Chereads / Kembali Kepelukan Cinta Pertama / Chapter 22 - Kedatangan Farhan

Chapter 22 - Kedatangan Farhan

Hari ini adalah hari kedatangan Farhan di kota Paris lagi.

Tak hanya sang ibunda dan ipar yang menanti nya. Beberapa orang di luar keluarga seperti Dona dan Mrs Renata pun mengharapkan kedatangan nya kembali ke kota ini. Sore ini Johan Asistan pribadi Farhan bersiap menjemput CEO tampan itu di Airport.

Pesawat yang ia tumpangi mendarat dengan selamat di bandara Charles de Gaulle. Bandara ini terletak di luar kota Paris dan jarak tempuh memakan waktu kurang lebih 30 menit.Johan yang melihat sosok bosnya yang tampan itu pun buru-buru menghampiri.

"Selamat siang Pak Farhan, welcome to France," ucap Johan menyapa Farhan.

"Siang juga," jawab Farhan.

"Saya bawakan tas sama koper nya Pak," pinta Johan.

Dua pria tersebut pun berjalan menuju Parkiran.

Sepanjang perjalanan menuju Paris, wajah Farhan nampak bahagia sesekali ia tersenyum sumringah seperti membayangkan sesuatu.

"Pak, kita langsung ke Apartemen?" tanya Johan.

Suara Johan pun sontak membangunkan imaginasi Farhan.

"Oh, gimana?" tanya Farhan kaget.

"Langsung ke Apartemen atau kemana dulu Pak?" tanya Johan mengulangi pertanyaan nya.

"Langsung ke Apartemen saja ya Jo," jawab Farhan.

Mobil mewah yang di tumpanginya tersebut pun, segera membawa nya menuju kota Paris.

Di Apartemen Farhan, nampak Dona, Mama Farhan, serta Sania menanti kedatangan Farhan di ruang tamu.

Sang lelaki tampan itu pun membuka pintu dengan pelan, Johan yang bediri di belakang nya pun mengikuti langkah bos nya memasuki Apartemen.

Betapa bahagia nya sang CEO tatkala melihat pujaan hati menanti dirinya. Kerinduannya yang mendalam pada Dona membuatnya lupa diri. Ia seketika berlari ke arah wanita cantik itu.

"Sayang aku kangen," kata Farhan memeluk serta mencium Dona dengan erat, sesekali ia membelai rambut dan pipi merah Dona.

Menyadari pandangan di ruangan itu tertuju pada adegan mereka berdua, Dona pun berusaha memberi isyarat kepada lelaki nya itu.

"Farhan Far," kata Dona memberikan kode mencoba melepaskan pelukan itu.

Farhan yang masih dalam balutan rindu pun tak semudah itu mengalihkan pelukannya.

Sang ipar terlihat santai menyaksikan pemandangan ini, berbeda dengan sang ibu dan Asistan pribadinya. Mereka terlihat kaget tak percaya mendapati apa yang terlihat di depan mata mereka.

"Farhan, kamu ada hubungan apa sama Dona?" tanya sang Mama berjalan mengendap-endap kearah mereka.

"Oh Mama," kata Farhan kaget, ia baru menyadari kalau di ruang tersebut ada Mama dan iparnya.

Farhan segera mencium wanita yang melahirkan nya, dan menyapa Sania.

"Hayy Kak," sapa Farhan singkat.

"Hai juga, makan yuk Dona udah repot masak lho," ajak Sania berjalan menuju pantry.

Tak nampak perasaan kaget atau penasaran yang terpancar dari diri Sania, ia seolah sudah terbiasa melihat pemandangan tersebut. Mungkin karena Sania sudah terbiasa mendengar curahan hati sang ipar.

"Tunggu, Dona Farhan jawab jujur. Kalian ada hubungan apa dan sejauh mana?" tanya sang Mama.

"Ini tidak seperti Mama pikir," kata Dona lirih.

Mendengar sang wanita memanggil ibu nya dengan panggilan Mama, Farhan pun bahagia.

"Kamu yakin Don?" tanya wanita paruh baya itu lagi.

"Mah, makan dulu nanti kita jelasin. Kasian Farhan capek baru datang pasti lapar," potong Sania memberi pengertian kepada sang mertua.

"Jo, ikut makan yuk," ajak Farhan.

Semuanya pun munuju meja makan, termasuk Johan yang tak bisa menolak ajakan tersebut.

"Ini semua Dona yang masak?" tanya Farhan.

"Iya," jawab Sania.

Dona dan ibunda Farhan hanya mengangguk. Terlihat ada kebingungan yang tersirat dalam hati sang ibunda. Segudang pertanyaan pun sudah terselip dalam hati beliau.

"Ini enak mbak Don," kata Johan pria asal Surabaya tersebut memuji masakan nya.

"Makasih Pak Johan, makan yang banyak dong," jawab Dona. Sesekali Dona memandang ke arah ibunda Farhan yang masih nampak bingung. Ia benar-benar tidak bermaksud membuat wanita paruh baya ini gelisah dengan kejadian tadi. Mama Farhan seolah tak berselera menyantap hidangan yang di masak Donan

"Mama mau nambah?" tanya Sania santai.

Sang mertua hanya menggelengkan kepala, hal tersebut semakin membuat Dona tak enak hati.

Makan malam telah usai, sang Asistan pribadi pun pamit untuk meninggalkan Apartemen.

