Chereads / Cinta Terikat Masa Lalu / Chapter 14 - Berjalan Sendiri-Sendiri

Chapter 14 - Berjalan Sendiri-Sendiri

Adel pulang ke rumah dengan wajah tertekuk, entah kenapa moodnya sangat buruk hari ini. Ia merasa sedikit menyesali perkataannya kepada Revan, namun Adel merasa haru melakukan hal itu demi kebaikan mereka berdua. Karena saat ini Adel sudah memiliki Daffa, gadis gadis itu harus mulai melupakan Revan dari kehidupannya.

"Eh, memang dia siapa? Kenapa aku berusaha melupakannya?" gumam Adel seorang diri.

"Dia siapa?" suara seorang laki-laki yang entah sejak kapan telah berada di dalam kamarnya membuat Adel terperanjat kaget. Hampir saja gadis itu ingin melempar bantal ke wajah kakak tampan nan menyebalkannya ini.

"Bang, kalau mau masuk kamar orang permisi dulu bisa nggak sih?" tanya Adel kesal pada kakaknya.

Sementara Arka hanya terkekeh geli melihat Adiknya yang marah-marah, entah kenapa ia sangat suka menggoda Adel. Tetapi ia sebenarnya sangat penasaran mengapa wajah Adiknya sangat murung setelah baru saja pulang dari sekolah di hari pertama setelah ia meliburkan diri.

"Ada apa, Dek?" Adel menggeleng sebagai jawaban.

"Kamu punya banyak rahasia yang kamu sembunyikan dari kakak, 'kan? Kenapa kamu nggak mau cerita?" Adel membelalakkan mata, bagaimana kakaknya tahu jika ia punya rahasia yang tidak ia ceritakan.

"Ti-tidak ada, Bang."

"Kamu berbohong—"

"Aku mau mandi dulu, cepat keluar dari kamarku!" teriak Adel sambil mendorong punggung kakaknya agar segera keluar dari kamarnya.

Buru-buru Adel mengunci pintu kamarnya agar Arka tidak seenaknya masuk.

***

Pagi ini sangat berawan, Adel khawatir jika nanti sore hujan padahal ia ingin mampir ke toko buku untuk membeli novel serial yang sangat ingin ia baca. Arka menepikan mobilnya di depan pintu gerbang sekolah Adel.

"Hei, Bang!" sapa Lina yang juga baru saja masuk ke gerbang sekolah. gadis itu mengendarai motor scoopynya. SEmentara Arka melambaikan tangannya untuk menjawab sapaan dari teman Adel yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

"Aku masuk dulu, