Baba 14
Liburan yang tertunda
Denting jam terus berbunyi, jarum jam terus berputar, dan waktu pun terus berjalan. Tak terasa pagi mulai menjelang, lazuardi kali ini nampak ramah. Namun ketiga wanita ini masih terlihat pulas menikmati tidurnya, bak sedang berada dalam naungan balutan mimpi indan.
Sania yang terbangun lebih dulu mencoba meraih ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidur mereka, sontak ia pun kaget melihat jam yang terpampang di ponselnya.
"Ya Tuhan, jam 10," teriak wanita cantik itu.
Sang mertua yang tidur tepat di samping nya pun terkejut. Berbeda dengan Dona yang tak beraeaksi apapun, ia masih pulas meneruskan tidur nya.
"Ada apa San?" tanya sang mertua.
"Kita kesiangan Mah, ini udah jam 10," kata Sania mencoba menjelaskan.
"Yaudah sih di pending dulu jalan-jalan nya, lagian Dona juga masih tidur sepertinya dia kecapekan," jawab sang mertua.
"Kenapa San?" tanya sang mertua santai.
"Iya Mah, sekalian nunggu Farhan ya. Kan besok dia sudah on the way kesini," kata Sania.
Mereka berdua segera memberishkan diri, dan beraktivitas beberapa menit di pentry untuk menyiapkan makanan.
Giliran Dona yang terkejut melihat jarum jam yang berada di kamar Farhan.
"Ya Tuhan," kata Dona kaget.
Ia pun menoleh ke arah kanan dan kiri mencari Sania dan mertua nya. Tetapi kedua sosok tersebut tak nampak di ruangan itu.
Dona segera keluar kamar dan mencari mereka. Ia mendapati kedua nya berada di pentry dan terlihat sedang sibuk menyiapkan makanan, Dona pun tak enak hati melihat hal tersebut.
"Maaf ya semuanya, aku telat bangun," kata Dona sambil menghampiri mereka.
"Iya Don nggak apa-apa," kata Mama Farhan.
"Makan yuk, udah siap nih," ajak Sania.
Mereka pun menyantap hidangan yang tersaji di meja makan. Selesai sarapan Dona membantu membereskan meja makan dan bergegas menuju kamar mandi.
*****
Siang ini mereka memutuskan mencari makan di luar. Sekitar jam 2 siang, ketiganya meninggalkan Apartement menuju sebuah restauran di kota paris.
Mereka memilih menggunakan transportasi umum untuk menuju restauran tersebut. Akhirnya mereka tiba di Restauran, ketiga nya mulai memesan makanan.
"Oh iya Don menu yang enak di sini menurut kamu yang mana?" tanya Sania.
"Disini enak semua Kak," jawab Dona.
Sang mertua tak banyak bertanya, beliau memilih menu yang sama dengan Dona.
Mereka menunggu makanan yang di pesan datang sambil mengobrol.
"Oh iya Don, kamu sering kesini?" tanya Sania.
"Iya Kak, biasa nya Farhan dan Mrs Renata ngajak makan di sini," jawab Dona.
Mendengar nama Mrs Renata, spontan membuat menantu dan mertua tersebut mengingat kebaikan yang sudah di berikan selama mereka di Perancis.
"Oh iya Don, kapan-kapan kita bisa nggak mengunjungi Mrs Renata?" tanya Mama Farhan.
Sania yang mendengar ucapan sang mertua pun mengangguk ke arah Dona, seolah mendukung ide tersebut.
"Nanti Dona tanyakan ya Mah, Mrs Renata bisa atau nggak," jawab Dona.
Makanan yang di pesan pun tiba, ketiga segera menikmati makanan yang sudah di pesan.
Benar saja kata Dona, makanan di restauran ini benar-benar lezat. Sania dan mertua nya terlihat menikmati dan melahap makanan tersebut.
"Habis ini kita jalan-jalan sebentar yuk, nggak usah jauh-jauh di pinggir kota aja," ajak Sania.
"Iya Kak," kata Dona.
"Kita ambil gambar sekalian ya," sahut mertua Sania.
"Iya-iya, Mama narsis juga ya," ledek Sania.
Ketiga nya pun tertawa, sebenarnya Sania sedang mencari celah untuk dapat berbicara berdua dengan Dona tanpa sepengetahuan sang Mertua.
Ia ingin menanyakan perasaan serta hubungan nya dengan Farhan, mengingat Farhan sering mencurahkan isi hati nya kepada Sania.
Saat mereka berjalan-jalan, namun Sania belum mendapatkan kesempatan berbicara berdua dengan Dona mengingat sang mertua selalu berada di dekat mereka.
Sesekali Sania menatap ke arah Dona, rasa nya ingin sekali ia segera bertanya kepada Dona.
