Dona menjalani aktifitas seperti biasa tanpa Farhan. Namun sebenarnya di dalam hati kecilnya ada secuil rindu yang tak mungkin ia sampaikan. Batinnya mulai tersiksa, tiap detik ia pun harus berperang dengan perasaannya sendiri. Namun setelah Farhan pulang ke Jakarta, Dona pun mulai terbiasa menjalani hari-hari tanpa suami Resty. meskipun terkadang rasa rindu tak bisa mengelabui.
Pagi ini kebetulan hari minggu, kantor libur dan saatnya Dona mengistirahatkan badan.
"Oke Don, fiks ini adalah cara Tuhan membuatmu move on dari suami orang," kata Dona dalam hati sambil memandang kaca dan melihat wajah ayu nya sendiri.
Drett drett drett, getar suara dari ponsel Dona.
"Hallo Mrs," sapa Dona.
"Dona hari ini sibuk nggak?" tanya seseorang dalam telepon tersebut yang taknlain adalah Mrs Renata.
"Enggak Mrs, kenapa Mrs?" tanya Dona.
"Saya mau ajak kamu keluar, nanti kita lunch bareng bisa kan?" kata Mrs Renata.
"Baik Mrs, saya siap-siap dulu ya. Kita ketemu diman Mrs? " tanya Dona.
"Saya jemput kamu aja sejam an lagi," jawab Mrs Renata.
"Baik Mrs, saya siap-siap dulu ya," kata Dona.
"Oke," kata Mrs Renata.
Mereka pun menyudahi obrolan tersebut. Dona bergegas bersiap, dia menyiapkan pakaian terbaiknya untuk keluar dengan Mrs Renata.
Kurang lebih dua jam telah berlalu, Mrs Renata tiba di apartement Dona. Dona yang sudah siap sedari tadi dan sudah menunggu di loby pun bergegas menghampiri bos cantiknya.
"Hay Mrs," sapa Dona dengan senyum manis merekah nya.
"Hayy Don, sorry ya lama tadi ada masalah dikit tapi udah teratasi," kata Mrs Renata.
"Nggak apa-apa Mrs," jawab Dona.
"Yuk kita berangkat," ajak Mrs Renata.
"Iya Mrs," kata Dona sambil melangkah kan kaki mulus nan jenjangnya.
Setelah sampai di sebuah restauran mewah , Mrs Renata menjamu Dona dengan berbagai hidangan terbaik di restauran tersebut.
"Don, silahkan duduk," kata Mrs Renata.
"Baik Mrs," jawab Dona sambil duduk.
"Makan dulu Don, sudah siap nih," kata Mrs Renata.
"Iya Mrs, terima kasih untuk jamuannya," ucap Dona.
Merekapun segera menyantap hidangan yang tersaji.
"Oh iya Don, kamu sama Farhan sebenernya gimana?" tanya Mrs Renata.
"Gimana? Maksudnya Mrs?," tanya balik Dona.
"Hubungan spesial gitu, soalnya saya lihat Farhan begitu mencintai kamu," kata Mrs Renata.
"Saya sendiri juga bingung Mrs, posisi kami sangat sulit," kata Dona
"Sulit gimana Don?" tanya Mrs Renata penasaran.
"Jujur saya mulai menyukai Farhan selama di sini Mrs, padahal Farhan bukan pria lajang," kata Dona dengan raut wajah sedih.
"Terus keputusan kamu gimana Don?" Masih mau lanjut sama Farhan atau buka hati buat yang lain?" tanya Mrs Renata
"Pengen buka hati tapi susah Mrs," kata Dona sambil menghela nafas.
"Kenapa? Karena Farhan terlalu intens ya mendekati kamu? Saya pengennya kamu dapat yang lajang juga Don," ucap Mrs Renata sambil menggengam tangan Dona dengan perasaan tulus.
Melihat ketulasan hati dari Mrs Renata, tanpa sengaja Dona meneteskan air mata. Dia dapat merasakan kebaikan dan ketulasan wanita paruh baya tersebut.
"Saya sebenarnya sudah pengen lepas dari Farhan, awalnya saya nganggep dia cuma teman. Tapi kami juga tidak bisa bohong dengan perasaan kami Mrs," kata Dona berbicara dengan pandangan kosong.
Seolah-olah banyak beban moral ketika membicarakan hubungannya dengan Farhan.
"Saya tahu Farhan sangat mencintai kamu, sampai dia rela melahkukan apa saja demi bisa bersama kamu," kata Mrs Renata.
"Melahkukan apa saja? Maksudnya Mrs?" tanya Dona dengan raut muka serius.
"Termasuk kehadiran saya dan Farhan kesini?" imbuh Dona.
"Iya benar Don," kata Mrs Renata sambil mengangguk.
Betapa hancurnya hati Dona mengetahui ini semua adalah rencana Farhan. Dona merasa di permainkan karena ketika dia menanyakan kebenaran soal ini, Farhan dengan rapi menutupinya.
