubah sikap cucunya ini menjadi lebih baik lagi.
"Maaf Pak Rasya, mobilnya sudah siap," sahut Pak Rafi yang baru saja datang. Laki-laki itu merupakan sekretaris dan kaki tangan kakeknya. Kedatangannya menghentikan keterdiaman Camelia dan menyiratkan senyuman kepada cucu dari atasannya ini.
"Oh ya udah kita berangkat sekarang, ya," balas Kakek Rasya yang sudah menghabiskan makananya sejak tadi dan bergegas untuk berangkat ke kantor.
Namun, sebelum laki-laki itu melangkah pergi meninggalkan cucunya yang masih terlibat dengan pikirannya yang belum tenang, terlebih dahulu Kakek Rasya menatap Camelia yang masih menampilkan wajah yang sama.
"Kamu pikirkan lagi setiap perkataan dari Kakek, bukan Kakek melarang kamu untuk menikah dengan laki-laki lain. Namun, di dalam penglihatan Kakek kalau Raven adalah orang yang tepat untuk kamu dan tentunya bisa mengubah sikap dan sifat kamu itu. Dia laki-laki yang bertanggung jawab dan sangat menyayangi perempuan, melihat Raven yang sekarang tak jauh berbeda dengan Kakek waktu muda dulu nggak pernah menyakiti perempuan," cetus Kakek Rasya yang melanjutkan langkah kakinya kembali setelah puas mengatakan kalimat yang masih sama, ujung-ujungnya meminta ia menikah dengan Raven.
Camelia benar-benar tidak bisa nyaman duduk, ia berharap agar Raven mau menikah dengannya karena hanya laki-laki itu yang bisa menolongnya. Di dalam pikirannya sekarang hanyalah bagaimana bisa menjadi seorang pemimpin di perusahaan kakeknya. Ia akan terlihat keren dan pastinya banyak karyawan yang akan menundukkan kepala jika ia berjalan nanti menuju ruang kerjanya.
"Lo harus bantu gue, Rav, gimanapun caranya," gumam Camelia yang merautkan kedua tangannya, bahkan terasa berair di sela-sela jarinya.
"Kenapa mukanya ditekuk gitu, Mel, masih pagi juga? Kamu bertengkar sama Kakek?" sahut Tante Mely yang bertanya, lalu mendudukkan tubuhnya di atas kursi dan langsung menenggak jus mangga yang terasa segar di dalam mulutnya. Perempuan itu merupakan anak kedua dari kakek Rasya dan tak lain adik kandung dari ibu Camelia. Namun, sampai sekarang Tante Mely belum juga menikah dan fokus terhadap karier, sampai Kakek Rasya sendiri merasa bingung untuk menjodohkan putri bungsunya dengan siapa lagi, karena kebanyakan ditolak oleh perempuan yang sudah berusia 40 tahun tersebut. Mungkin karena hal itu juga yang membuat sang kakek ingin segera melihat cucu satu-satunya ini menikah, agar tidak bernasib sama dengan putrinya.
"Kakek terus paksa aku buat nikah dengan Raven. Padahal susah banget ngajak laki-laki itu untuk married," balas Camelia yang hampir saja keceplosan dengan rencananya menikah dengan Raven untuk apa.
Sementara Tante Mely merasa heran dengan ucapan dari keponakannya itu. Seperti ada kejanggalan di dalam kalimat yang dilontarkan oleh Camelia, terlebih keduanya memang pernah akan dijodohkan dulu sebelum keponakannya akan melanjutkan pendidikan magister-nya di Australia.
"Tunggu dulu deh, tadi kamu bilang kalau susah banget ngajak Raven nikah. Bukannya sudah sejak lama kamu akan dijodohkan dengannya ya, Mel. Tante kira kalian sudah saling cinta, tapi kalau mendengar ucapanmu tadi berarti kamu yang mengharapkan nikah sama laki-laki itu ketika Raven yang nggak mau?" tanya Tante Mely menatap wajah Camelia lekat dengan dahi yang mengkerut, dan mencari jawaban di raut wajah keponakannya ini.
Karena teringat dengan ucapannya barusan membuat perempuan itu mulai mengubah raut wajahnya. Kenapa bisa ia keceplosan begitu, pasti Tante Mely bertanya-tanya yang tidak-tidak nanti, atau jangan sampai perempuan itu curiga jika ia ingin menikah dengan Raven nanti hanya karena menginginkan harta dari kakek Rasya saja, bukan karena menerima perjodohan atau menikah dengan laki-laki yang tak dicintainya.
"Mel ….!" Panggil Tante Mely karena melihat keterdiaman keponakannya itu.
To be continued…