Waktu menunjukan pukul empat dini hari, dalam keadaan yang masih mengantuk Dona bergegas bangun menyiapkan menu simple untuk sarapan.
Ia berniat mengajak Sania dan mertua nya berangkat ke Month Saint-Michele lebih pagi, karena jarak dari Paris ke pulau kecil tersebut memakan waktu kurang lebih 4,5 jam.
Setelah sarapan siap, Dona segera membangunkan yang lain.
Tok tok tok suara Dona mengetuk pintu kamar Sania. Kebetulan semalam mereka tidur di kamar yang berbeda.
"Mah, Kak sarapan yukk," teriak Dona dari balik pintu.
"Hemmm," sahut Sania dari dalam kamar.
Terdengar suara Sania yang masih berat dan dalam keadaan mengantuk.
Setelah mendengar adanya jawaban dari Sania, Dona bergegas beranjak menuju Apartement nya untuk bersiap-siap.
Giliran Sania dan mertua yang beranjak dari tempat tidur menuju meja makan.
"Lho San, Dona mana? Kok nggak ada?" tanya sang mertua.
"Di kamar mandi kali mah," jawab Sania.
Sang Mertua pun mencari Dona ke kamar mandi, namun tak ada sosok Dona disana. Beliau kemudian ber inisiatif mencari di setiap ruangan di Apartemen Farhan termasuk kamar yang di tempati Dona.
"San, Dona nggak ada di Apartemen ini lho, mama udah nyari ke tiap ruangan," kata mertua nya dengan ekspresi panik.
"Barusan Dona ngabarin Sania mah, dia lagi siap-siap di Apartemen nya. Habis ini kesini sarapan bareng kita," jawab Sania sambil mengoles selei ke selembar roti.
"Oh gitu," kata sang mertua lega.
"Khawatir banget sih kalau calon mantu nya ilang," ucap Sania menggoda sang mertua.
"Husst, jangan kebiasaan bilang gitu nanti kedengeran Dona sama Resty kan nggak enak," timpal sang mertua.
"Iya-iya," jawab Sania dengan muka masam.
Mereka menunggu Dona di meja makan sambil bercakap-cakap membahas baju yang akan di kenakan nanti.
"Mah, nanti kita pake baju apa ya? Biar sesuai sama tema liburan kita," ucap Sania sambil berpikir.
"Pakai dress pantai aja yuk San, mama bawa dress pantai tapi cuma satu hehe," kata sang mertua sambil tertawa.
"Aku pilih-pilih baju dulu ya Mah, sekalian mau mandi dulu," kata Sania pamit menuju kamar.
Sang mertua mengangguk dan spontan terlintas di pikirannya untuk mandi terlebih dahulu mengikuti langkah sang menantu, sambil menunggu Dona datang.
Setelah keduanya selesei mandi, mereka menuju ruang makan. Ternyata Dona sudah standby duduk di kursi makan.
"Lho dari kapan disini Don?" tanya Sania.
"Baru aja Kak," jawab Dona.
"Don, makasih loh uda nyiapin sarapan buat kita," kata Mama Farhan.
"Sama-sama Mah, yuk sarapan habis ini kita jalan di jemput sama orangnya Mrs Renata," kata Dona tersenyum.
"Mrs Renata baik banget," kata Sania.
Kemudian mereka segera menyantap menu sarapan yang sudah di sajikan oleh Dona.
"Jangan lupa bawa baju ganti ya, soalnyq kita nanti nginep," sambung Dona.
Hal tersebut sengaja di lahkukan Mrs Renata demi keamanan dan kenyamanan mereka selama berada di pulau kecil yang terletak di Normandy, satu kilometer dari pesisir utara Perancis. Inilah cara Mrs Renata menjamu keluarga relasinya. Meskipun tak dapat mengikuti liburan ini, tapi beliau masih memberikan fasilitas yang luar biasa.
Suara dering ponsel terdengar dari tas Dona.
"Hallo, Ms Dona saya segera menuju Apartemen anda," kata Reihan Assistan dari Mrs Renata.
"Baik Pak, kami tunggu di pintu utama ya," jawab Dona.
Dona menutup telpon nya dan segera memberitahu yang lain agar segera bersiap-siap menuju pintu utama.