"Sebenarnya saya sudah merasakan ada yang janggal Mrs dan saya pun sudah pernah menanyakan hal ini pada Farhan. Tapi dia tak mengakuinya." kata Dona sambil menangis kecewa.
"Sudah Don, sebenarnya Farhan itu baik dan dia nggak salah. Rasa sayang yang terlalu besar ke kamu lah yang salah." kata Mrs Renata menenangkan Dona.
"Dan saya yang lebih salah lagi Mrs, karena selama disini saya mulai menyukainya," jawab Dona dengan muka sayu dan suara lemah.
"Kalian nggak salah, mungkin semua ini ujian untuk kalian. Saya tau Don kamu wanita baik-baik, yang saya harap juga yang terbaik buat kamu," kata Mrs Renatq berusaha menenengkan Dona.
Drettt drettt drett, ponsel Dona berbunyi dan ia pun sempat melihatnya sebelum memasukan ponselnya kembali kedalam tasnya.
"Kenapa tidak di angkat Don? Angkat aja nggak papa," sambung Mrs Renata.
"Dari Farhan Mrs, saya sedang berusaha untuk menjauh dan membatasi diri dari Farhan," kata Dona.
"Bukankah sudah sering kamu lahkukan, dan kamu gagal?" ungkap Mrs Renata. Ternyata diam-diam Mrs Renata memperhatikan apapun yang di lahkukan Dona.
Kini giliran ponsel Mrs Renata yang berbunyi, drett drett drettt
"Hallo sayang," kata Mrs Renata. Kemudian Mrs Renata melanjutkan obrolan nya sampai selesei. Sedangkan Dona hanya melamun di depan Mrs Renata.
"Sorry ya Don kepotong obrolan nya, keponakan saya telephon kalau dapat cuti bulan depan mau main kesini nanti saya kenalin ya," kata Mrs Renata dengan wajah sumringah.
"Iya Mrs ngak apa-apa," ucap Dona tersadar dari lamunannya.
Drettt drettt drettt, Farhan kembali menghubungi sang pujaan hati. Sebenarnya Dona pun sangat merindukan sosok Farhan, namun dia berusaha untuk tidak merusak rumah tangga Farhan.
"Farhan lagi Don?" tanya Mrs Renata penasaran.
"Iya Mrs," jawab Dona sambil mengangguk.
"Kamu nggak kangen sama Farhan? Angkat aja nggak apa-apa, kasian lho," kata Mrs Renata sambil menggoda Dona.
Dona tersenyum tipis dan seketika wajah mulus Dona memerah.
"Kangen Mrs, tapi ya begitu deh," jawab Dona tersipu malu.
"Kenapa? Malu sama saya?" tanya Mrs Renata.
Dona hanya menggelengkan kepala.
"Jangan gitu Don, ngomong baik-baik, resikonya memang pasti Farhan susah menerima. Tapi kalau kamu tiba-tiba cuek dia malah makin penasaran dan takutnya semakin nekat." kata Mrs Renata berusaha memberikan saran untuk Dona.
"Iya Mrs," kata Dona mengangguk.
Bukannya menghubungi balik Farhan, Dona malah mematikan ponselnya.
Hal tersebut semakin membuat Mrs Renata bingung.
"Lho kenapa di matiin Don ponselnya?" tanya Mrs Renata dengan muka kebingungan.
"Enggak apa-apa Mrs, nanti sampai apartemen saya hubungi dia,"
jawab Dona dengan tenang.
"Oh, ya sudah," kata Mrs Renata.
"Don, nanti kalau ponakan saya datang saya kenalin ke kamu ya. Nanti temenin dia jalan-jalan," pinta Mrs Renata.
"Oke Mrs, nanti kabarin lagi ya," kata Dona.
"Oke sayang," jawab Mrs Renata.
Langit nampak berubah warna, matahari mulai tenggelam, dan malam pun mulai datang. Mrs Renata segera mengajak Dona pulang untuk beristirahat.
"Don, pulang yuk, udah mau gelap," ajak Mrs Renata dengan nada halus khas nya.
"Ayo Mrs," kata Dona sambil mengambil dompet dalam tasnya. Mengetahui Dona hendak membayar, Mrs Renata pun mencegahnya.
"Mau kemana Don? Udah nggak usah, saya aja yang bayar. Lagian yang ngajak kamu kesini kan saya," ucap Mrs Renata.
"Iya Mrs," kata Dona sambil kembali memasukan dompetnya ke tempat semula.
Setelah semua aktifitas Mrs Renata dan Dona di restauran selesei mereka pun bergegas pulang.
Mrs Renata mengantar Dona ke apartement nya terlebih dahulu.
Sesampainya di apartemen Dona,
"Mampir yuk Mrs," ajak Dona.
"Lain kali aja deh Don, kamu istirahat ya," jawab Mrs Renata menolak halus ajakan Dona.
