Chereads / Kembali Kepelukan Cinta Pertama / Chapter 18 - Tipu Daya Resty

Chapter 18 - Tipu Daya Resty

Di Jakarta hati Resty semakin risau, perasaannya menjadi kaca kala mengetahui sang suami akan terbang menuju Paris. Ia mulai memikirkan apa yang harus ia lahkukan agar sang suami urung menuju kota mode tersebut.

"Res, besok aku berangkat ke Paris lagi," kata Farhan.

"Ngapain lagi mas?" tanya Resty.

"Kan project disana belum selesai," jawab Farhan.

"Mas, akhir-akhir ini aku sering lemas. Apa pengaruh kehamilan ya?" ucap Resty berbohong.

"Yaudah nanti aku antar periksa, kapan itukan kita nggak jadi," ajak Farhan.

Resty seketika bungkam mendengar ajakan sang suami. Ia takut kalau kebohongan nya terbongkar, dalam diam nya ia mencoba berfikir.

"Oh iya Mas, nanti sore ya," ucap Resty.

"Oke," jawab Farhan singkat.

"Yaudah ya aku mau ke kantor dulu, nanti aku pulang cepat," sambung Farhan.

Bibir merah Farhan mencium kening sang istri, ia segera melangkahkan kaki menuju garasi.

"Iya mas hati-hati," teriak Resty.

"Iya," jawab Farhan.

Farhan segera menuju kantor dengan mengendarai mobil pribadinya.

Pagi ini Resty bingung harus berbuat apa, tiba-tiba sebuah ide muncul dari otak kecilnya. Dan untuk merelisasikan ide itu, ia perlu bantuan dari pihak lain. Ia pun teringat akan sosok sahabatnya yang bernama Yana.

Ia segera mengambil ponsel dan menghungi sahabat nya itu.

"Hallo Yan, kamu lagi sibuk nggak?" tanya Resty melalu telepon.

"Nggak Res, kenapa?" tanya balik Yana.

"Aku butuh bantuan kamu Yan, kita bisa ketemu sekarang nggak?" ucap Resty gugup.

Mendengar nada gugup dari sahabatnya itu, Yana pun mulai memahami jika ada sesuatu yang penting.

"Oke Res, ketemu dimana?" Kamu sepertinya gugup, ada masalah?" tanya Yana lagi.

"Di rumah kamu aja, aku kesana sekarang. Nanti aku jelasin kalau ketemu ya," jawab Resty.

"Oke," jawab Yana.

Resty segera menutup telepon dan memesan taksi online. Ia bergegas keluar dari kamar berjalan mengendap-endap agar kepergiannya tak di ketahui orang rumah. Meskipun Mama mertuanya sedang tak ada di rumah, Resty tetap berjaga-jaga agar ridak ti ketahui Papa mertua serta Asistan Rumah Tangga dirumah tersebut. Taksi yang dipesan pun datang, wanita itu segera memasuki mobil dipesan nya.

"Hallo Yan, aku uadah jalan nih. Kamu tunggu aku di rumah ya jangan kemana-mana," pinta Resty melalui telepon.

"Oke Res, aku tunggu ya," jawab Yana.

Sesampainya di rumah Yana, ia menceritakan apa yang terjadi. Mereka berdua mencoba mencari solusi.

"Eh Res aku ada ide, aku ada teman dokter kandungan," kata Yana.

"Terus?" tanya Resty.

"Kita coba minta tolong gimana?" kata Yana, mencoba memberikan solusi.

Yana mendeskripsikan tentang rencananya dan Resty pun menyetujui.

Terlihat Yana mencoba meraih ponsel yang berada di meja. Ia nampak sedang menghubungi seseorang.

"Nggak diangkat lagi," gerutu Yana.

"Nggak diangkat ya Yan, giman dong?," ucap Resty gelisah.

"Tenang Res, aku coba telepon dia lagi," tutur Yana.

Yana mencoba menenangkan sahabatnya tersebut.

"Ini chatku di balas Res, aku coba telepon lagi," ucap Yana.

"Iya Yan," jawab Resty.

Telihat aura resah terpancar dari wajah Resty. Sang sahabat segera mencoba menelpon temannya kembali.

"Hallo Fer, apakabar?" ucap Yana melalui telepon.

"Baik Yan, kamu gimana? Tumben telepon, ada apa nih?" tanya Fera.

Fera merupakan teman kecil Yana yang berprofesi sebagai dokter kandungan.

"Aku mau minta tolong Fer, kita bisa ketemu nggak?" tanya Yana.

"Besok aku free Yan," jawab Fera.

"Yah, sekarang nggak bisa? Urgent soalnya," desak Yana.

"Yaudah deh, dateng ke Rumah Sakit tempat aku praktik yah," ucap Fera.

"Oke, aku kesana sekarang ya," ucap Yana.

