Dona semakin risau dengan hatinya, ia pun nampak enggan berada di dekat Farhan. Terkadang ia sendiri bingung dengan apa yang ia rasakan, ia seolah tak mau dengan Farhan tapi hatinya tak dapat menolak cinta lelaki beristri itu. Mungkin itulah yang membuat Dona menjadi plin plan dan hatinya sering bergejolak.
Ia tak menginginkan hal seperti ini terjadi, semua ini di luar kendalinya.
Selama bekerja, Dona beraktifitas seperti biasa ia tak menunjukan kekecewaannya terhadap Farhan.
"Don, laporan untuk bahan meeting sudah disiapkan?" tanya Farhan.
"Sudah Han, ada di meja kamu," jawab Dona.
Meskipun Dona berusaha menutupi kekecawaannya, tapi hal tersebut tak dapat menipu Farhan. Ia tahu kalau wanita pujaan nya itu sedang merajuk.
*****
Berhari hari Farhan sulit tidur, ia takut jika niatnya untuk menikahi Dona ditolak mentah-mentah oleh Dona dan keluarganya. Akhirnya dia menyusun rencana, kali ini Farhan benar-benar tidak memikirkan perasaan istrinya. Cintanya yang begitu besar terhadap Dona telah membutakan mata hatinya. Farhan mulai menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Pujaan hatinya tersebut dan rencana Farhan pun pelan-pelan mulai direalisasikan. Salah satu rencana adalah Dia mendekati salah satu orang kepercayaan keluarga Dona agar mau membantu merayu orang tua sang wanita, supaya mau menikahkan Dona dengan nya.
Keesokan harinya Farhan mulai mencari info tentang kondisi perusahaan keluarga Dona yang sempt mengalami masalah keuangan. Farhan segera mencari kontak salah satu orang kepercayaan keluarga Dona, yaitu Pak Roby.
"Hallo, selamat pagi? Apa benar ini nomer Pak Robyanto Hermawan?", tanya Farhan saat menelpon.
"Iya betul dengan saya sendiri, maaf dengan siapa saya berbicara?", tanya Pak Roby.
Saya Farhan Pak masih ingat dengan saya saya salah satu temannya Dona
Dalam percakapan itu Farhan mengajak pak Robi untuk bertemu dengan alasan ingin menawarkan beberapa Project untuk perusahaan Keluarga Dona dan Pak Robi pun menyetujui permintaan itu. Dua hari kemudian Farhan pulang dari Paris dan langsung menemui Pak Roby, awalnya Farhan menjelaskan tentang project-project yang akan diberikan untuk bekerja sama dengan keluarga Dona. Tak lama kemudian terjadi tanda tangan kontrak antara perusahaan Farhan dengan keluarga Dona. Setelah Project berjalan selama berapa minggu dari sini bisa terlihat perusahaan Farhan benar-benar memberikan konstribusi yang besar kepada perusahaan milik keluarga Dona. Pihak dari keluargapun semakin simpati dan merasa berhutang budi kepada Farhan.
"Pak roby, terima kasih ya untuk kerjasamanya salam untuk mama papa nya Dona," kata Farhan
"Saya dan keluarga Pak Sandjaya Santoso yang mengucapkan banyak terima kasih kepada pak Farhan," sambung Pak Roby.
"Sama-sama Pak Roby, mama papa nya Dona sehat?" tanya Farhan.
"Sehat Pak, oh iya mbak Dona apakabar disana? Saya dengar Pak Farhan sempat bekerja dengan mabak Dona selama beberapa minggu?" tanya Pak Roby
"Dona baik banget pak, makin cantik dan makin bahagia sepertinya dia disana," jawab Farhan
"Dari kecil dia memang sudah cantik pak, anak saya yang pertama saja sempat suka sama dia," kata pak Roby.
"Oh iya? Terus Dona mau?", tanya Farhan
Pak Roby pun menggeleng
"Oh iya pak, saya ingin ketemu sama orang tua Dona bisa?" tanya Farhan.
"Bisa pak, memang dari kemarin Tuan Sanjaya dan Nyonyq Mety ingin bertemu pak Farhan," jawab pak Roby.
Kata mereka sudah lama tidak ketemu, semenjak pak Farhan ke Eropa," sambung Pak Roby.
"Mari saya antar ketemu dengan mereka," ajak Pak Roby
Tok tok tok, Pak Roby mengetuk pintu ruang kerja tuan Sandjaya.