"San, tolong foto in Mama sama Dona ya. nanti gantian ambil gambar nya," pinta sang mertua.
"Oke," Sania pun segera menjamah ponsel nya.
Secara bergantian mereka mengambil gambar dengan berbagai pose. Akhir nya lelah pun menghampiri muka sayu mulai nampak dari wajah ketiganya di iringi sang surya yang mulai bersembunyi di balik awan.
"Mah Kak, udah mulai gelap nih, pulang yuk," ajak Dona kepada mereka.
"Ayo," kata Sania mengiyakan.
Mereka berjalan menuju halte untuk menunggu bus. Tak lama bus mereka tunggu pun datang, ketiga nya bergegas memasuki kendaraan tersebut.
Bus mulai berjalan, mereka tiba di halte tujuan.
Mereka mengantri menuruni bus, dan berjalan menuju Apartement. Sesampai nya di Apartement Dona memasuki Apartement nya, sedangkan Sania dan sang mertua memasuki Apartement Farhan.
"Don kita ke Apartemen Farhan ya? Kamu ikut kita juga kan?" tanya sang Mama.
"Dona ke Apartemen Dona aja ya Mah, soalnya mau bersih-bersih dulu," jawab Dona menolak halus.
Dalam hati Sania ini adalah saat yang tepat, ia berencana ketika sang mertua tidur ia akan menghampiri Dona ke Apartemen nya.
Jam makan malam pun tiba, Sania berusaha menghubungi Dona untuk mengajak makan malam bersama.
"Hallo Kak," suara Dona dari balik telepon. Ia segera merespon panggilan telepon dari Sania.
"Don makan malam di luar yuk, mamq ngajak makqn di luar nih," ajak Sania.
"Oke Kak, Dona ganti baju sebentar ya," jawab Dona.
Kurang dari seperempat jam Dona suda melangkah menuju Aoartenen Farhan.
Tokk tokk tokk, suara pintu Apartemen Farhan, Sania pun segera membuka pintu.
"Masuk dulu yuk Mama udah siap juga kok," kata Sania.
Dona pun memasuki ruang tamu Apartemen Farhan.
"Mah, Dona udah dateng ayo buruan," kata Sania.
"Iyaa," jawab sang mertua singkat.
Sang mertua bergegas menyusul mereka ke ruang tamu.
"Ayo," ajak Mama Farhan.
Mereka pun segera beranjak dari kursi dan melangkah keluar Apartemen.
Tiba di restauran, mereka segera memesan menu dan segera menyantap hidangan.
"Oh iya besok kita rencana mau kemana? tanya Dona.
"Kita belanja buat oleh-oleh aja gimana San?" jawab Mama Farhan.
"Oke deh Mah, jadi kalau Farhan dateng kita tinggal lanjutu traveling tanpa mikir oleh-oleh." jawab Sania.
Mendengar nama Farhan sebenarnya hati Dona berdebar, namun ia berusaha bersikap biasa.
Toh kejadian semalam pun membuat nya menyesal, kenapa ia harus menangis di depan Farhan itu semakin membuat Farhan tak bisa meninggalkan nya.
Di satu sisi Dona tersadar tujuan utama nya yaitu menjauhi Farhan pria yang saat ini amat di cintai nya itu.
Makanan di meja mulai habis, Dona memanggil pelayan untuk meminta Bill. Namun kali ini Sania menolak niat baik Dona untuk membayar makanan mereka. Kali ini Sania ingin dia lah yang mentraktir Dona.
"Don, biar Kakak saja yang bayar yah," kata Sania sambil mengeluarkan Kartu kredit dari dalam dompet nya.
"Nggak apa-apa Kak, Dona aja yang bayar," kata Dona.
Sania dan mertua nya kekeuh menolak.
"Jangan Don, biar kita yang bayar," kata Mama farhan memotong pembicaraan.
Dona pun tak kuasa melawan, kini saat nya mereka kembali ke Apartemen.
Donq memasuki Apartemen nya sedangkan Sania dan mertua memasuki Apartemen Farhan.
"Makasih ya semua nya," kata Dona sebelum membuka pint Apartemen.
"Sama-sama sayang," jawab Mama Farhan. Dona mencium punggung tangan kanan Mama Farhan kemudian merekq pun berpelukan. Hal yang sama juga di lakukan Dona kepada Sania, beda nya Dona tak mencium tangan Sania.
Mereka pun memasuki Apartemen masing-masing.
*****
Sepertinya rencana Sania tak berjalan mulus, waktu menunjukan pukul 22.25 namun sang mertua tak kunjung memejamkan mata. Beliau malah asik menjamah ponsel pribadinya. Namun Sania tak kehilangan akal, ia mempunyai ide untuk menemui Dona.
