"Rav, lo kenapa sih suka banget diem kalau gue lagi ngomong. Capek banget tahu gue dicuekkin gitu!" kesal Camelia yang tak bisa ditahan dan mencemberutkan wajahnya langsung. Bahkan setelah melihat raut wajah dari lelaki itu yang cukup datar, siapa yang tidak kesal berbicara panjang lebar, namun malah didiamkan tak mendapatkan balasan sama sekali dari orang yang bersangkutan.
Perempuan itu seperti lupa dengan posisi Raven yang sedang mengemudi. Raven pun harus membagi pandangan melihat ke arah jalan dan sesekali menoleh ke arah Camelia yang masih mendumel.
"Rencana kamu itu gila, Mel. Nggak ada dalam hidup saya menikah beberapa kali, cukup sekali seumur hidup! Dan ajakan kamu itu nggak masuk akal, nikah cuma karena harta doang. Makanya saya masih berpikir mau atau nggak nikah sama kamu!" sarkas Raven yang langsung to the point mengungkapkan rasa keberatan dengan ajakan dari Camelia.
"Ya, gue bilang kaya gitu supaya lo bisa menjalin hubungan dengan perempuan tadi, dan nggak memberatkan lo juga kalau kita udah married nanti. Gue mikirin lo tahu gak, gimana nggak baiknya gue ke lo! Apa lo mikirin gue!" cetus Camelia yang tidak ingin kalah dari Raven.
Raven semakin malas untuk menjawab segala perkataan dari perempuan itu yang jauh berbanding terbalik dengannya, Camelia memang tidak mengerti dengan pemikirannya yang hanya ingin menikah sekali saja, tidak beberapa kali.
"Kamu memikirkan saya karena sejak awal saya memang nggak mau nikah sama kamu, maka dari itu kamu memberikan kebebasan untuk dekat dengan siapapun nanti jika kita sudah menikah. Tapi, bukan berarti di dalam pernikahan itu pasangan suami istri berhak menjalin hubungan dengan orang lain! Ya Tuhan … saya nggak paham dengan cara berpikir kamu, Mel!" sentak Raven yang tidak bisa sabar dalam menanggapi sikap perempuan itu, walaupun ia tidak ingin berdebat lagi, namun jujur saja ia sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Camelia yang terlalu polos. Padahal perempuan itu baru saja menyelesaikan pendidikan magister-nya di Universitas terkemuka di Australia.
Raven harus menghentikan kemudinya ketika traffic light berwarna merah, nasib baik yang tengah memihak kepadanya sehingga ia bisa menormalkan keadaannya yang tengah kalut dan tidak baik jika terus mengemudikan mobilnya.
"Coba kamu pikir kembali dengan rencana kamu menikah hanya karena ingin harta kakek Rasya, bukankah sama saja kamu membohongi kakekmu sendirimu, Mel, apalagi kamu memperbolehkan kita menjalin hubungan dengan orang lain setelah terikat dalam pernikahan. Ini Indoneisa bukan negara orang lain." Kali ini Raven yang tak henti-hentinya berbicara dikala perempuan itu sedang terdiam meratapi ajakannya yang konyol itu.
Hembusan napas yang dikeluarkan oleh Camelia terdengar jelas di telinga Raven, perempuan itu mengerti jika niatnya memang salah. Namun, ia mengatakannya demi Raven agar laki-laki itu mau menikahinya.
"Ya gue tahu dan gue paham kalau niat gue nggak baik, tapi lo sendiri yang nggak suka sama gue. Lo bilang kalau gue bukanlah tipe perempuan ideal yang lo harapkan untuk menjadi istri dan pantas untuk menjadi ibu bagi anak-anak lo nanti, Rav. Karena itulah gue berbicara kalau lo bisa menjalin hubungan dengan perempuan lain, dan mungkin aja pernikahan kita nggak lama—"
"Cukup Camelia!" gertak Raven yang terlihat seperti tidak ingin mendengarkan ocehan-ocehan dari perempuan itu.
"Ucapan adalah doa, jadi berhati-hatilah dalam berbicara," pungkas Raven yang kembali melajukan kendaranya ketika traffic light berubah menjadi hijau.
Gertakan Raven kali ini membuat perempuan itu langsung terdiam, rasanya tidak mungkin untuk berdebat lagi dengannya
Selang beberapa menit, mobil yang sudah dikendarai oleh Raven tiba di kawasan rumah kakek Rasya yang memang begitu besar. Laki-laki itu membelokkan mobilnya memasuki halaman rumah yang cukup luas.
"Ayo turun, saya sudah antar kamu pulang dengan selamat," sahut Raven menoleh kepada Camelia yang masih terdiam. Perempuan itu seperti tak sadar jika dirinya sudah berada di rumahnya sendiri, karena pikirannya terus mengingat ucapan dari Raven.
"Thanks udah antar gue, lo mau mampir dulu gak? Bisa aja lo mau ketemu kakek Rasya?" tanya Camelia ketika sedang membuka sabuk pengamannya bersiap untuk turun dari mobil Raven.