"Masuk," kata Tuan Sandjaya.
"Haloo om tante, apakabar?" sapa Farhan kepada orang tua Dona. Kebetulan nyonya Mety hari ini sedang berada di kantor suaminya untuk membantu menangani beberapa project penting.
"Hallo Farhan, kabar kita baik, kamu sendiri gimana kabarnya?" ucap nyonya Mety bersalaman. Kemudian Farhan mencium punggung tangan kedua orang tua Dona sebagai tanda penghormatan.
"Baik juga tante," jawab Farhan sumringah.
"Dona gimana Han? Betah kan dia disana?" tanya Tuan Sandjaya.
"Dona baik om dan betah disana," jawab Farhan.
"Nitip Dona ya Han, dia anak kami satu-satunya dan kami sangat menyayanginya," kata Nyonya Mety dengan mata berkaca-kaca. Sebenarnya kedua orang tua Dona tidak tega membiarkan putri semata wayangnya bekerja apalagi jauh dari mereka. Namun keadaan ekonomi mereka sekarang telah berbeda.
"Pasti tante, saya juga sangat menyayangi Dona," jawab Farhan dengan penuh perasaan.
"Sayang, maksudnya Han?" tak sengaja kedua orang tua Dona menanyakan hal yang sama. Mereka pun terkejut dan seketika memandangi Farhan dengan penuh tanda tanya.
"Maaf semuanya, saya permisi kembali ke ruangan dulu," pamit Pak Roby, sepertinya beliau menghindari perbincangan yang mungkin mengarah ke area pribadi mereka.
"Iya Rob silahkan," jawab Tuan Sandjaya.
Farhan seketika memutar otak untuk mencari jawaban yang tepat, karena sepertinya orang tua Dona kurang berkenan dengan ucapannya.
"Saya sudah nganggep Dona seperti adik saya om tante," jawab Farhan
"Oh, iya han terima kasih," ucap nyonya Mety lega sambil menghela nafas. Karena dia takut Farhan dan Dona menjalin cinta terlarang mengingat Farhan sudah beristri. Namun hal di takutkan tersebutlah yang kini sedang terjadi.
"Han kita makan siang bareng ya," ajak Tuan Sandjaya.
"Baik om, mau makan dimana biar saya reservasi tempat dulu, jadi nyampe restauran kita tinggal makan nggak perlu nunggu lama," kata Farhan.
"Di Bungalow Restauran aja gimana Han? Kan nggak begitu jauh tuh dari sini," kata Tuan Sandjaya
"Baik om, saya reservasi tempat dulu, om sama tante pilih menu yaa biar saya minta in sekalian daftar menunya," kata Farhan dengan penuh semangat.
"Oh iya Han kabar keluarga kamu gimana? Mama, Papa, istri dan anakmu?," tanya Nyonya Mety.
"Ohh, semuanya baik tante," jawab Farhan sedikit kaget karena dari tadi fokusnya hanya memikirkan cara mengambil hati kedua orang tua Dona.
Namun bukan Farhan namanya kalau tidak bisa mencari jalan keluar, dan sudah mengantisipasi kemungkinan buruk yang akan terjadi.
"Ayo kita jalan om tante, keburu macet jam istirahat," ajak Farhan dengan ramah.
Sesampainya di restauran yang dituju, mereka segera munuju meja dan duduk di kursi masing-masing.
Hidangan yang di pesan juga sudah tersaji, tersusun rapi di meja.
"Mah, coba hubungi Dona dia sudah makan apa belum," pinta Tuan Sandjaya kepada sang Istri.
"Hallo Papa, emang Papa lupa sekarang Dona dimana? Beda waktu berapa jam disini sama disana?" kata nlnyonya Mety sambil tertawa kecil.
"Beda enam jam kok om tante," sahut Farhan sambil terseyum.
"Tanyain mah, udah makan malam belum?" sambung Tuan Sandjaya.
"Iya-iya pah, gitu Han om Sandjaya saking sayangnya sama anaknya," kata Nyonya Mety.
"Wajar tante, kan anak semata wayang," jawab Farhan.
"Disana Dona tinggal dimana Han? Titip Dona ya, dia anak kami satu-satunya," kata Tuan Sandjaya.
"Di Apartemen om, deket dari Eiffel tower juga kok, emang saya sama Mrs Renata sengaja nyariin yang viewnya bagus. Biar Dona betah dan nyaman selama tinggal di Paris," jawab Farhan.
