Chereads / Seduction Romance / Chapter 6 - Mantan Terindah Luna

Chapter 6 - Mantan Terindah Luna

"Rav, kok lo malah diem sih! Gimana mau gak nikah sama gue?" tanya Camelia yang menyadarkan Raven dari keterdiamannya. Lelaki itu bukan sembarang diam, melainkan tengah memikirkan ajakan dari Camelia, jangan sampai ia menyesal nanti karena menikah dengan perempuan yang sangat jauh dari kriteria perempuan idamannya, apalagi hidup berumah tangga dengannya.

"Saya minta waktu, Mel, nggak bisa gerasak-gerusuk dalam mempertimbangkan keputusan yang penting, apalagi persoalan pernikahan, seperti yang telah saya ucapkan tadi jika menikah adalah hal yang sakral, dan saya nggak mau menyesal nantinya karena menikah dengan kamu, tentu saja perlu pemikiran yang matang. Tujuan kamu menikah dengan saya hanya ingin mendapatkan harta dari kakek Rasya saja, tidak lebih. Jujur terasa aneh ketika harus menjalankan sebuah pernikahan yang saya inginkan hanya sekali seumur hidup, namun dengan tujuan hanya ingin harta saja," balas Raven telak dan membuat Camelia langsung merengkutkan bibirnya.

Namun, di lain sisi Raven pun tidak bisa menolak keinginan dari nenek Hanna untuk menikah dengan perempuan itu, dan anehnya mengapa sang nenek begitu menginginkan Camelia untuk menjadi cucu menantunya, kenapa tidak perempuan lain yang merupakan putri dari rekan kerjanya yang lain, teman bisnis nenek Hanna begitu banyak, mengapa harus Camelia? Mungkin jika perempuan itu tahu kelakuan calon cucu menantunya di Australia, ia yakin nenek Hanna pun enggan untuk meminta dirinya menikah dengan Camelia. Namun, ia tidak mungkin mengatakan sebenarnya, merendahkan martabat dan harga diri Camelia di depan neneknya sendiri.

Camelia hanya terdiam, ia pun menyadari harus memikirkan hal itu terlebih dahulu, walaupun ia sudah yakin untuk menikah dengan Raven demi harta sang kakek. Tetapi, tidak menutup kemungkinan jika suatu saat ia jatuh cinta kepada Raven.

Karena tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, Raven segera beranjak bangun dari kursi, sudah sejak tadi ia ingin sekali beralih tempat dan tak nyaman berada di posisi seperti ini. Apalagi dengan adanya kejadian mengecup bibir orang lain tanpa permisi. Jujur saja hal itu membuatnya kesal dan cukup kikuk, karena Camelia berhasil mengambil kecupannya. Tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada Camelia, Raven segera melangkah pergi.

"Gue tunggu seminggu, Rav," sahut Camelia yang menghentikan langkan Raven.

Perempuan itu mengedarkan pandangan ke arah Raven yang terlihat tidak mau menatap kepadanya, seolah tidak peduli dengan ucapannya.

"Waktu seminggu lo bisa pikirin dengan rencana yang akan kita buat, gue harap lo setuju dengan pernikahan ini. Please deh lo bantu gue, dan ini pun salah lo juga," cetus Camelia dengan wajah penuh harap kepada Raven, namun perempuan itupun cenderung menyalahkan Raven dengan terjadinya perjodohan ini.

Laki-laki itu hanya mengerutkan dahi dan merasa tidak terima disalahkan begini. "Kenapa salah saya?" tanyanya dengan nada ngegas dan terpaksa menoleh ke arah Camelia.

"Ya, karena kakek Rasya yang pengen banget gue nikah sama lo, kalau aja dia merestui gue nikah sama orang lain, nggak mungkin juga gue nikah sama lo!" cetus Camelia menjelaskan. "Dan sebaliknya, nenek Hanna pun pengen banget gue jadi istri lo, padahal di luar sana banyak cewek yang lebih cantik dan tentunya lebih baik dibanding gue, yang masuk kriteria lo!"

Raven dibuat tersenyum dengan ucapan Camelia, lagi dan lagi ia berusaha tidak ingin peduli. Tapi, di lain sisi ada satu sifat yang disukainya dari perempuan itu. Namun, mengingat waktu yang sudah mendesak dan sudah begitu lama dirinya menghabiskan berjam-jam berbicara tak bermanfaat dengan perempuan itu.

Walaupun Raven tidak ingin peduli, namun segala perkataan yang keluar dari mulut perempuan itu membuatnya malah justru memikirkan ajakan pernikahan ini. Ia pun tidak ingin mengecewakan nenek Hanna jika menolak perjodohan tersebut, perjodohan yang sudah diinginkan sang nenek sejak lama.

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya, tanda menyutujui atas permintaan dari Camelia. "Ya, saya akan pikirkan lebih matang lagi, agar tidak menyesal nantinya," cetus Raven yang melengos pergi setelah menjawab. Bahkan gaya berjalannya pun cukup elegan dan membuat siapapun yang melihat akan terpesona nanti, dengan memasukkan satu tangan ke dalam saku celana bahan berwarna hitam, tidak terkecuali Camelia yang cukup tergoda dengan Raven. Bisa dibilang jika Raven memang sosok laki-laki yang sempurna, namun ia tidak ingin mengutarakannya secara langsung di depan lelaki itu.

