Cinta pertama memang sulit dilupakan, bahkan masih banyak manusia yang masih terjebak pada cinta pertamanya.
Hal tersebutlah yang dialami oleh Farhan sang pengusaha kaya. Dia kembali terpesona pada cinta pertamanya saat SMA dulu. Meskipun sudah lima belas tahun berlalu tak mengurangi rasa cintanya kepada sang primadona. Bahkan statusnya yang kini sudah beristri tak membuatnya patah arang dan Farhan tak menghiraukan hal tersebut. Perasaan yang masih terpendam untuk cinta pertamanya begitu besar dan semakin kuat setelah sang pujaan hati kembali hadir dalam hidupnya.
Awal kisah ini dimulai setelah reuni sederhana suatu sekolah yang diadakan di suatu restoran ternama di Ibukota Jakarta, pada bulan Oktober tahun 2017 lalu.
Srett srett,, suara seorang wanita menarik kursi untuk di letakan di samping kursinya.
"Kursi buat siapa Tan?" tanya Yunita.
"Buat Dona," jawab Tania.
"Dona yg mana? Teman kita yang namanya Dona kan ada dua?" tanya yang lain.
Dona Maheswari Santoso, sahut wanita yang baru saja sampai di restoran tersebut.
Ternyata wanita tersebut adalah Dona yang di maksud. Dona merupakan teman mereka yang menempuh pendidikan di luar negeri dan tinggal di sana lebih dari sepuluh tahun.
"Yaa ampun dona, cantik banget," kata Yunita.
"Thank you beb, kamu jauh lebih cantik," ucap Dona memuji kembali.
"Apa kabar kamu sayang?" tanya Erischa sambil cipika cipiki menempelkan pipinya ke pipi merah Dona.
"Baik banget shay," jawab Dona.
Dona pun menyapa teman-temannya satu persatu dengan bersalaman.
Reuni itu tidak hanya dihadiri oleh puluhan alumni, tapi juga pasangan dan buah hati masing-masing untuk yang sudah berumah tangga. Meskipun tak semua dapat hadir, namun acara tersebut cukup meriah dan sukses.
Disisi lain sepertinya ada beberapa wanita yang kurang nyaman dengan kehadiran Dona. Tidak lain karena suami mereka sepertinya lebih tertarik memperhatikan keelokan fisik wanita berusia tiga puluh tahun ini.
"Ehh aku duduk dimana?" tanya Dona dengan sedikit manja.
Sini sini beb," kata Tania menunjuk kursi disampingnya yang sudah ia persiapkan untuk Dona.
Dona kemudian duduk di kursi yang di siapkan oleh sahabatnya itu.
Satu persatu teman-teman wanita Dona bertanya tentang kehidupannya saat masih tinggal di luar negeri.
"Oh iya Don, asik ya tinggal di luar negeri kayak nya kamu gak ada beban gitu, apa karena orang tua kamu kaya ya?" canda martha salah satu teman kelas Dona.
"Ihhhh, semua itu gak seperti yang kalian lihat," jawab Dona sedikit menghela nafas.
Ternyata banyak teman nya yang tidak mengetahui kalau kehidupannya sudah berubah. Perusahaan orang tuanya sudah tak sejaya dulu lagi. Itulah salah satu alasan yang membuatnya kembali ke tanah kelahirannya.
"Oh iyaa, kalian ada yang ngambil jurusan kesehatan nggak waktu kuliah. Aku perlu team peninjau nih?" tanya Dona.
"Aku Don," jawab Farhan tanpa basa basi.
Sewaktu kuliah Farhan memang mengambil jurusan Kedokteran, tentunya sangat berhubungan dengan team peninjau yang Dona perlukan.
"Tapi kamu kan sekarang jadi pengusaha Han," sambung Tania.
"Nggak apa-apa sih, aku cuma butuh team peninjau buat karya ilmiah aku aja," sahut Dona.
"Kan aku jurusan hukum, tapi aku di mintain tolong temen aku buat bikin karya ilmiah tentang kesehatan," kata Dona kembali menjelaskan.
"Kirim linknya saja Don," sahut Farhan tanpa memperdulikan keadaan dan tak menghiraukan wanita yang ada disamping nya yang tak lain adalah Resty istri Farhan. Resty merupakan wanita sederhana yang dinikahi Farhan tujuh tahun lalu. Wanita itu berusia satu tahun lebih muda dari Farhan, lebih tepatnya usia Resty sama dengan usia Dona. Salah satu alasan Farhan menikahi wanita itu karena saat itu Farhan merasa tidak ada peluang untuk meluluhkan hati Dona sang pujaan hati dari SMA, ia pun memutuskan menikahi wanita manis tersebut.