Mrs Renata sengaja menolak tawaran itu, karena Mrs Renata memahami suasana hati Dona yang tidak menentu. Biasanya di saat suasana hati sedang berada di fase seperti itu, wanita lebih banyak memilih untuk menyendiri sementara waktu. Itulah yang di pikirkan dan pernah di rasakan Mrs Renata, sehingga ia tak menerima Dona untuk mampir di apartemen nya.
Mrs Renata segera menyuruh sang sopir memutar mobilnya untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat tinggalnya.
"Dona, saya duluan yaa kamu jaga kesehatan. Jangan lupa makan dan jangan banyak fikiran," kata Mrs Renata menasehati Dona di balik Kaca mobilnya yang terbuka.
"Iya Mrs, makasih ya buat perhatiannya," ucap Dona.
"Iya, yaudah kamu masuk sana," kata Mrs Renata.
"Baik Mrs," jawab Dona.
Dona segera balik badan memasuki pintu masuk apartemen nya, karena Mrs Renata hanya mengantarnya sampai pintu masuk utama.
Sesampainya di apartemen Dona segera membersihkan badan dan ganti baju. Tak lupa ia kembali menghidupkan ponselnya dan benar saja banyak panggilan dan chat masuk dari Farhan. Dona teringat akan pesan Mrs Renata dia pun segera membalas chat dari Farhan. Setelah menerima balasan dari sang pujaan hati, kemudian Farhan segera menelponnya.
"Hallo, sayang kamu marah sama aku? Kamu kemana aja? Kenapa aku telpon nggak diangkat dan ponsel kamu mati?" kata Farhan melontarkan beberapa pertanyaan dengan nada panik.
"Enggak, tadi aku lagi jalan sama Mrs Renata," jawab Dona.
"Oh gitu, kemana? Kamu udah makan sayang?" tanya Farhan.
"Udah, kamu balik kapan? Aku rindu." kata Dona tak sengaja jujur mengeluarkan isi dari hati kecilnya sambil menangis.
Memdengar kata-kata yang keluar dari mulut Dona, Farhan pun kegirangan bukan kepalang.
"Secepatnya sayang, aku juga rindu banget. Udah jangan nangis lagi ya," jawab Farhan dengan nada riang.
Mendengar jawaban dari Farhan seketika Dona tersadar.
Dalam hati nya ia berkata "Ya Tuhan, apa yang barusan aku katakan, bukan kah itu akan menambah rasa cinta Farhan kepadaku."
"Yaudah Han aku istirahat dulu ya," kata Dona berpamitan pada Farhan.
"Iya sayang, jaga kesehatan ya love you," ucap Farhan.
"Iya Han, makasih ya," kata Dona.
"Sayang love you," kata Farhan mengulangiucapannya yang tak di balas Dona. Seolah tak puas jika ungkapan isi hati nya belum terjawab oleh pujaan hatinya. Dona pun memahami keinginan Farhan.
"Love u too," balas Dona lirih seolah tak kuasa mengatakan kata-kata tersebut.
Mereka pun menyudahi obrolan melalaui telepon.
Dona tak bisa tidur nyenyak malam itu, hatinya gusar. Perasaan Dona tak menentu teringat ucapan yang tak sengaja keluar dari bibirnya untuk Farhan. Dona tak hanya merasa bersalah pada Farhan dia juga merasa bersalah pada Resty.
Menurut Dona hal tersebut fatal, karena Farhan pasti semakin merasa ada harapan bersamanya. Sedangkan di sisi Farhan ada Resty yang seharusnya mereka jaga perasaannya.
Dona tidak mungkin membagikan kisahnya pada orang tuanya, dia takut melukai hai keduanya.
Malam ini Dona memutuskan menghubungi Erisca sang sahabat yang tinggal di Jakarta.
"Hallo Ca? Aku ganggu nggak?" tanya Dona melalui telepon.
"Nggak kok Don, kenapa sayang? Ada yang mau di curhatin?" tanya Erischa.
"Iya Ca, soal Farhan lagi," jawab Dona lirih.
"Kenapa lagi Don? Kamu cerita aja nggak apa-apa," kata Erisca.
Dona pun mencurahkan isi hatinya kepada sang sahabat.
Ternyata ini bukan kali pertama Dona menceritakan kisah nya dengan Farhan kepada Erischa.
Sebagai sahabat yang sudah memahami karakter Don, Erischa hanya bisa mendengarkan dan sesekali memberi masukan untuk Dona.
Setelah berbicara panjang lebar dan di rasa sudah mulai ada solusi,
"Yaudah ya Ca, makasih lho kamu udah mau jadi pendengar setia setiap curhatku," kata Dona menyudahi obrolan, dia takut mengganggu aktifitas Erischa yang lain.
"Oke Don, kalau ada apa-apa cerita ya," kata Erischa.
"Iya sayang, bye bye." jawab Dona.
Setelah mendapat saran dari Erischa, Dona merasa agak tenang dan pelan-pelan ia mulai memejamkan mata.