Camelia tak sengaja melihat kunci mobil Raven yang tergeletak di atas meja, laki-laki itu terlupa membawanya. Dengan cepat perempuan itu beranjak bangun dari kursi dan mengejar langkah kaki Raven untuk memberikannya. Sebenarnya tanpa ia lakukan hal seperti ini pun, pastinya Raven akan kembali untuk mengambil. Laki-laki itu akan sadar jika kunci mobilnya yang tertinggal dan dirinya tidak akan bisa pulang.

Namun, langkah kaki Camelia terhenti tatkala melihat pemandangan yang ada di depannya. Terlihat Raven sedang saling pandang dengan seorang perempuan yang seperti seusia dengannya. Ia tidak tahu perempuan yang sedang berbicara dengan Raven siapa. Namun, melihat raut wajah dari perempuan itu seperti bahagia bertemu dengan Raven. Apakah keduanya tengah menjalin hubungan, tapi mengapa Raven tidak pernah mengatakan sebelumnya jika sudah memiliki kekasih, atau perempuan itu adalah mantan kekasihnya? Camelia terus bermonolog sendiri di dalam hati. Ia tidak terlalu tahu dengan seluk beluk kehidupan Raven, mungkin saja ia tengah menjalin hubungan. Namun, jika lelaki itu sudah memiliki kekasih, pasti dengan tegas Raven akan menolak perjodohan. Camelia merasa jika kepalanya sedikit berdenyut karena bergumam dan memikirkan sesuatu yang ia sendiri belum tahu kebenarannya.

"Pak Raven sedang apa di sini?" tanya perempuan itu yang terus memberikan senyuman kepadanya. Sementara Raven tampak sedikit gelagapan dengan pertanyaannya, terlihat dari gerakan wajah yang seperti mencari jawaban.

"S-saya baru bertemu dengan seseorang," balas Raven dengan perasaan sedikit gugup dan terpaksa harus membalas senyuman darinya. Ia tidak menampik masih merasa canggung jika bertemu dan berhadapan dengan Luna. Apalagi sudah beberapa minggu ini dirinya tak bertemu dengan perempuan itu. Walaupun ia dengan Luna sudah tak memiliki hubungan apa pun, setelah perempuan itu memutuskan hubungan dengannya. Keduanya hanya menjalin hubungan sebagai seorang atasan dengan karyawan dan tidak sering bertemu, berbeda saat keduanya masih memiliki status sebagai pasangan kekasih.

"Kamu sendiri sedang apa di sini, Lun?" Raven balik bertanya, mencoba untuk menetralkan keadaannya.

"Ehm—"

"Rav ….!" Panggil Camelia dari arah belakang, memotong jawaban yang akan keluar dari mulut Luna. Sementara kedua pasang mata dari Raven dan Luna pun langsung menilik ke arah Camelia yang tengah berdiri, bahkan tatapan dari Luna terlihat berbeda.

Camelia berjalan mendekat ke arah Raven, padahal pertanyaan dari perempuan itu saja belum dibalas olehnya.

"Ada apa?"

"Ini kunci mobil lo ketinggalan, gue panggil juga tapi nggak kedengeran," balas Camelia yang melirik ke arah perempuan di depannya ketika menyerahkan kunci mobil Raven.

"Seseorang yang kamu maksud tadi, dia, Rav?" timpal Luna, dan entah mengapa ia merasa sedikit kurang suka dengan kedatangan Camelia, apalagi posisi perempuan itu yang berada dekat dengan Raven, dan seperti kenal dekat dengannya. Meskipun ia dengan Raven sudah tak memiliki hubungan apa pun. Namun tetap saja jika sosok Raven adalah mantan terindah baginya, bahkan Luna berharap bisa menjalin hubungan kembali dengan atasannya sendiri, menyesal karena memutuskan hubungan secara sepihak.

Raven menganggukkan kepalanya. "Ya," balasnya singkat.

Camelia yang sadar dengan tatapan dari Luna yang kurang mengenakkan, cukup membuatnya meradang ditambah ia dibuat penasaran dengan sosok Luna yang seperti seseorang spesial di dalam hidup Raven, karena terlihat tatapan Raven yang berbeda ke arahnya.

"Owh, kamu siapanya Pak Raven?" tanya Luna dengan suara jealous, tak hanya suara melainkan wajahnya pun menampilkan hal yang sama.

Camelia yang merasa kebingungan dengan pertanyaan dari Luna hanya dibuat menohok, dan menggaruk tengkuk.

"Ehm … saya temennya kok. Kamu sendiri siapa?" Camelia tidak ingin kalah dengan Luna, bahkan bernada sama.

"Cuma temen," sahutnya dengan wajah mengejek dan menampilkan senyuman aneh yang benar-benar menimbulkan emosi di dalam diri Camelia.

"Iya awalnya temen, tapi aku calon istrinya Raven!" balas Camelia telak, dan sekarang giliran perempuan itu yang tergelak mendengar kata 'calon istri' yang dilontarkan Camelia.

Luna langsung mengedarkan tatapan kepada Raven mencari jawaban darinya, karena lelaki itupun terlihat tertohak dengan ucapan to the point Camelia.

To be continued…