Mereka bertiga pun melangkahkan kaki sambil membawa barang bawaan menuju pintu utama.
Sesampainya di tempat yang di tuju, sudah nampak mobil yang di kendarai sopir bersama Reihan untuk menjemput mereka.
Trio tersebut bergegas menuju mobil.
"Hallo Rei," sapa Dona saat memasuki mobil.
"Hallo Ms apakabar?" tanya Reihan.
"Baik Rei, kamu?" tanya balik Dona.
"Baik juga Ms, kita langsung ke Mont Saint Michele? Atau mau kemana dulu Ms?" tanya Reihan.
Dona sejenak menoleh ke arah Sania dan mertua untuk memberikan kode berupa anggukan dan kedipan mata. Sania dan mertua pun paham akan kode yang di berikan Dona, seketika itu mereka berdua menggelengkan kepala sambil menatap balik Dona.
"Tidak Rei, kita langsung ke Mont Saint Michele ya." jawab Dona.
"Baik Ms," ucap Reihan sambil mengaanggukan kepala.
Dalam perjalanan menuju pulau kecil tersebut, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk dengn memejamkan mata. Sesekali Reihan melihat kearah ketiga nya yang sedang pulas tertidur, kemudian Reyhan pun mengikuti jejak ketiga nya.
"Saya tidur dulu ya, kamu hati-hati nyetir nya," kata Farhan kepada sang sopir.
"Baik Mr." jawab sang sopir.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan cukup melelahkan, mereka pun sampai di pulau kecil nan mempesona tersebut.
Perjalanan jauh yang terbayarkan oleh keindahan pulau ini.
Dona, Sania, dan Mama Farhan yang baru pertama kali berkunjung ke pulau ini sangat takjub. Mereka terhipnotis akan keelokan pulau yang bernuansa bak negeri dongeng tersebut.
"Ms Dona, mari kita menuju hotel. Saya sudah memesankan hotel untuk kalian," kata Reyhan.
"Baik Rey," jawab Dona.
Mereka segera menuju hotel yang di maksud untuk beristirahat sejenak.
Reyhan sudah memesan 5 kamar untuk mereka, dan mereka pun menuju kamar masing-masing.
Beberapa jam kemudian, setelah di rasa cukup beristirahat untuk melepas lelah mereka segera berjalan-jalan menikmati keunikan pulau ini.
"Unik ya San pulau ini, di kelilingi daratan lumpur," kata Mertua Sania.
"Itu lebih unik lagi Mrs, padang rumput berair tawar. Biasanya banyak domba mencari makanan di sana." sambung Reyhan yang sudah beberapa kali mengunjungi pulau ini.
"Oh ya," kata Mertua Sania.
Dari tempat yang agak jauh, terlihat Dona sedang asyik mengambil gambar melalui ponsel nya. Sania yang mengetahui hal tersebut pun segera menyusul Dona.
"Don, kita selfie yuk," ajak Sania sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas nya.
"Ayo Kak, Mama mana? Ajak sekalian yuk," kata Dona.
Sania segera menghampiri sang mertua yang saat itu berdiri pada jarak 200 meter dari hadapan nya.
"Mah Dona ngajak foto ayo kesana mah, buat kebang-kenangan kita," ajak Sania sambil menggandeng tangan sang mertua.
Mereka pun segera melangkah menghampiri Dona. Reyhan pun mengikuti mereka dari belakang, untuk menjaga dan menjamin mereka agar tetap aman sesuai perintah Mrs Renata.
"Mr Reyhan minta tolong ambil gambar kita boleh?" pinta Sania dengan lembut.
"Baik Mrs," jawab Reyhan.
Sania segera memberikan ponselnya kepada Reyhan. Entah berapa ratus kali jepretan sudah mereka berpose. Berpindah lokasi dari lokasi satu ke lokasi yang lain dengan berbagai gaya narsis bak Abg mereka lakoni.
"Udah Mr Reyhan, terima kasih ya sudah mau di repotkan," kata Sania.
"Iya terima kasih ya Rey, nggak sadar udah ribuan kaki jepret," sambung Dona.
"Oke, tidak masalah," kata Reyhan.
