Ternyata Rudi sedang termenung di dalam kamar. Sebenarnya dia sangat mengantuk, namun matanya seperti enggan di pejamkan. Pikirannya masih berkecamuk, sampai Rudi merasa bingung dengan dirinya sendiri.
Rudi mengingat kejadian tadi sore. Disaat dia mengetahui Sarah sedang sakit, Rudi tiba-tiba langsung merasa khawatir. Apa jangan-jangan karena Sarah sedang mengandung? tapi sampai sekarang Rudi masih belum memastikan kebenaran dari ucapan Sarah kemarin. Tadi ketika Rudi ke tempat Sarah dan melihat kondisi Sarah yang sedang sakit dan lemah, Rudi jadi tidak tega untuk menanyakan hal tersebut.
Apalagi saat Sarah memeluk dan menyuruh Rudi untuk tetap menemaninya, Rudi hampir saja menurutinya. Namun segera Rudi menolak ajakan Sarah, dan lalu meninggalkannya. Entahlah, sampai sekarang Rudi masih bimbang dengan perasaannya kepada Sarah.
Karena matanya tak kunjung terlelap, Rudi memutuskan untuk meminum obat tidur. Dia lalu menuju dapur untuk mengambil air mineral sambil membawa obatnya di tangan. Lalu Rudi melihat Asti sedang duduk sambil menyantap makanan. Lalu Rudi menghampiri istrinya tersebut.
"Kamu baru sampai?" tanya Rudi yang melihat Asti sedang sibuk dengan ayam gorengnya.
Asti merasa tersentak, sampai tersedak. Lalu buru-buru Rudi menepuk-nepuk punggung Asti, Rudi berusaha menolongnya. Rudi lalu mengambilkan air mineral kemudian menyuguhkannya kepada Asti. Lalu dengan cepat Asti meminumnya sampai habis, barulah dia terlihat lega. Melihat hal itu Rudi malah tersenyum.
"Kamu menertawai aku?" Asti terlihat kesal, padahal di dalam hatinya dia senang melihat Rudi ikut panik saat dia tersedak tadi. Memang aneh, tapi Asti menyukai ekspresi suaminya itu kalau sedang panik.
"Maaf," jawab Rudi cepat dan menyudahi senyumannya. Saat Asti tersedak, dia terlihat sangat lucu dan menggemaskan, makanya tanpa sadar Rudi menertawainya. Rudi kemudian duduk di depan Asti dan menatapnya lamat-lamat.
Merasa tidak nyaman, Asti menghentikan kegiatan makannya.
"Kamu lapar juga? sisanya kamu makan saja, aku beli banyak tadi." Lalu Asti beranjak dari duduknya kemudian pergi ke wastafel untuk mencuci tangannya. Setelah itu Asti berjalan hendak menuju ke kamarnya, karena masih merasa kesal terhadap Rudi karena kejadian tadi sore.
Melihat istrinya hendak ke kamar Rudi langsung mencegahnya dan mengajak Asti untuk duduk lagi di posisi semula.
"Duduk dulu As, temani aku makan."
Mendengar perintah Rudi, entah kenapa Asti malah menurut saja. Dia lalu kembali duduk di hadapan Rudi.
Rudi mulai mengambil satu potong ayam bagian paha kemudian memakannya. Asti lalu mengambil gawainya dari dalam tas lalu mulai memainkannya.
Sekitar 10 menit mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sampai pada akhirnya Rudi mulai membuka pembicaraan setelah selesai menghabiskan ayam goreng tadi dan sudah mencuci tangannya.
"Kamu habis dari butik?" Rudi bertanya sambil berjalan ke arah kursi tadi kemudian duduk kembali.
Asti langsung menjawabnya, namun matanya masih tertuju pada layar ponsel.
"Tidak, aku habis bertemu teman."
"Siapa? Vena?"
Mendengar pertanyaan suaminya, Asti hanya mendeham.
"Hemm."
"Pasti bukan Vena, sejak kapan kamu punya teman selain Vena?" Rudi mulai mengintrogasi Asti.
"Kalau bukan Vena, kamu mau apa?" Asti menantang balik suaminya.
Rudi pun terdiam, sambil tertunduk. Dia mencoba mengendalikan emosinya yang sedikit terpancing oleh jawaban Asti barusan. Rudi lalu menghela napas panjang.
"Sudah selesai kan?! Aku capek ingin istirahat." Asti lalu beranjak dari duduknya, sambil berdiri menanti jawaban Rudi.
"Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan, tapi sudahlah lain kali saja. Kamu istirahat saja." Rudi juga ikut bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah ruang tengah. Disusul Asti, namun tujuannya berbeda. Asti menuju kamar tidurnya.