"Makasih ya Han, kalian sudah baik banget sama Dona. Salam buat Mrs Renata, kalau ada kesempatan kami ingin bertemu," kata Nyonya Mety sedikit terharu.
"Iya tante, Mrs Renata sudah menganggap Dona seperti anak kandungnya sendiri. Bahkan beliau sangat menyayanginya karena beliau teringat pada almarhumah putrinya," jawab Farhan.
"Oh Mrs Renata punya anak perempuan ya? Setahu kita dua laki-laki semua," tanya Tuan Sandjaya.
" Ada om satu, meninggal saat umur 23 tahun karena sakit kanker," jawab Farhan.
Tiba-tiba ponsel nyonya Mety berdering,
"Pah, ini anakmu lagi makan salad katanya," kata nyonya Mety sambil menunjukan isi chat dari Dona ke sang suami.
Farhan hanya diam, pura-pura tak tahu. Padahal Farhan sudah tahu tentang itu, karena ia sudah berkomunikasi dengan Dona sebelumnya ketika masih dalam perjalanan.
"Dona disana masak sendiri kok om tante, dia pinter masak," ucap Farhan memberitahu kedua orang tua Dona.
"Iya Han, dia hobby cooking dan baking," jawab Tuan Sandjaya.
"Oh iya udah pernah nyicipin masakannya Dona belum?" tanya Nyonya Mety sambil tersenyum tipis.
"Sudah tante, enak kok. Dia pinter, apa aja bisa," puji Farhan.
"Emang dia itu ambisius, apapun yang dia mau harus bisa di raih. Tapi kalau masalah cowok dia belum pernah yah mah," kata Tuan Sandjaya.
"Pernah dulu itu sama si Mike, yah mungkin karena cinta pertama kali ya Pah?" jawab Nyonya Mety sembari kembali bertanya.
"Tapi setelah kita kasih pengertian kalau Mike bukan laki-laki yang baik kan Dona mundur mah. Itu tandanya bukan terobsesi, belum move on aja," jawab Tuan Sandjaya.
Merekapun kembali menikmati hidangan yang tersaji di meja tersebut.
Setelah selesei makan, tiba-tiba Farhan meminta izin,"Om tante saya ke toilet bentar ya,"
"Oh iya han," jawab Nyonya Mety.
Sedangkan sang suami hanya mengangguk sambil menikmati segelas minuman.
Bukan ke Toilet ternyata Farhan menuju kasir meminta Bill pembayaran tanpa sepengetahuan orang tua Dona.
Setelah selesai melakukan pembayaran Farhan segera menghampiri orang tua Dona dan duduk kembali.
Beberapa menit kemuadian,
"Han, udah ketoiletnya? Kok cepet banget?" tanya Nyonya Mety.
"Udah tante," jawab Farhan sambil tersenyum.
"Tunggu sebentar ya," kata Tuan Sandjaya sambil beranjak dari kursinya.
"Iya om, mau kemana?" tanya Farhan.
"Mau ke kasir dulu bentar," jawab tuan Sandjaya sambil tersenyum.
"Udah saya bayar om," jawab Farhan.
Bu Mety dan Pak Sanjaya pun terkejut, mereka merasa tidak enak dengan Farhan.
"Lhooo, Han kok kamu yang bayar sih? Kan kami yang ajak kamu makan," ucap Nyonya Mety.
"Iya Han, kan kita yang ngajak makan," timpal Tuan Sandjaya.
"Nggak apa-apa tante, kan nggak tiap hari kita makan bareng," jawab Farhan.
"Mau balik sekarang apa nanti Om Tante?" sambung Farhan.
"Balik sekarang aja yuk, kita ke kantor Om sambil ngobrol-ngobrol, kamu lagi nggak sibuk kan?" ajak Nyonya Mety.
"Baik te, nggak kok," jawab Farhan.
Merekapun segera bergegas meninggalkan restauran dan menuju parkiran.
Farhan mengemudilan mobil dengan tenang. Tuan Sandjaya duduk di depan menemani Farhan sedangkan nyonya Mety duduk di belakang. Sesekali mereka saling melempar pertanyaan dan saling menjawab.
"Oh iya Han, Dona disana tinggal sendirian ya?" tanya nyonya Mety basa basi.
"Iya tante," jawab Farhan.
"Sebenarnya kami nggak tega lihat Dona kerja keras seperti ini," sambung Tuan Sandjaya.
