Chereads / Jeratan Sang Mantan / Chapter 8 - Bab 18. Cemas

Chapter 8 - Bab 18. Cemas

Mbok Yum dan mang Darman lari tergopoh-gopoh saat mendengar ada keributan di area kolam renang. Mereka terlihat panik, mbok Yum mengira ada maling tercebur atau sedang ada kebakaran lantas mengambil air di kolam milik majikannya. Pikiran yang absurd memang, namun itu wajar terjadi kepada orang yang tadinya sedang tertidur pulas lalu tiba-tiba terbangun gara-gara kaget.

"Ada apa ini?" Mbok Yum berteriak saat melihat dua majikannya yang berada di dalam kolam renang pukul 1 dinihari.

"Sini mas, ke tepi!" Mang Darman juga ikut meneriaki, sambil mengulurkan tangannya.

Melihat ekspresi mbok Yum dan mang Darman yang teriak kepanikan, Rudi dan Asti malah tertawa terpingkal. Mbok Yum dan mang Darman sontak saling bertatap, dan merasa heran dengan kelakuan majikannya tersebut.

Setelah puas tertawa, mereka akhirnya menuruti ucapan mang Darman untuk menuju ke tepi kolam dan naik ke darat.

Mbok Yum terlihat membawakan kain handuk 2 lembar dan langsung di berikan kepada Rudi dan Asti yang mulai kedinginan. Lalu mereka bedua menuju ke kamar, sementara mang Darman sedang mengepel lantai yang basah. Saat Rudi dan Asti hendak masuk ke kamar, mbok Yum malah mengekor di belakang mereka. Menyadari hal itu Rudi menghentikan langkahnya lalu menegurnya.

"Mbok mau nontonin kita ganti pakaian?" ucap Rudi sambil tersenyum.

Menyadari kekeliruannya, mbok Yum kemudian berputar arah menuju ke dapur sambil tertunduk malu.

Menyaksikan tingkah mboy Yum seketika rumah di penuhi oleh suara gelak tawa mereka. Saat ini suasana terasa begitu hangat dan ceria, padahal sekarang sekitar pukul 1 dinihari. Ini adalah waktunya orang-orang sedang tertidur pulas.

Asti dan Rudi masuk kedalam kamar mandi untuk membilas tubuhnya sekaligus berganti pakaian. Saat Asti mulai membuka pakaiannya yang basah satu persatu, kemudian Asti masuk kedalam ruangan kecil berdinding kaca yang terdapat pancuran shower di dalamnya. Sedangkan Rudi sedang membasuh wajahnya di wastafel yang ada di samping dinding kaca itu.

Asti sedang menghujani tubuhnya dengan air yang keluar dari pancuran tersebut. Dia mulai menyapu badannya dengan busa mandi yang sudah di beri sabun terlebih dahulu. Dia mulai menggosokkan busa itu dari mulai tangan, dada, perut sampai ke bagian kaki. Asti mandi seperti orang pada umumnya. Namun lain halnya dengan Rudi, dia nampak tak kuasa melihat pemandangan indah itu. Sebagai pria normal, birahi Rudi langsung terpancing.

Tanpa banyak bicara, Rudi memasuki bilik kaca itu. Dia mulai memeluk tubuh Asti yang masih di penuhi oleh bisa sabun, dari arah belakang.

Merasa ada yang memeluknya dari belakang, Asti pun tersentak. Dia kemudian membalikan tubuhnya lalu menghadap ke depan Rudi.

Rudi mulai melancarkan aksinya, dia langsung menyambar bibir istrinya itu. Rudi langsung melumat bibir Asti hingga tidak ada jeda. Akhirnya mereka terbalut dalam malam yang penuh gairah sambil di temani rintik air yang membasahi tubuh mereka.

Rudi melakukan gerakan-gerakan yang memberikan kenikmatan bagi dirinya. Di susul dengan suara Asti yang mulai mengerang karena sakit dan nikmat yang dia rasakan bersamaan. Mereka lalu menggerakkan tubuhnya seirama, sampai Rudi hilang kendali dan mengerang dibuatnya. Gerakan itu di lakukan terus menerus, sampai mereka terlihat sedikit lemas. Keringat dan air bercampur menjadi satu, namun itu bukan suatu halangan untuk mereka menyudahinya.

Lalu tiba-tiba Rudi merasakan tubuhnya meregang karena akan menuju ke puncak kenikmatannya. Dia segera ingin menarik kepunyaannya yang dari tadi menusuk inti tubuh Asti untuk melepaskan sesuatu di luar, namun dengan cepat Asti menghalaunya. Asti kemudian mendekap erat tubuh Rudi agar sesuatu itu bisa di keluarkan di dalam tubuhnya saja, dan berbisik,

"Aku ingin memiliki anak."