Hari pun mulai gelap, lelah pun mulai nampak pada wajah mereka ber empat.
"Yuk balik ke hotel udah mulai malam nih," ajak Dona sambil menatap sang langit sore yang mulai memerah kecoklatan.
"Ayo, Kakak juga agak capek Don," kata Sania.
Mereka ber empat menuju mobil dan segera kembali ke hotel. Sesampai nya di hotel mereka menuju kamar, kebetulan kamar yang di pesankan Reyhan bersebelahan.
"Maaf semua nya, nanti jam 8 kita dinner di restauran di hotel ini ya," kata Farhan memberitahu kepada Dona dan yang lainnya sebelum memasuki kamar.
"Di sebelah mana Rey?" tanya Dona.
"Nanti kita bareng saja kesana nya, saya tunjukan restauran nya," jawab Asistan tampan tersebut.
Semua nya mengangguk dan segera membuka pintu memasuki kamar masing-masing.
Malam sudah tiba dan waktu menunjukan pukul 20.00 setempat. Reyhan mulai mengetuk pintu Dona, Sania, dan Mama Farhan tak lupa ia juga mengetuk pintu sopir pribadinya untuk memberitahu saat nya makan malam tiba.
Tampak lelah sudah mulai hilang berganti keceriaan di wajah ketiga wanita itu. Dona yang mengenakan dress brukat hitam lengan panjang, dengan panjang selutut dan pas body nampak anggun. Sania pun tak mau kalah malam ini, tubuh berisi nya di balut dengan gaun mewah bewarna maroon. Sedangkan sang mertua nampak cantik mengenakan dress bewarna coklat susu di hiasi aksen manik-manik bebatuan mewah di bagian dada.
Reyhan segera menunjukan lokasi restauran mewah di hotel tersebut. Sungguh di luar dugaan, Mrs Renata menjamu mereka dengan sangat istimewa. Tak hanya makanan mewah dan mahal ala Perancis yang tersedia, tempat mereka makan pun di hiasi oleh dekorasi penuh bunga yang cantik. Nampak di meja mereka makanan mewah khas negara tersebut seperti Beef Burguignon, Cassolet, Escargot, dan masih banyak lagi menu mewah yang terhidang di meja mereka.
"Oh Tuhan, ini semua di siapkan Mrs Renata?" tanya Dona sambil melihat ke arah Reyhan.
Reyhan hanya mengagguk sambil tersenyum tipis.
"Mrs Renata baik banget, terus gimana kita mau bilang terima kasih Don?" tanya Sania.
Sang mertua hanya mengangguk menatap wajah ayu Dona.
Dona terdiam sejenak, kemudian segera mengambil ponsel dari dalam clutch mewah yang berada di pangkuannya.
"Kita telpon saja ya Mah," kata Dona.
Ia pun segera mencari kontak Mrs Renata dan berusaha menghubungi nya. Namun panggilan nya tidak dijawab oleh wanita paruh baya tersebut.
"Gimana Don? Nggak di angkat?" tanya mertua Sania.
"Nggak Mah," jawab Dona dengan menggelengkan kepalanya.
Mereka bertiga pun terdiam, ada rasa sungkan mereka kepada Mrs Renata. Mereka merasa jamuan ini sangatlah mewah mengingat posisi mereka sebagai tamu Dona bukan tamu Mrs Renata.
"Makan dulu saja, menghubungi Mrs Renata bisa nanti seteah makan. Mungkin beliau masih sibuk dengan urusan pekerjaan," kata Farhan berusaha menenangkan ketiga nya.
Mereka pun segera menyantap berbagai makanan lezat yang tersedia di atas meja.
Tiba-tiba Dona kembali teringat Mrs Renata dan segera menelpon wanita cantik tersebut.
Kali ini sepertinya keberuntungan untuk Dona, karena Mrs Renata mengangkat telepon dari nya.
"Hallo Don, sorry ya tadi nggak bisa angkat telepon masih meeting. Baru saja saya mau telepon balik kamu, tapi sudah keduluan kamu yang telepon," kata Mrs Renata dengan nada lembut.
"Iya Mrs nggak apa-apa, terima kasih ya Mrs buat semua nya," kata Dona dengan mata berkaca-kaca.
