Chereads / Give Me Your Love, Anna! / Chapter 2 - Bab 2 Perempuan Lima Miliar

Chapter 2 - Bab 2 Perempuan Lima Miliar

Raja bersantai di rumahnya ditemani dua perempuan. Mereka ada yang sibuk memijat bahu Raja dan membelai tubuh Raja. Ketenangan dan kenyamanan ini membuat Raja menutup kedua matanya.

"Tuan Raja, perempuan itu sudah sadar," kata pelayan Raja melapor.

Kedua mata Raja langsung terbuka. Dia bangkit segera dari tempat duduknya dan menemui Anna. Baru membuka pintu kamar, Raja langsung diserang Anna dengan pukulan dan teriakan.

Raja berusaha menghentikan pergerakan Anna dan memegang kedua tangan perempuan itu erat-erat. "Kamu kenapa hah?" tanya Raja emosi.

"Kenapa kamu bilang? Jelas aku marah sama kamu? Kenapa kamu malah bawa aku ke sini?" balas Anna murka ke Raja.

"Bukankah kamu bilang, aku harus membawamu pergi dari tempat itu? Ya, aku sudah mewujudkannya Anna. Seharusnya kamu berterimakasih, bukan memukuliku seperti ini," balas Raja santai. Senyum miring tersungging di bibirnya.

"Ya, kamu memang sudah berhasil membawa aku pergi dari tempat itu. Tapi bukan berarti, kamu membawaku ke sini! Aku harus pergi dari sini, tolong izinkan aku pergi, ya?" Anna meminta dengan lembut. Anna sudah tak tahan lagi. Banyak hal yang harus dia lakukan di luar sana. Apalagi penampilan istimewanya di panggung megah ibukota, Anna tidak ingin gagal untuk tampil. Susah payah dia bisa mendapatkan kesempatan itu.

"Susah payah aku bisa menemukan kamu Anna. Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dari sisiku. Tidak akan pernah!" Raja menegaskan. Dia lalu melangkah pergi. Meninggalkan Anna yang sekarang mengamuk.

"Argh!" Anna berteriak frustasi. Rasanya sungguh menyiksa. Anna sampai sekarang masih belum paham kenapa semua hal buruk ini terjadi begitu tiba-tiba.

Terdampar di rumah wangi ayu, bertemu Raja dan sekarang dia terkurung dalam sebuah tempat yang asing kembali. Anna bergerak gelisah di dalam kamar. Dia memikirkan cara agar bisa kabur dari rumah itu. "Shania. Ya, dia! Dia adalah orang terakhir yang ada bersamaku. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Semuanya sangat membingungkan. Atau jangan-jangan Shania memang—" Anna menggantungkan ucapannya.

Anna terduduk lemah. Pikirannya menerawang kembali, mengingat satu persatu kejadian di hari itu. Hari kepergiannya menuju ke ibukota. "Ya, aku saat itu tiba-tiba pusing dan sangat mengantuk setelah Shania memberiku minum. Tapi nggak mungkin Shania sejahat itu sama aku. Nggak mungkin dia tega menjebak aku kayak gini." Anna tersiksa sendiri memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

Pintu kamar terbuka. Membuat Anna tersadar dari lamunannya. Pelayan di rumah itu datang membawa makan siang untuk Anna. Dia meletakkannya hati-hati di atas meja. "Silakan dimakan makan siangnya Nona," kata pelayan itu dengan sopan.

Tidak ada respon apapun dari Anna. Dia sangat berhati-hati dengan semua yang ada di sekitarnya saat ini. Apalagi makanan itu. Anna mulai berpikiran buruk bahwa pria itu akan menjebaknya kembali. Anna sempat menaruh percaya begitu saja ke Raja. Dia pikir, pria itu akan menjadi jalan keluar dari masalahnya. Karena Raja sangat meyakinkan Anna kemarin malam. Dan sekarang, pria itu justru mengurungnya di sebuah rumah yang entah persis dimana keberadaannya.

Sama-samar Anna mendengar suara hewan yang seolah menari-nari di atas rumah. Suara lainnya juga dia dengar yaitu debur ombak yang sangat lembut dan sedikit menenangkan kegelisahan.

Pandangan Anna melihat ke arah pintu. Pria jangkung berbadan tegap itu berjalan mendekatinya. Saat melihat wajahnya, aura dingin yang amat dominan itu berhasil membuat Anna terintimidasi. Buru-buru Anna membuang pandangannya ke lain arah.

"Kamu kenapa tidak makan, hah?" tanya Raja tegas. Dia meraih makan siang milik Anna dan kini duduk di samping Anna.

Pelan-pelan Anna menggeser posisi duduknya. Dia masih membuang pandangannya dari Raja. "Makanlah!" suruh Raja seraya menghidangkan tepat makanan itu di depan wajah Anna.

Tangan Anna menyingkirkannya. Raja menggeram tertahan. Dia tak bisa bersabar seperti ini. "Anna, makanlah!" bentak Raja yang berhasil membuat pandangan Anna beralih.

