Keresahan Resty
Di kediaman mewah Farhan di Jakarta, nampak sang istri gundah gulana. Ia sering mondar-mandir dan melamun di halaman belakang.
"Ibu, ini sarapan dan vitamin nya. Jangan lupa di konsumsi ya," ucap Nara tersenyum.
"Iya Bar, terima kasih ya," jawab Resty.
"Saya perhatikan akhir-akhir ini ibu sering menyendiri dan melamun. Wanita hamil nggak boleh banyak pikiran apalagi stress lho Bu." Ungkap Nara.
"Iya Nar, saya cuma kepikiran suami saya saja," jawab Resty.
"Kan bapak kerja Bu, ngapain di pikirin," sahut Nara polos.
Resty menanggapi pernyataan Nara dengan senyum.
"Oh iya Nar, kalau kamu mau jalan-jalan nggak apa-apa, dari pada nungguin saya terus kan bosan juga," kata Resty.
"Kan sudah tugas saya jagain Ibu, Ibu buruan sarapan ya." Ucap Nara.
"Iya Nar," ucap Resty singkat.
Sang perawat pribadi itupun segera hengkan dari samping majikannya. Ia segera kembali ke dapur untuk menyiapkan menu sehat ibu hamil lain nya. Tugas Nara selain menjaga Resty, ia juga di tugaskan membuat menu makanan dan camilan sehat untuk Resty. Hal tersebut tidaklah sulit untuk Nara.
*****
Siang harinya, sang majikan kembali terlihat mondar-mandir di depan pintu kamarnya.
Ia kemudian berinisiatif menelpon sahabatnya.
"Hallo Yan, ketemu yuk," ajak Resty melalui panggilan telepon.
"Oke Res, dimana?" balas Yana.
"Di cafe biasanya aja, jam empat sore ya," jawab Resty.
Ia pun mengakhiri obrolan dengan menutup teleponnya.
"Nara," teriak Resty.
"Iya Bu," sahut Nara berlari ke arah Resty.
"Nanti saya mau keluar, saya nitip Noval ya," pinta Resty.
"Ibu mau kemana? Mau saya temenin?" tanya Nara.
"Nggak usah, saya mau ketemu teman saya di dekat sini kok," jawab Resty.
Sebenarnya Nara sedikit heran dengan kondisi Resty yang nampak sehat tak ada masalah seperti yang di ceritakan Farhan.
****
Sore pun tiba, Resty segera bersiap. Ia ingin tiba di lokasi lebih awal, supaya sang sahabat tak lama menunggunya. Ia segera memesan taksi online dan
Ia pun tiba lebih dulu daripada Yana. Tangannya segera meraih daftar menu yang sudah tersedia di meja.
ia memesan beberapa jenis makanan mulai dari appataizer, main course dan dessert memenuhi meja tersebut.
"Mbak, saya pesan angry cuiso, Bean dip, chicken wrap, spaghetti Carbonara, chicken Calamari, chesse cake, strawberry cheese cake, avocado latte, strawberry shake sama puding coklat and buah ya," ucap Resty kepada salah satu pelayan Cafe.
"Baik Bu, di tunggu ya," ucap sang pelayan.
Dua puluh menit kemudian, semua makanan yang di pesan sudah tersaji di meja di barengi dengan kedatangan Yana.
"Wah banyak banget makanan nya, kamu kesini naik apa Res? Kok di parkiran nggak ada mobil kamu?" ucap Yana menghampiri Resty.
Resty sengaja memilih meja paling depan dari pintu masuk supaya bisa langsung terlihat oleh sang sahabat saat memasuki area Cafe.
"Iya biar kita betah ngobrolnya hehe," canda Resty.
Ia pun sudah memilihkan beberapa menu kesukaan sahabatnya itu.
"Naik taksi online Yan," sambung Resty.
"Oh begitu," jawab tersenyum.
Ia pun segera duduk di samping sahabatnya tersebut.
"Sebenarnya ada da apa Res?" tanya Yana menatap Resty tajam.
"To the point aja ya Yan, aku bingung sama keadaan ini. Farhan dan Dona sedang di Paris, aku sudah pura-pura hamil dan kandunganku bermasalah tapi hal tersebut nggak meluluhkan niat Farhan nyusul wanita itu," ucap Resty lantang.
"Jadi Farhan tetep ninggalin kamu ke Paris?" tegas Yana.
"Iya Yan, posisinya aku mau nyusul juga nggak mungkin kan? Apalagi kemarin drama kita seolah-olah kandungan ku bermasalah dan memprihatinkan. Kalau aku maksa nyusul ke Paris yang ada drama kita akan ketahuan" jawab Resty sebal.
"Aduh Res, kita minta aja surat keterangan dari dokter kalau kamu sudah memungkinkan untuk naik pesawat dan bepergian jauh, beres kan? Farhan nggak akan curiga," saran Yana.
"Iya juga sih Yan, bilang saja selama di rawat Nara kondisiku semakin membaik," ucap Resty.
