Hari ini Dona mulai bekerja kembali setelah cuti beberapa waktu. Pagi ini Dona sudah terlihat modis dengan pakaian kerjanya. Ia segera menuju pintu utama untuk menunggu Reyhan datang menjemputnya. Tak berapa lama, mobil kantor yang dikendarai Reyhan pun terlihat.
"Pagi Mbak, silahkan masuk," ucap Reyhan.
"Pagi Rey, terima kasih," jawab Dona.
"Mbak, kita ke Rumah Mrs Renata dulu ya, beliau mau mengajak Mbak sarapan bareng," ucap Farhan.
"Oke Rey," sahut Dona.
Keduanya menuju tempat tinggal Mrs Renata. Reyhan dengan santai mengendarai mobil, sedangkan Dona terlihat tenang duduk di samping Reyhan.
Tak terasa mereka telah tiba di sebuah rumah mewah yang terletak di salah satu kawasan elite dikota tersebut.
"Silahkan masuk duluan Mbak, saya mau parkir mobil dulu," ucap Rey membukakan pintu untuk Dona.
"Oke Rey thanks ya," ucap Dona tersenyum sembari turun dari mobil.
"Sama_sama Mbak, Mbak Dona masuk dulu ya. Sudah di tunggu sama Ibu Bos," ucap Rey.
Dona mengangguk, ia kemudian bergegas masuk melalui pintu utama istana mewah Mrs Renata.
Terlihat sang tuan rumah sudah menanti kehadiran nya di ruang tamu.
"Hallo sayang, apakabar" sapa Mrs Renata
"Hallo Mrs, kabar baik," ucap Dona.
Keduanya pun berpelukan, bak dua orang saling menyayang yang tak lama berjumpa.
"Ayo ke ruang makan, saya sudah menyiapkan banyak menu khas Indonesia," sambung Mrs Renata.
"Terimakasih Mrs, jadi merepotkan Mrs Renata," ucap Dona tersenyum.
Mereka berjalan mendekati ruang tamu dan kemudian disusul oleh Reyhan dari pintu belakang.
Ketiganya menikmati menu sarapan yang sudah di sediakan.
"Ini Mrs sendiri yang masak?" tanya Dona.
"Oh kalau itu sudah tidak perlu ditanya, iya kan Rey?" celetuk Mrs Renata.
"Iya Mbak Don, sudah pasti ini masakan hasil dari sewa chef," canda Reyhan.
Penghuni meja makan tersebutpun tertawa.
Mereka memang akrab diluar pekerjaan dan tetap profesional saat bekerja.
"Oh iya Don, gimana Farhan dan keluarga nya di sini?" tanya Mrs Renata menatap kearah Dona.
"Sepertinya mereka happy disini Mrs," jawab Dona.
"Farhan bisa mulai kerja kapan? Soalnya banyak dokumen yang harus ia tanda tangani," ungkap Mrs Renata.
"Kurang paham ya Mrs, soalnya Mama sama Kakak iparnya kemungkinan lusa baru pulang ke indo," jawab Dona.
CEO paruh baya tersebut hanya menganggukkan kepalanya.Dret dret dret, tiba_tiba handphone Dona berbunyi, ia pun segera meraihnya dari dalam tas jinjingnya. Terlihat nama Farhan di layar ponselnya.
"Hallo Han," ucap Dona.
"Kamu dimana Dona?" tanya Farhan.
"Aku lagi sarapan bareng Mrs Renata, hari ini aku sudah mulai kerja," jawab Dona.
"Oh begitu, ya sudah nanti aku ke kantor agak siang. Salam buat Mrs Renata ya," ucap Farhan.
Mengetahui sang pujaan hati sedang bersama salah satu orang penting untuk kelangsungan bisnis mereka, Farhan pun menyudahi obrolan via telepon tersebut.
"Siapa Don? Farhan?" tanya Mrs Renata penasaran.
"Iya Mrs, dia nanti ke kantor agak siang," jawab Dona.
"Syukurlah, semakin cepat ia ke kantor semakin baik," ucap Mrs Renata.
Acara sarapan ketiganya pun selesai, mereka segera beranjak menuju kantor dengan mengendarai mobil mewah sang tuan rumah.
Tibalah di kantor, Dona dan yang lain segera menuju ruang masing-masing.
Didalam ruangannya, Dona nampak sibuk dengan beberapa dokumen.
Suara handphone nya kembali terdengar bergetar. Ia segera meraih handphone di dalam tasnya. Sebuah pesan singkat mendarat di handphone nya.
"Sudah puas anda mengganggu rumah tangga saya" isi pesan tersebut.
Dona tak mengindahkan, ia tetap fokus pada dokumen yang ada di depannya.
"Pagi Don," ucap Farhan yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangan nya.
"Eh, pagi Han," ucap Dona kaget.
Sang kekasih segera menghampiri dan memeluk tubuh semampainya.
"Tadi sarapan sama apa sayang?" ucap Farhan mesra.
"Rendang sayang, udah lepasin ini di kantor takut yang lain tahu," tegas Dona mencoba melepaskan pelukan pria beristri itu.
"Biarin, biar semuanya tahu," bisik Farhan.
Keduanya pun tersenyum, bak di mabuk asmara Dona kini lupa diri. Ia membalas mesra pelukan lelaki tampan itu dan kembali lupa dengan tujuan awal kedatangannya dikota Paris yaitu untuk menjauhi pria beristri tersebut.