"Nanti aja," balas laki-laki itu singkat dan tak menoleh ke arahnya.
"Ya udah kalau gitu, gue pamit." Camelia segera turun dari mobil. Namun, perempuan itu kembali memasukkan kepalanya ke area jendela mobil Raven yang terbuka lebar.
"Ingat, waktu seminggu bisa lo pikirin tentang ajakan gue, Rav. Lo nggak mau kan nenek Hanna kecewa kalau lo nggak nikah sama gue," sahut Camelia yang menggoda Raven.
Perempuan itu terus cekikikan melihat raut wajah laki-laki yang sedang digodanya ini dalam fase kesal. Setelah mengatakan kalimat tersebut, Camelia segera pergi memasuki pekarangan rumahnya, sementara Raven belum mengemudikan mobil dan arah mata menatap perempuan itu yang sedang melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Setelah puas menatap kepergian Camelia, barulah Raven melanjutkan kemudinya kembali meninggalkan kawasan rumah perempuan itu menuju perusahaan, karena dirinya harus menunda pekerjaan karena harus berurusan dengan Camelia.
Sesampainya di dalam rumah, Camelia harus dihadapakan dengan kakek Rasya yang tengah menunggunya pulang. Laki-laki paruh baya dengan penampilan yang masih modis dan fashioanable tersebut langsung beranjak bangun, karena ada beberapa hal yang ingin ditanyakan kepada cucunya. Jujur saja tolakan Raven dan Camelia mengenai perjodohan di restoran kemarin membuatnya terkejut. Ia butuh penjelasan dari cucunya.
"Kamu diantar oleh Raven, Mel?" tanya kakek Rasya yang sudah berhadapan dengan cucunya.
"Iya Kek, kenapa emang?" balas Camelia singkat.
"Nggak apa-apa, bagus kok. Tapi, gimana dengan perjodohan yang kakek dan nenek Hanna katakan kemarin. Entah kenapa kalian terlihat berat untuk menerima perjodohan itu?"
Camelia merasa tertekan dengan perkataan dari kakeknya, padahal dirinya pun baru saja membahas perihal itu dengan Raven, karena laki-laki itu terlihat berat untuk menikah dengannya.
"Apa nggak ada laki-laki lain selain Raven, Kek?" tanya Camelia melengoskan.
"Kenapa dengan Raven, kamu nggak suka dengan laki-laki itu? Dia laki-laki baik lho dan pekerja keras, maka dari itu Kakek ingin dia menjadi suami kamu. Kakek yakin kalau Raven bisa mengubah sifat dan sikap kekanakkan kamu, Mel, agar jauh lebih baik lagi." Kakek Rasya langsung menjegal ucapan dari cucunya ini.
Camelia tertohak mendengarnya, padahal ia berharap agar kakek Rasya tidak terlalu mengharapkan untuk menikahkan cucunya dengan laki-laki itu, sudah terlihat jelas jika Raven seperti tidak mau menikah dengannya, bahkan dirinya merasa seperti perempuan yang tidak laku. Padahal wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang seksi pasti dambaan setiap laki-laki yang mau menjadikan dirinya sebagai istri.
"Ya, aku nggak suka dengan Raven, dan aku seperti perempuan yang nggak laku, Kek. Padahal di luar sana pasti banyak laki-laki yang mau sama aku. Tapi, keknya Kakek ngebet banget pengen aku nikah sama dia," pungkas Camelia dengan penuh percaya diri, terlebih jika dirinya masih memiliki perasaan kepada mantan kekasihnya,
"Ya udah kalau kamu nggak mau nikah sama Raven, tapi jangan berharap akan mendapatkan setengah dari harta Kakek!" ancam kakek Rasya yang tidak main-main dengan ancamannya itu.
"Kakek nyebelin banget sih, kenapa harus ancam-ancam dengan harta warisan segala. Belum tentu apa yang kakek pikir baik mengenai Raven itu terbukti, di dunia ini banyak kok laki-laki yang baik melebihi dia," cetus Camelia mengungkapkan ketidaksukaannya dengan pemikiran kakek Rasya.
"Tapi Kakek dengan nenek Hanna sudah berjanji dari dulu untuk menjodohkan kamu dengannya, kami berteman sejak lama dan Kakek sangat yakin jika Raven adalah laki-laki yang sangat pantas untuk kamu, Mel. Oh satu lagi, Kakek nggak akan neglarang jika semisal kamu nggak mau menikah dengan Raven, atau memutuskan untuk menikah dengan laki-laki lain. Tapi, jangan pernah berharap Kakek akan memberikan berbagai fasilitas yang selama ini kamu dapatkan," ancam kakek Rasya kembali.
Laki-laki itu pergi melengos begitu saja setelah mengancam cucunya. Padahal Camelia adalah cucu satu-satunya. Namun, kakek Rasya tidak enggan untuk terus mengancam agar sang cucu menikah dengan cucu sahabatnya. Ia memiliki satu putri lagi dan sampai sekarang belum juga menikah. Maka dari itu ia sangat mengharapkan Camelia agar mau menikah dengan Raven.
To be continued…