"Nara?" tanya Yana penasaran.
"Iya, dia perawat yang disewa Farhan untuk merawat aku," jawab Resty.
"Oh jadi Farhan sebelum ke Paris dia nyewa perawat buat jagain kamu?" tanya Yana lagi
"Iya Yan, licik banget kan. Aku kira dia tulus peduli sama aku ternyata sewa perawat cuma buat alibi biar dia bisa tetap ke Paris nyusul wanita itu," ungkap Resty kesal.
Sepertinya perasaannya mulai kuat air matanya pun tak nampak menetes kala membicarakan kisah suaminya dengan Dona. Hanya wajah kesal yang nampak padanya.
"Keterlaluan juga ya Farhan," kata Yana.
"Iya Yan," jawab Resty.
"Habis ini kita ke temanku ya minta surat keterangan palsu,hehe," canda Yana.
"Baik Yan," jawab Resty tersenyum.
Mereka segera mengunjungi tempat praktik sahabat Yana untuk meminta surat keterangan palsu.
"Sore Mbak, dokter Fera Meilisa ada," tanya Yana kepada seorang receptionis di rumah sakit tempat sahabat nya praktik.
"Maaf Bu, dokter Fera hari ini dan besok sedang cuti," kata sang receptionis.
"Oh pantes saya hubungi susah sekali," ucap Yana.
Mendengar perbincangan antara sahabat nya dan receptionis tersebut, wajah Resty terlihat panik dan pucat.
"Aduh Yan gimana dong?" ucap Resty gugup.
"Kamu tenang dulu Res, aku coba hubungi Fera lagi nanti," ucap Yana menenangkan sahabatnya.
Kedua wanita itu segera meninggalkan rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, Yana tetap berusaha menghubungi Fera namun tetap tak ada hasil.
"Res, aku udah coba hubungi Fera tapi tetap nggak bisa," ucap Yana.
"Terus gimana dong Yan?" tanya Resty meminta solusi.
"Gimana kalau kita nunggu Fera selesai cuti, kan tadi receptionis nya bilang cuma dua hari," jawab Yana.
"Oke deh Yan, makasih banget ya Yan kamu udah banyak bantuin aku," ucap Resty berkaca_kaca.
"Iya sama-sama Res," ucap Yana.
"Kita pulang aja ya Yan, takut Nara Lapor ke Farhan," ucap Resty.
"Res, mending kamu ajak Nara kerjasama deh," saran Yana.
"Maksudnya Yan?" tanya Resty.
"Ya kamu ajak kerjasama biar dia mihak ke kamu," jawab Yana.
Resty sejenak terdiam dan berfikir tentang ide yang di berikan sang sahabat.
"Iya juga ya Yan, tapi aku bingung harus mulai darimana," ucap Resty.
"Yaudah, besok-besok kita ajak dia keluar dan kita doktrin Nara bareng-bareng," jawab Yana.
Ia kemudian mengantar Resty pulang, ke kediaman Farhan yang tak jauh dari lokasi mereka berada.
Lima belas menit kemudian tibalah keduanya di depan kompleks perumahan Farhan.
"Sampai sini aja nggak aoa-apa Yan, atau kamu mau mampir dulu?" ucap Resty.
"Kayaknya nggak deh Res, udah mau gelap soalnya," jawab Yana.
"Oke deh Yan, hati-hati ya," ucap Resty
"Iya Res," jawab Yana singkat.
Resty segera turun dari mobil sang sahabat, Yana segera memutar balik mobilnya dan kembali melanjutkan perjalanan menuju rumahnya.
****
Keesokan hari dikota Jakarta, langit tampak cerah. Hari ini Resty berniat mempertemukan Nara dengan Yana untuk menjalankan rencananya.
"Nar, nanti kamu ikut saya keluar ya," ajak Resty.
"Baik Bu, tapi Ibu nggak boleh kecapekan lho," ucap Nara.
"Iya Nar, cuma ketemu sama teman saya sebentar," ucap Resty.
Ia segera menghubungi sahabatnya untuk memberitahukan bahwa Nara bersedia ikut dengannya.
"Hallo Yan, hari ini bisa ketemu? Aku ajak Nara juga buat jalanin rencana kita," ucap Resty.
"Gimana kalau besok saja Res, sekalian kita ketemu sama Fara buat minta surat keterangan," ucap Yana.
"Oh gitu ya Yan, kamu hari ini sibuk?" tanya Resty.
"Iya Res, ada acara keluarga," jawab Yana.
Mereka segera mengakhiri obrolan via telepon tersebut.
"Nara," teriak Resty.
"Iya Bu," jawab Nara berlari kecil menuju arah Resty.
"Kita keluar besok ya, hari ini temanku sibuk," sambung Resty.
Nara mengangguk dan berpamitan untuk melanjutkan aktifitasnya di dapur untuk membuatkan sarapan sehat untuk Resty.