"Aduh nggak ada signal lagi," celetuk Sania yang sedang duduk di samping mertuanya.
"Masa sih San? Signal mama bagus kok," jawab sang Mertua.
"Iya Mah, Sania keluar bentar ya siapa tau di luar ada signal," ucap Sania.
"Oke," kata sang mertua.
Sania segera melangkahkan kaki menuju Apartemen Dona dan segera menelpon Dona.
"Hallo Don, Kakak di luar buka in pintu ya," kata Sania lirih.
"Oke Kak sebentar ya," jawab Sania singkat.
"Kak masuk yuk," kata Dona sambil membuka pintu.
Sania pun segera memasuki Apartemen Dona.
"Don, Kakak mau nanya sesuatu tentang kamu sama Farhan, boleh?" tanya Sania dengan suara lembut.
Mendengar nama Farhan membuat dada Donq sedikit sesak, ia pun sedikt menghela nafas.
"Boleh Kak, silahkan," jawab Dona.
"To the point aja yah Don, apa pun jawaban kamu nggak akan mempengaruhi hubungan kita, jadi kamu jawab jujur sesuai aoa yang kamu rasakan," kata Sania.
Sania pun dengan lugas menjelaskan tentang perasaan Farhan kepada Dona melalui curhatan nya.
"Terus kamu perasaan nya gimana Don ke Farhan? Biasa saja atau kamu merasakan hal sama seperti Farhan?" tanya Sania dengan lembut.
Mendengar pertanyaan itu, seketika Dona menghampiri Sania dan memeluknya sambil meneteskan air mata. Sania pun membalas pelukan nya. Sesekali suara tangisan dan sesenggukan terdengar di telinga Sania. Dona tak kuasa menahan perasaan rindu di dada nya meskipun selama ini ia sudah melawan rasa itu.
"Aku juga sayang Farhan sama Farhan Kak, tapi aku tau ini nggak boleh karena Farhan sudah beristri," kata Dona semakin erat memeluk Sania.
"Udah-udah Don, Kakak lega mendengar jawaban kamu," kata Sania mencoba menenangkan Dona.
Dona pun terkejut mendengar ucapan Sania dan segera melepaskan pelukan nya.
"Maksud Kakak?" tanya Dona.
"Jadi gini Don, Farhan berniat sekali ingin menikahi kamu," jawab Sania.
Selama ini Sania memang mendukung hubungan mereka. Entah karena Sania tak begitu menyukai Resty atau karena faktor lain.
"Terus gimana dengan Resty Kak, aku nggak mau ngrusak hubungan mereka," kata Dona.
Ia pun berusaha menjelaskan kalau sebenarnya ia sudah mencoba menjauhi dan melupakan Farhan namun kenyataan nya hal tersebut amat lah sulit. Hal tersebut ia lakukan bukan karena tak cinta, tapi karena ia lebih memilih menjaga perasaan Resty.
"Anggap saja ini jalan takdir kalian, dan sudah di atur Tuhan sedemikian rupa," jawab Sania.
"Kakak nggak kasihan sama Resty?" tanya Dona.
Pertanyaan Dona seketika membuat mood Sania buyar.
"Jangan bahas dia dulu ya, nanti di saat yang tepat akan Kakak bahas semua. Karena kalau aku bahas sekarang takut nya di kira menyudutkan dia." kata Sania dengan nada tak suka.
Dona hanya terdiam tak sepatah kata pun keluar dari bibir tipis nya, meskipun sebenarnya ia penasaran tentang apa yang di sembunyikan Sania soal Resty. Ia paham kalau Sania tak menyukai pembahasan yang berkaitan dengan Resty.
"Yaudah ya Don kamu istirahat, Kakak balik dulu takut di cari Mama," pamit Sania.
Dona hanya mengangguk, ia pun mengantat Sania sampai di bibir pintu apartemen nya. Sania mengendap endap memasuki Apartement Farhan, hal tersebut ia lahkukan untuk berjaga-jaga agar tidak di ketahui mertua nya. Perasaan nya lega kala melihat sang mertua sudah tertidur pulas.
Sania kemudian mencoba untuk menghubungi Farhan, ia bermaksud ingin memberitahu apa yang ia dengar dari mulut Dona. Akan tetapi Farhan tak menjawab panggilan dari nya. Mungkin Farhan masih tidur mengingat selisih waktu antara Paris dan Jakarta adalah 6 jam, dan waktu di Paris saat ini menunjukan pukul 11 malam. Sebenarnya Sania adalah orang pertama yang mendukung rencana Farhan. Entah karena ia tak suka dengan Resty atau karena ia terlalu sayang dengan Dona sehingga ia berharap Dona menjadi bagian dari keluarga nya. Tentu saja hal tersebut kurang etis mengingat Farhan sudah beristri dan memiliki buah hati.