"Iya, kami biasanya manjain dia tapi sekarang dia harus kerja keras karena keadaan ekonomi kami yang tak seperti dulu," kata nyonya Mety dengan nada lirih dan mata berkaca-kaca.
Sebagai seorang ibu, wajar apabila beliau sangat sedih karena harus kembali berpisah dengan putri kandungnya.
"Nggak apa-apa tante, biar Dona belajar alan kerasnya kehidupan," jawab Farhan.
"Dona udah ngalamin itu Han, dia pernah depresi berat delapan tahun yang lalu saat masih berpacaran dengan Mike," ceplos Nyonya Mety reflex alias tanpa sadar.
"Mamah, itu masalalu Dona jangan di bahas lagi," sambung sang suami.
"Maaf ya Pah, Mama keceplosan, maaf ya Han jadi curhat," kata Nyonya Mety.
Farhan sebenarnya kaget karena Dona tak pernah bercerita sebelumnya.
Mobil berhenti, tibalah mereka di kantor tuan Sanjaya. Mereka bertiga kompak melanjutkan obrolan di ruang kerja Tuan Sandjaya.
"Han, saya minta tolong banget bikin Dona nyaman disana ya, jangan sampai dia depresi lagi," pinta tuan Sanjaya dengan tulus.
"Iya om itu yang mau saya tanyakan dari tadi kalau Om sm Tante berkenan buat menjawab, kalaupun nggak saya nggak maksa" kata Farhan penuh penasaran.
"Iya Han silahkan," kata Nyonya Mety.
"Dona depresi kenapa ya te? Maaf lancang," kata Farhan dengan raut muka serius.
"Oh itu Han, jadi gini kebetulan Dona di kampus juga banyak yang deketin sama halnya dengan Mike. Mereka sama-sama popular di fakultas masing-masing. Hingga akhirnya mereka di pertemukan dalam suatu acara kampus dan saling tertarik," kata tlTuan Sandjaya sambil menghela nafas panjang kemudian melanjutkan ceritanya.
"Kemudian Mike mendekati Dona dan sebulan kemudian mereka resmi berpacaran. Beberapa bulan kemudian rencana Mike terbongkar, ia hanya ingin memenangkan sayembara untuk mendekati Dona dan Mike sudah mempunyai pacar di kota asalnya. Hal tersebut tercium oleh pacar Mike sampai akhirnya dia mempermalukan Dona di kampus," sambung Tuan Sandjaya.
"Oh jadi itu yang membuat Dona depresi om?" tanya Farhan lagi.
"Bukan Han, jadi Dona itu uda tunangan sama Mike pas pacarnya itu nyamperin Dona, semacam nggak terima gitu," sambung Nyonya Mety.
"Mungkin karena Mike itu cinta pertama jadi susah Move On, dan akhirnya Mike lebih memilih kembali ke pacarnya," ucap Tuan Sandjaya.
" Dari sinilah Dona mulai depresi, dan Mike juga mulai mencari Dona lagi," kata nyonya Mety meneruskan cerita sang suami.
"Oh gitu ya Tan," kata Farhan heran. Dalam hatinya hanya laki-laki bodoh yang mampu menyakiti Dona. Wanita cantik nan cerdas dengan segudang prestasi dan sejuta daya tariknya.
"Kurang lebihnya seperti itu Han, intinya Mike ngejar Dona lagi dan Dona uda nggak mau meskipun sulit melupakan," jawab nyonya Mety.
Cerita kedua orang tua Dona itu semakin membuat Farhan penasaran.
"Berapa lama Dona sakit tante?" tanya Farhan.
"Enam bulanan sih sepertinya," jawab nyonya Mety.
Drett drettt dering suara dari ponsel Farhan, obrolan pun terpotong.
"Hallo," jawab Farhan.
"Mas kamu pulang kapan? Semenjak dari Paris sampai sekarang kamu sibuk terus lho, belum ada buat aku sama Noval," kata Resty dengan nada agak lantang.
"Iya habis ini pulang," jawab Farhan singkat.
"Oke aku tunggu di rumah ya," kata Resty.
"Iya," jawab Farhan singkat.
Farhan mematikan telepon dan segera pamit.
"Om Tante, Farhan pamit dulu ya," kata Farhan.
"Iya Han, makasih ya," ucap Nyonya Mety.
"Mari kita antar sampai depan," kata Tuan Sanjaya
Mereka mengantar Farhan sampai halaman kantor. Farhan pun segera mengemudikan mobilnya menuju rumahnya.