Mereka segera menuju Rumah Sakit dimana Fera melaksanakan praktik. Setibanya di tempat tujuan, keduanya segera menuju ruang receptionis.

"Pagi mbak, dokter Fera Yuniar ada?" ucap Yana.

"Ada bu, sudah buat janji?" tanya sang receptionis.

"Sudah mbak, saya Yana teman nya," jawab Yana.

"Oh Ibu Yana, sudah di tunggu dokter Fera di ruang praktiknya. Mari saya antar ke ruangan beliau," ujar sang receptionis.

Ketiga nya melangkahkan kaki menuju ruangan dokter Fera.

Tok tok tok, sang Receptionis mengetuk pintu.

"Masuk," terdengar suara teriakan dari dalam ruangan. Suara tersebut tak lain adalah dokter Fera.

"Hallo Fer, apakabar? Kamu tambah cakep and tambah bohay aja," puji Yana.

"Ah kamu bisa aja, silahkan duduk," ucap dokter Fera.

Kedua sahabat tersebut pun duduk di kursi pasien yang sudah tersedia.

"Kenalin Fer, ini teman aku Resty," ucap Yana.

"Resty," ucap Resty tersenyum.

"Fera," ucap Fera membalas senyuman Resty. Keduanya berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri.

"Oh iya Yan, tumben banget ada apa nih?" tanya dokter Fera.

"Jadi gini Fer, aku mau minta tolong. Bisa nggak kalau nanti Resty periksa di sini dan kamu kasih surat keterangan hamil," pinta Yana.

"Hamil beneran apa gimana sih maksudnya ini?" tanya dokter Fera Lagi.

"Nggak Fer, dia kan lagi bohong sama suami nya. Sebenarnya dia nggak lagi hamil," ungkap Yana.

"Duh aku nggak bisa deh Yan, kalau ketahuan aku juga yang kena," jawab dokter Fera.

"Please dok, tolong aku," pinta Resty, memohon dengan menggenggam erat tangan dokter Fera. Air matanya pun mulai menetes membasahi pipi merahnya.

Resty pun pelan-pelan menceritakan alasannya terpaksa membohongi sang suami. Iba mendengar cerita dan melihat tetesan air mata Resty, sang dokter pun bersedia memenuhi permintaan Resty.

"Oke Res, tapi kamu bisa jamin aku aman kan?" ucap dokter manis tersebut.

"Aku jamin dok," jawab Resty mencoba meyakinkan.

Yana pun menjelaskan rencananya kepada Fera dan ia pun menyetujui.

Mengetahui hal tersebut perasaan gundah Resty perlahan menghilang. Terpancar aura bahagia dari wajah manis wanita berkulit sawo matang tersebut.

"Terima kasih ya Fer, kita pulang dulu yaa. Takut ganggu pasien-pasien kamu," kata Yana.

"Terima kasih ya dok," sambung Resty.

Sang dokter hanya tersenyum dan mengangguk, kemudian mempersilahkan mereka pulang.

Yana mengantarkan sang sahabat menuju kediamannya. Namun tak sampai gerbang, ia hanya mengantar Resty sampai pintu masuk kompleks.

*****

Siang mulai menjelang, Farhan pun sampai di rumah tepat pukul dua siang. Ia segera memasuki rumah dan melangkahkan kaki menuju kamar.

"Res, kita ke dokter jam berapa?" tanya lelaki tampan itu.

"Jam empat sore mas, kebetulan jam segitu dokternya praktik di klinik pribadinya," jawab Resty.

"Yaudah aku istirahat dulu," kata Farhan.

Farhan segera mengganti pakaian formal nya dengan pakaian santai. Ia berbaring di ranjang untuk beristirahat.

****

Sore pun menjelang, saatnya mereka menuju klinik untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan pilihan Resty.

"Sore dok," sapa Resty.

"Sore bu," jawab Fera.

"Kenapa Bu Resty, ada masalah dengan kandungan nya lagi?" tanya Fera pura-pura.

"Iya dok, sepertinya lebih parah dari yang sebelumnya," jawab Resty.

"Silahkan berbaring, saya coba periksa,"

Resty segera menuju tempat tidur, Fera pun memeriksa perut Resty.

"Ibu perlu banyak istirahat, jaga asupan gizi, dan nggak boleh stress," ucap dokter Fera.

Mereka pun melakoni dengan apik peran yang di berikan Yana.

"Kandungan istri saya gimana dok?" timpal Farhan.

"Ada masalah Pak, sepertinya Bu Resty perlu perhatiqn ekstra," ucap Fera.

Sang dokter memberikan diagnosa palsu sesuai dengan apa yang perintahkan Yana. Mendengar diagnosa dari sang dokter, membuat Farhan bingung. Disisi lain ia peduli terhadap darah dagingnya, dan di sudut lain ia sudah memendam kerinduan yang mendalam terhadap Dona.