"Oke, aku kirim linknya sekarang ya Han," kata Dona.
"Oke," jawab Farhan singkat.
"Oh iyaa mba, aku minta tolong ke suamimu nggak apa-apa kan ya?" tanya Dona.
"Oh, iya mbak gak apa-apa," jawab Resty. Padahal dalam hatinya menggumam melihat tingkah suaminya yang tak seperti biasa.
"Makasih ya mbak," ucap Dona sambil mengirim beberapa karya ilmiahnya.
Beberapa jam kemudian Dona bermaksut ingin beranjak mendahului teman-temanya.
"Eh, temen-temen aku duluan nggak apa apa ya?" kata Dona.
Buru-buru banget Don," kata Yunita.
"Iya Ta, aku masih ada desain yang belum kelar," jawab Dona.
"Wow, profesional yah kamu Don," ejek Andreas.
"Harus dong," sahut Dona.
Dona pun bergegas menuju parkiran mobil dan segera menyetir mobilnya menuju rumah.
Dona merupakan wanita yang istimewa di mata teman-teman nya. Selain kelebihan fisik, Dona mempunyai perilaku yang baik, cerdas, dan berasal dari keluarga kaya.
Tak berapa lama acara pun selesai, semua peserta pulang ke kediaman masing-masing.
Sesampainya di rumah Dona langsung menuju ruang kerjanya untuk melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
"Mbok Mar, tolong bawakan aku jus yaa aku tunggu di ruang kerja," pinta Dona kepada asisten rumah tangga nya.
"Baik non," jawab mbok Mar.
Dona melanjutkan pekerjaan nya mulai dari desain baju, mengetik karya ilmiah hingga mencicil novel.
Kring kring ponsel dona tiba tiba berbunyi.
"Hallo, selamat sore dengan Ibu Dona Maheswari Santoso?" tanya sang penelpon tak dikenal tersebut.
"Iya betul, maaf dengan siapa saya berbicara?" tanya Dona.
"Perkenalkan ibu, saya Benjamin dari team penerbit Mahakarya, apakah benar seminggu yang lalu Ibu mengirimkan naskah baru untuk pengajuan novel?" kata Benjamin.
"Iya betul Pak Benjamin," jawab Dona.
"Selamat yah Bu, naskah Ibu kami terima setelah melakukan beberapa kali peninjauan," kata Benjamin.
"Bapak serius?" Dona kembali bertanya.
"Iya Ibu, untuk tanda tangan kontrak bisa kita mulai kapan ya Bu?" Di jam Ibu slow aja karena saya tahu ibu Dona orang sibuk," kata Benjamin.
Senin depan jam satu siang gimana pak?" kata Dona.
"Baik Bu, kami tunggu di kantor ya, sudah tahu alamat kantor kami kan?" jawab Benjamin sembari kembali bertanya.
"Sudah pak, besok saya ketemu dengan siapa ya?" tanya Dona.
"Ibu langsung ke reseptionis bilang saja ada janji dengan saya, nanti ada orang yang nganter ibu ke ruangan saya," jawab Benjamin.
"Baik pak terima kasih," ucap Dona.
"Sama-sama ibu," jawab Benjamin.
Kemudian Dona menutup telpon dengan perasaan senang, dia tidak menyangka kalau novelnya di terima padahal dia sudah lama tidak menyalurkan salah satu hobi nya tersebut.
Sedangkan Farhan, sesampainya di kediaman mereka.
Farhan tetap asik dengan ponsel nya, Resty pun curiga karena suaminya tidak biasanya akrab dengan ponselnya saat malam tiba.
"Mas, kamu nggak bersihin badan dulu? Biasanya kamu bersihin badan terus tidur?" tanya Resty.
"Bentar lagi sayang, ini lagi ninjau karya ilmiahnya Dona," jawab Farhan santai sambil tersenyum.
Jelas nampak aura bahagia yang terpancar dari wajah Farhan.
"Tinjau karya ilmiah atau tinjau yang bikin?," tanya Resty geram.
"Tinjau karya ilmiahnya lah sayang, emang kamu boleh kalau aku tinjau Dona?" kata Farhan dengan nada bercanda.
Hal tersebut semakin membuat sang istri gerah dan akhirnya Resty pun menuju kamar dan beristirahat dengan perasaan campur aduk.
Beberapa menit kemudian Farhan menyusul sang istri ke kamar, namun bukannya menghibur sang istri yang sedang kesal Farhan malah tetap asyik dengan Ponselnya. Resty pun mencoba meredam amarah nya, kemudian ia menarik selimut dan mencoba memejamkan mata. Sedangkan Farhan seolah tak peka menghadapi sifat istrinya yang tiba-tiba berubah.