"Aku nggak butuh makan! Aku hanya ingin keluar dari sini! Aku mohon, Raja!" kata Anna penuh penekanan.

"Please, Raja. Aku harus tampil besok malam. Aku juga harus bertemu ibu aku dan menjalani semua rutinitas aku seperti biasanya."Anna menjelaskan dengan susah payah. Tangisannya mendesak untuk keluar.

Raja memerhatikan baik-baik wajah Anna. Termasuk kesedihan yang begitu nampak di wajah perempuan itu. "Maaf aku tidak bisa Anna. Kamu milikku sekarang! Kamu tidak boleh pergi! Kamu tahu, betapa tersiksanya aku mencari kamu selama ini, hah? Setelah aku bertemu kamu, kamu meminta aku melepaskan kamu begitu saja? Hah! Jangan harap, Anna. Sekarang makanlah, aku tidak mau kamu sampai sakit!"

Prang!

Raja terbelalak. Sikap perhatiannya dibalas sikap kasar Anna. Perempuan itu mengambil makanan itu dan melemparnya ke lantai.

"Aku nggak tahu kamu sebenarnya siapa! Aku juga bingung kenapa kamu terus bilang kalau aku milik kamu! Aku bukan milik kamu Raja! Kamu benar-benar gila!" Anna murka. Dadanya naik turun bersamaan dengan deru napasnya yak tak teratur. Air mata mulai membanjiri wajahnya. Anna sangat tersiksa. Bahkan sejak kemarin, setelah dia terdampar di rumah wangi ayu.

"Ternyata kamu memang benar-benar tidak mengingatku Anna. Apa karena aku memang tidak pernah menjadi bagian penting dalam hidup kamu, hah? Sampai kamu tidak mengingatku sama sekali?" Raja berkata dengan tenang. Dia kini mendekati Anna. Perlahan perempuan itu menjauh darinya.

"Aku benar-benar tidak tahu kamu sebenarnya siapa? Aku mohon jangan siksa aku kayak gini! Aku harus pergi dari sini, aku mohon Raja! Kamu bisa cari perempuan lain di luar sana yang lebih baik dari aku. Mereka bisa menemani kamu dan—"

"Tidak Anna. Hanya kamu yang aku mau!" Raja lebih dulu memotong ucapan Anna. Dia kini berhasil meraih satu tangan Anna dan memegangnya erat-erat.

Susah payah Anna berusaha melepaskan diri dari cekalan erat tangan Raja. Raja tak bisa menahan diri lagi. Dia mengangkat tubuh Anna dan membawanya ke kasur tidur. Dengan gerakan kasar, dia membanting tubuh perempuan itu. Tanpa memberikan jeda untuk Anna bisa kabur dari kungkungannya, Raja segera mengunci pergerakan tubuh Anna.

Tangan Raja memegang kedua tangan Anna, sedangkan kedua kakinya, dia berhasil menghimpit kedua kaki Anna. Pandangan Raja turun ke bawah, menatap sepasang manik indah itu. Tak ada yang berubah. Semuanya. Hingga tanda istimewa perempuan itu yang dari dulu membuat Raja diam-diam memerhatikannya sampai dibuat jatuh hati.

"Lepas!" kata Anna membentak.

"Kamu hanya punya dua pilihan Anna. Jadilah perempuan penurut untuk Raja, atau aku akan memasuki milikmu dengan paksa. Menidurimu, membuatmu menjerit dan meninggalkan banyak jejak di tubuhmu. Atau kamu mau itu terjadi hah? Seharusnya kamu bersyukur Anna. Kalau bukan karena aku yang datang malam itu, kamu bisa jadi sudah ditiduri banyak pria tua hidung belang!"

Setelah memberikan peringatan tegasnya untuk Anna, Raja menarik diri dari atas tubuh Anna. Sedangkan Anna, dia gemetar. Seolah berada dalam ruang yang amat bahaya. Raja berhasil membuatnya ketakutan. Bahkan hanya dengan tatapan tajamnya.

"Oh iya satu lagi. Kamu pasti mau tahu bukan, kenapa bisa kamu ada di rumah wangi ayu, Anna?" Raja membalik tubuhnya tepat akan keluar dari kamar itu.

Anna terdiam. Ya, dia sangat ingin tahu. Ini adalah pertanyaan yang paling mendominasi di ruang kepalanya.

"Teman dekatmu yang bernama Shania. Dia yang sudah menjualmu ke tempat itu. Kalau kamu tanya alasannya apa? Akupun tidak tahu. Hah! Anna, Anna. Dari hal itu seharusnya kamu sadar. Yang terlihat baik, belum tentu baik bukan? Dan aku, aku menghabiskan lima miliar untuk bisa membawamu keluar dari tempat itu!"

Raja kini mendekati Anna kembali. Perempuan itu nampak terdiam seraya menangis di atas kasur tidur. Raja sedikit menunduk dan jemarinya menyisikan rambut Anna. Raja lalu menyentuh dagu Anna. "Bahkan seharusnya aku berhak untuk menikmati tubuhmu dengan lima miliar itu!"