Tok tok tok, suara ketukan terdengar dari balik pintu ruangan Dona.
Keduanya kaged dan saling melepaskan pelukannya.
"Masuk," teriak Dona.
Terlihat Reyhan memasuki ruangan dan membawa beberapa dokumen.
"Bu Dona, ini berkas yang perlu di tandatangani Bu Dona dan Pak Farhan. Setelah itu segera temui Mrs Renata diruang kerjanya ya," ucap Reyhan.
"Baik Pak," jawab Dona singkat.
Keduanya bergegas menuju ruangan Mrs Renata, ditengah jalan menuju ruangan nampak Farhan berusaha merapikan kemeja Dona yang terlihat kusut.
"Sudah Han, awas ada yang lihat," ucap Dona.
Farhan namapak tak memperdulikan perkataan Dona, ia terus merapikan kemeja wanita itu.
"Kalian masuk ke ruangan sta dulu ya, saya mau keluar sebentar" ucap Mrs Renata yang tiba_tiba ada di depan mereka.
Ia nampak berjalan terburu-buru dengan menjinjing tas mewahnya.
Mereka pun memasuki ruang kerja Mrs Renata.
"Hampir saja ketahuan," ucap Dona manyun.
"Kenapa sih harus umpet_umpetan seperti anak SD?" tegas Farhan.
"Nggak enak aja sama Mrs Renata," jawab Dona.
"Nanti malam kita makan bareng ya, nanti aku jemput kamu," ajak Farhan.
Dona hanya mengangguk.
Satu jam sudah mereka berada di ruang Mrs Renata. Tiba_tiba Reyhan datang menghampiri keduanya.
"Maaf Bu Dona dan Pak Farhan, kata MrS Renata kalian tidak perlu menunggu lagi. Karena Mrs Renata tiba_tiba ada urusan penting," ucap Reyhan.
"Oh begitu," kata Farhan.
Keduanya segera meninggalkan ruangan tersebut.
Tak terasa waktu pulang kerja telah tiba, Dona dan Farhan pun pulang bersama diantar oleh Reynan.
"Nanti jangan lupa ya Don, aku jemput jam delapan," kata Farhan.
"Iya," jawab Dona singkat.
Sepertinya Dona canggung dengan keberadaan Reynan di tengah_tengah mereka.
****
Jarum jam menunjukkan pukul delapan malam waktu setempat. Farhan segera menuju apartemen sang pujaan hati.
Dona yang nampak anggun Dengan balutan dress bewarna merah itupun sudah siap menunggu sang kekasih di balik pintu apartemennya.
Bell apartemen nya pun berbunyi, ia bergegas membuka pintu.
"Kita jalan sekarang?" tanya Dona singkat.
Pria tampan di depannya tak mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya memandanginya seakan terhipnotis oleh kecantikan wanita yang ada di depannya.
"Woyy," teriak Dona bermaksud mengagetkan Farhan
"Oh iya sekarang sudah di tunggu sama Mama dan Kak San," jawab Farhan gugup.
Mereka menghampiri Ibunda serta ipar Farhan.
"Hallo Don, cantik banget pakai warna merah," puji Ibunda Farhan.
"Makasih Mah," ucap Dona tersenyum.
Mereka segera menuju sebuah restauran buang sudah di pesan Farhan sebelumnya.
Tibalah di salah satu restoran mewah dikota itu.
Mereka nampak akrab dan menikmati menu yang di sajikan.
"Semuanya, jadi maksud Farhan ngajak kumpul disini ada yang ingin Farhan sampaikan," ucap lelaki tampan itu.
"Apa Han?" tanya Ibunda.
"Jadi begini Mah, aku ingin melamar Dona dan menikahinya secepatnya," ungkap Farhan dengan menggenggam tangan Bidadari nya itu.
Sontak Dona dan Ibunda pun kaged, Dona sempat tersedak sedangkan Ibunda refleks berteriak.
"Apa?" teriak sang Ibunda.
"Terus bagaimana dengan Resty?" tanya sang Mama.
"Iya Han, kita harus tau keadaan yang sekarang," sahut Dona.
"Terus kita akan tetap membohongi perasaan kita?" tanya Farhan.
Dona dan Ibunda Farhan bingung, tak tahu harus menjawab apa. Sedangkan Sania nampak santai seolah ia sudah tahu apa yang akan disampaikan Farhan malam ini.
"Bagaimana Don, Mah?" tanya Farhan memelas.
"Mama ngikut Dona aja," jawab sang Mama.
"Aku belum bisa jawab sekarang, aku juga punya orang tua dan keluarga yang perlu tahu," jawab Dona.
"Yang penting kamu dulu Don, kalau kamu mau aku bisa nembusin orang tua dan keluarga kamu," tegas Farhan.
"Aku perlu waktu Han, aku juga mau bicara sama Resty," ucap Dona.
"Baik, kamu perlu waktu berapa lama untuk ngasih kami jawaban?" tanya Farhan.
Karena suasana terlihat tegang, Sania pun berusaha menengahinya.
"Begini saja Han, soal jawaban Dona kan bisa sambil jalan. Yang penting Mama udah tahu maksud dan tujuan kamu ke Dona," sahut Sania.
Suasana yang tadinya tegang pun, perlqhan mereda. Mereka kembali menikmati makanan dan sesekali saling melempar canda tawa. Namun perasaan gundah sesekali masih nampak terlihat pada raut wajah sang Ibunda.