***
Sesampainya di kamar tidur, Asti duduk di depan cermin yang ada pada meja rias di kamarnya. Dia mulai mengusapkan kapas yang sebelumnya sudah di basahi oleh cairan pembersih wajah ke area pipinya. Sambil mengusap-usap seluruh area wajahnya, tiba-tiba terbesit wajah Sarah di pikirannya.
"Kenapa aku masih penasaran dengannya ya?" Asti heran dengan dirinya sendiri.
"Apa aku tanya saja pada Vian tentang latar belakang Sarah, aku benar-benar penasaran!" Pekik Asti di dalam hati.
Entah mengapa Asti begitu penasaran dengan sosok Sarah. Bahkan saat pertama kali mereka bertemu dan berkenalan, Asti merasakan perasaan yang tidak enak. Padahal dia belum pernah bertemu dengan Sarah sebelumnya.
Nama Sarah sangat familiar di ingatan Asti, dia pernah melihat nama "Sarah" berkali-kali tapi dimana? Itulah membuat Asti semakin penasaran hingga matanya terasa berat dan memutuskan untuk tidur.
Namun berbeda hal dengan Asti yang sudah memasuki alam mimpinya, Rudi masih terjaga sambil menonton televisi di ruang tengah, tidak ada acara menarik yang disiarkan tapi matanya tetap mengarah ke sana.
"Lama-lama aku bisa gila karena memikirkan semua masalah ini." Rudi mengerang kemudian beranjak meninggalkan televisi yang masih menyala. Rudi berjalan ke arah halaman belakang menuju kolam renang. Sesampainya di sana, Rudi langsung membuka seluruh pakaiannya sampai yang tersisa tinggal celana dalamnya saja.
Rudi kemudian lompat kedalam kolam berenang, dan menenggelamkan badannya di sana. Hampir 2 menit tubuh Rudi diam di dasar kolam, apa yang terjadi dengan Rudi? Namun tiba-tiba badan Rudi muncul di permukaan sambil berteriak kencang.
Orang gila mana yang berenang di tengah malam seperti itu. Tapi baginya, ini adalah suatu cara untuk mendinginkan otaknya yang hampir meledak karena terlalu banyak memikirkan masalah. Entahlah, hanya Rudi yang tahu salah atau benarnya tindakan yang dia lakukan saat ini.
Rudi kemudian mulai berenang dari ujung ke ujung, sambil berteriak kegirangan. Dia sengaja melakukan itu karena, sebenarnya dia sedang mencari perhatian dari istrinya. Ternyata cara Rudi berhasil.
Asti yang sudah terlelap malah terbangun gara-gara mendengar teriakan Rudi yang sedang berenang tengah malam buta. Itu di karenakan, posisi kamar tidur Asti tepat di seberang kolam berenang.
Asti mulai menghampiri Rudi yang masih berenang di dalam kolam sambil berkacak pinggang.
"Rudi! Kamu sudah gila?" Asti berteriak ke arah Rudi, dengan mata bulat membelalak.
Rudi tidak menghiraukan kedatangan Asti, dia nampak asyik berenang sendiri mengitari kolam.
"Rudi cukup! Cepat naik!" Asti terlihat membungkukkan badannya di tepi kolam, supaya Rudi bisa mendengar teriakan Asti.
Rudi akhirnya mendengar teriakan Asti. Dia kemudian berenang mendekati Asti yang masih berada di tepi kolam. Entah setan apa yang lewat dan berbisik pada Rudi. Saat Rudi sudah berada tepat di depan Asti, Rudi lalu meraih badan Asti yang tampak terkejut. Lalu tiba-tiba tangan Rudi menarik lengan Asti dan akhirnya ikut tercebur ke dalam kolam.
Rudi tertawa senang, namun Asti malah sebaliknya. Asti nampak begitu marah, dia memukuli Rudi dengan kedua tangannya sambil berteriak kesal.
"Sialan kamu, kenapa malah menarikku!"
"Iya maaf," jawab Rudi sambil mencoba menangkis pukulan dari Asti.
"Jadi basah semua ini!" Asti masih meratapi kondisinya saat ini.
Namun Rudi masih menertawakan Asti, lalu dia tiba-tiba memeluk tubuh Asti dan Asti malah menurut saja tanpa memberikan perlawanan. Emosi Asti pun teredam.
"Ternyata romantis juga ya, tengah malam berpelukan seperti ini di dalam kolam renang lagi." Rudi berkata kepada Asti sambil terus memeluknya.
Lalu kemudian mereka tertawa dengan kebodohan yang Rudi lakukan.