Rudi mulai panik karena ucapan Asti barusan, namun dia sudah tak kuasa untuk menahannya lagi hingga akhirnya sesuatu itu keluar dari tubuh Rudi dan kini masuk kedalam tubuh Asti. Rudi langsung melepaskan dekapan Asti dengan wajah yang bingung. Lalu Asti lanjut menyelesaikan mandinya. Rudi masih berdiri terpaku di sana.

"Kamu melakukan hal di luar perjanjian kita, As!" Rudi terdengar menyalahkan Asti, dia berteriak saat Asti memunggungi dirinya.

Asti kemudian membalik badannya sebentar ke arah Rudi,

"Mulai detik ini, aku yang membatalkan perjanjian kita!" ucap Asti tegas, sambil menutupi tubuhnya dengan handuk lalu pergi meninggalkan Rudi yang masih berdiri dengan mulut ternganga.

"Asti tunggu!" Rudi memanggil istrinya. Rudi kemudian mengejar Asti sambil menutupi tubuhnya dengan handuk.

Namun Asti tak mengindahkan panggilan Rudi. Dia mulai mengenakan pakaiannya di depan suaminya itu, kemudian duduk di atas ranjang sambil mengusap-usap rambut basahnya dengan kain handuk.

Rudi kemudian berdiri di hadapan Asti sambil berkacak pinggang, terlihat wajahnya merah padam.

"Kenapa kamu melakukan ini As? Dulu kita sudah menyepakatinya!"

"Itu dulu Rudi, Sekarang ya sekarang!" Asti balik membentak.

"Kamu kan tahu aku masih belum si--"

"Sampai kapan kamu siap? Kamu masih ingin bersenang-senang bersama wanita lain?"

"Bukan itu-"

"Lalu apa? Aku hanya ingin memenuhi kodrat ku sebagai seorang istri, apa aku salah?"

"Tapi tidak sekarang As, masih banyak pencapaian yang harus aku raih selain mempunyai anak!"

"Apa? Apa lagi? Kamu sudah cukup mapan untuk membiayai kehidupan kita, apalagi yang kamu takutkan?"

"Cukup As, aku mohon beri waktu sebentar lagi. Besok ya, iya nanti besok aku akan bilang pada orangtuaku agar tidak menekan kamu lagi. Aku janji, aku akan segera memberitahukannya." Dari ucapan Rudi barusan, kepanikan tersirat jelas di wajahnya.

"Ini bukan ancaman Rudi! Aku benar-benar menginginkan anak. Lagipula Aku masih istri sah kamu, jadi wajar kalau sekarang aku berubah pikiran." Asti memberikan penjelasan.

"Aarghh! Kacau semuanya!" Rudi berteriak kemudian pergi ke kamar mandi, sepertinya dia akan membersihkan badannya.

Melihat respon Rudi seperti itu, perasaan Asti campur aduk. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin Asti tanyakan ke Rudi, namun melihat Rudi marah, Asti lalu mengurungkan niatnya. Mata Asti tiba-tiba mengantuk, karena Asti merasa hari ini sangat melelahkan. Apalagi ini sudah dinihari.

Setelah selasai mandi Rudi lalu mengenakan piyamanya. Sebenarnya dia masih kecewa dengan sikap Asti yang main ambil keputusan sendiri. Namun saat melihat Asti sudah tertidur pulas, Rudi sepertinya tampak sedikit menyesal karena sudah membentaknya tadi.

Rudi lalu menghampiri Asti lalu mengusap pipinya dengan lembut. Rudi merasa bersalah. Karena gara-gara ketamakannya, dia harus melukai orang yang di cintainya, lagi. Lalu Rudi ikut tertidur juga, dia juga tampaknya begitu lelah. Akhirnya mereka berdua terlelap dengan mimpinya masing-masing.

***

Pagi-pagi sekali bel rumah di kediaman Rudi dan Asti berdentang. Siapa yang bertamu subuh-subuh seperti ini? Rudi dan Asti masih bergumul di bawah selimut hangatnya, sehingga mereka tidak mengetahui kejadian itu.

Nampak mang Darman sedang berbincang dengan seorang wanita di balik pagar rumah yang di jaganya sambil membuka kunci gerbang tersebut. Saat pintu gerbang di buka, masuklah seorang wanita yang berjalan masuk ke halaman. Wanita itu di antarkan oleh sebuah taksi yang masih terparkir di luar sana.