Mengetahui Mrs Renata menjawab telepon dari Dona, Sania dan mertua mendekati kursi Dona.
"Don, bilang ke Mrs Renata kita mau bicara," kata Mama Farhan sedikit berbisik.
"Mrs, ini orang tua Pak Farhan mau bicara," kata Dona.
"Oke," jawab Mrs Renata.
Dona segera memberikab ponselnya kepada Mama Farhan dan mereka pun berkomunukasi dengan baik. Tak lupa Mama Farhan dan sang menantu menyampaikan ucapan terima kasih kepada Mrs Renata untuk semua nya. Kemudian mereka pun mengakhiri obrolan via telepon tersebut.
"Apakah kalian masih ingin melanjutkan liburan di pulau ini m?" tanya Reyhan.
"Iya Rey, kita disini sampai besok siang sekalian check out yah," kata Dona.
Makan malam telah usai, mereka bergegas menuju kamar masing-masing.
Sang Fajar telah mendekati pagi, terlihat dar ufuk timur mentari mulai menyingsing dari balik awan.
Mereka semua kembali menikmati liburan di pulau kecil ini. Sedangkan sang sopir hanya menunggu di mobil yang mereka tumpangi. Canda tawa mengiringi liburan mereka hari ini.
Waktu menunjukan pukul 07.30 saat nya mereka melahap menu sarapan.
"Semua nya mari kita ke hotel sebentar untuk sarapan," ajak Reyhan sambil berjalan menuju mobil.
Masih dalam suasana canda tawa mereka bertiga mengikuti langkah Reyhan.
"Pak jalan ke hotel ya," kata Reyhan ketika sampai di mobil.
Yang lain pun segera memasuki mobil tersebut.
"Oh iya Rey, nanti kita mau istirahat sebentar ya, trus lanjut jalan-jalan sekalian check out," pinta Dona.
"Baik Ms," jawab Farhan sambil mengaggukan kepala.
Setibanya di hotel mereka bergegas menuju tempat breakfast dan menikmati hidangan yang tersaji. Setelah merasa cukup kenyang mereka kembali ke kamar untuk beristirahat sejenak.
Waktu menunjukan pukul 11.00, Dona menelpon Sania, Mama Farhan dan Reyhan meminta mereka bersiap-siap untuk check out. Selesai check out mereka menunggu mobil di depan loby. Dari pintu keluar parkiran hotel, mobil yang akan mereka tumpangi mulai terlihat. Mobil itu pun tiba di depan loby, semuaya melangkahkan kaki untuk memasuki mobil tersebut.
"Kita jalan-jalan keliling aja terus pulang atau gimana Mah? Kak? tanya Dona.
"Iya gitu aja ya kan besok kita masih jalan-jalan sambil nyari oleh-oleh, soalnya lusa mau balik ke Indonesia Don," jawab Sania.
Reyhan yang mendengar obrolan mereka pun menyampaikan kepada sang sopir.
"Hah, cepet banget Kak," kata Dona kaget.
"Iya sayang, soalnya kita dapat izin dari suami cuma seminggu," jawab Mama Farhan yang duduk di tengah-tengah mereka sambil mengelus lembut rambut Dona.
"Belum puas dong Mah jalan-jalan nya," kata Dona dengan wajah sedih.
Namun kesedihan itu mendadak hilang, melihat pemandangan menakjubkan di pulau ini.
Kini waktu nya kembali ke Paris, perjalanan kali ini mereka habiskan dengan mengobrol, memilih foto terbaik, dan bercanda tawa. Sepertinya mertua Sania terlalu nyaman dengan Dona hingga dia melupakan sosok menantu nya yaitu Resty.
Tak terasa mereka telah tiba di Paris tepat nya di depan pintu utama Apartemen mereka.
"Eh uda nyampe ya, anter sampai sini aja nggak apa-apa Rey. Atau kamu mampir dulu?" kata Dona.
"Enggak Ms, kami langsung pulang saja," kata Reyhan.
Mereka bertiga segera keluar dari mobil Reyhan dan segera menuju Apartemen.
"Mah, Kak yuk gantian istirahat di Apartemen Dona biar rame," ajak Dona.