Dona yang mendadak cangggung pun memberanikan diri bertanya kepada ibunda Farhan.

"Mama marah sama Dona?" tanya wanita cantik itu lirih.

Beliau hanya menggelengkan kepala dengan pandangan kosong.

"Mama hanya syok melihat kejadian tadi, mama mohon kalian jawab pertanyaan mama dengan jujur," ucap Mama Farhan.

Mendengar ucapan itu, jantung Dona semakin berdegup kencang dan perasaan cemas mulai menghampiri dirinya. Selama ini ia sudah berusaha bertarung dengan perasaannya.

"Mah, ke kamar bentar yuk ada yang mau Sania bahas," kata Sania.

Sang mertua pun menyetujui ajakan menantunya itu. Sesampai nya dikamar Sania mulai menjelaskan tentang perasaan kedua sejoli tersebut.

"Mah jadi gini, Farhan dari SMA kan suka sama Dona dan perasaan itu masih ada sampai sekarang, ini anak mama sendiri loh yang bilang," kata Sania.

"Gimana dengan Resty? Mama bingung kalau sampai Resty tau hal ini. Pasti dia sangat kecewa San," jawab sang mertua sedih.

"Dona itu udah berkali-kali nolak dan jauhin Farhan mah, karena Dona menghargai kalau Farhan sudah berkeluarga. Tapi Farhan yang nggak bisa melepaskan Dona," tegas Sania menjelaskan agar sang mertua tak menyalahkan Dona.

"Tapi sayang, gimana kalau sampai Resty tahu?" ucap Mertuanya mengulangi pertanyaan tentang Resty.

"Farhan udah dewasa Mah, dia juga pasti udah mikir konsekuensi nya," jawab Sania.

Sang mertua terdiam dan terduduk lemas.

"Udah Mama nggak usah mikir aneh-aneh, toh dari awal Mama juga suka sama Dona dan kurang sreg sama Resty kan," sambung Sania.

Wanita itu berusaha dengan berbagai cara untuk meyakinkan sang mertua kalau keadaan akan baik-baik saja.

"Kalau saja Farhan masih lajang tentunya Mama akan menyetujui hal ini. Tapi sekarang Farhan sudah mempunyai anak dan istri," ucap sang mertua.

"Perasaan itu nggak bisa dipaksa Mah, cintanya Farhan besar ke Dona dan sekedarnya untuk Resty," sahut Sania.

"Tadi aku lihat Mama juga menunjukan rasa nggak suka yang berlebihan kepada Dona," imbuh Sania.

"Jelas lah San, Farhan sudah beristri," jawab sang mertua lantang.

"Sekarang anak mama bisa nggak ninggalin Dona? Bisa nggak hidup tanpa Dona? Selama Dona datang kembali apa Mama nggak ngrasa kalau hidup Farhan makin terarah," tegas Sania.

"Kalau mama mau nyalahin harusnya nyalahin Farhan Mah, Farhan yang nyetting ini semua," sambung Sania.

Semenjak dekat dengan Dona, adik iparnya selalu nampak ceria dan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Sang mertua mencoba memahami dan mencerna apa yang di ucapkan menantunya itu.

"Yaudah Mama istrirahat, Sania mau nemuin Farhan dan Dona," pamit Sania.

Wanita paruh baya tersebut pun menenangkan pikirannya di kamar.

****

Diruang tamu, nampak Dona yang sedang gugup mondar mandir, ia merasa tak enak hati dengan ibunda Farhan. Farhan berusaha menenangkan wanitanya. Ia menghampiri dan menggenggam tangan kekasihnya itu.

"Sayang udah, kamu jangan gugup gitu. Nanti biar aku yang ngomng sama Mama ya," ucap Farhan.

"Far, udah yaa hubungan ini jangan di terusin. Mama kamu aja nggak suka lihat hubungan ini," pinta Dona.

"Sayang, aku udah berjuang sejauh ini. Aku nggak mau kehilangan kamu lagi," ucap Farhan.

Tiba-tiba sang ipar muncul dari balik pintu kamar.

"Eh sorry ya lama dikamarnya," potong Sania.

"Kak, Mama gimana? Marah ya sama Dona?" tanya Dona cemas. Gadis cantik tersebut seketika berdiri kala melihat dan mendengar suara Sania.

"Nggak kok Don, kamu santai aja," jawab Sania.

Wanita cantik tersebut berusaha menenangkan hati Dona.

"Tuh kan, kamu terlalu berlebihan sayang. Mama nggak kenapa-kenapa," timpal Farhan.

"Kalau mama nggak marah kenapa beliau nggak mau keluar kamar?" desak Dona.

"Mama cuma kaged sama kecapekan Don," sahut Sania.

Nampaknya Farhan dan sang ipar kompak menenangkan hati perempuan yang di sayanginya.

Namun Dona bukanlah wanita yang tidak peka, ia sangat tahu kalau Ibunda lelaki yang ia cintai itu kecewa padanya.

"Yaudah kalau gitu aku pamit mau balik ke Apartemen aku ya," ucap Dona.

"Iya Don, jangan lupa ya kita masih punya janji jalan-jalan," goda Sania melirik ke arah mereka.

"Siyap, salam buat Mama yah kak," ucap Dona.

Farhan mengantar sang pujaan hati sampai ke depan pintu Apartemen nya.