Sania dan sang mertua pun menyetujui. Malam ini hingga esok mereka menghabiskan waktu di Apartement Dona, mulai dari mengobrol, makan malam, hingga menonton Televisi.
Dreet drett drettt, suara getar dari ponsel Sania sejenak memotong aktifitas mereka bertiga.
"Hallo Han? Ada apa?" tanya Dona dalam panggilan telepon tersebut.
"Oh, oke-oke," sambung Sania, kemudian ia menutup telepon nya.
"Yang telepon si Farhan bukan San?" tanya sang mertua.
"Iya Mah, kata Farhan lusa dia balik dan kita di suruh nunggu dia," kata Sania bahagia.
Sang Mama yang mendengar berita itu pun tak bisa menyembunyikan rasa bahagia nya. Sementara Dona ketika mendengar nama Farhan ada sedikt rindu yang menyelinap di hati nya. Dona tak bisa membohongi perasaan nya, ia pun terdiam dan termenung. Sania yang mendapati Dona dengan wajah bimbang pun menyapa nya.
"Don, kamu kenapa? Kok sepertinya resah?" tanya Sania.
"Enggak apa-apa Kak, Dona ke kamar mandi dulu ya mau bersihin muka," pamit Dona.
Di dalam kamar mandi ia menangis, kali ini ia benar-benar merindukan sosok Farhan. Lelaki yang belasan tahun mencintainya itu kini telah ada di hatinya. Selama di Jakarta Farhan jarang menghubungi Dona, mungkin ia sibuk mengurus permasalahan rumah tangga yang sedang di hadapi bersama Resty.
Setelah keluar dari kamar mandi, Dona kembali menghampiri Sania dan mertua nya.
"Sudah cuci muka nya? Don nanti Farhan mau ngobrol sama kamu lewat telepon, bisa kan?" tanya Sania.
"Oh iya Kak boleh, mau ngobrol apa emang?" tanya Dona balik dalam hati penasaran.
Mereka bertiga pun melanjutkan obrolan dan merencanakan tempat destinasi untuk besok.
"Farhan nih telepon," kata Sania memotong obrolan mereka.
"Hallo Han, oh iya ini ada Dona," kata Sania, ia pun segera memberikan ponsel nya kepada Dona.
Dona dan Farhan asik mengobrol, hingga Dona meminta izin untuk menjauh dari Sania dan mertua. Tak kuasa menahan rasa rindu nya Dona meneteskan air mata. Akhirnya suara sumbang pun terdengar dari mulut Dona.
"Kamu nangis Don?" tanya Farhan.
"Nggak," jawab Dona, kemudian ia terdiam dan mengusap air mata nya.
"Aku rindu kamu," sambung Dona kembali mengeluarkan air mata nya sampai sesenggukan.
Lelaki tampan itu pun ikut meneteskan air mata kala mendengar kata-kata yang terucap dari bibir wanita yang teramat dicintainya itu. Ternyata rindu yang selama ini ia rasakan, juga menghampiri dan menyelimuti sang pujaan hati.
"Aku juga Don, nanti aku jelasin setelah tiba disana ya," kata Farhan.
"Yaudah aku tutup telepon nya ya, nggak enak sama yang lain," kata Dona.
Farhan pun menyetujui permintaan itu, Dona terdiam sejenak ia sadar kalau perasaannya ini terlarang namun sepertinya dia juga galau dengan hati nya. Dengan mata sedikit sembab dan muka memerah Dona menghampiri Sania dan mertua nya. "Kak ini handphone nya, makasih ya Kak," kata Dona.
"Lho Don kamu kenapa? Di marahin sama Farhan? Kok kayak nya abis nangis," tanya Mama Farhan.
"Nggak Mah tadi pas Farhan telepon, tiba-tiba Dona inget keluarga di Indonesia jadi Dona nangis," jawab Dona berbohong.
Mendengar perkataan tersebut Mama Farhan pun lega, berbeda dengan Sania ia tak puas atas jawaban yang keluar dari bibir Dona. Dia meyakini ada sesuatu yang Dona tutup-tutupi dari mereka.
Malam semakin larut, ketiga nya menyudahi obrolan dan memutuskan beristirahat di kamar yang sama.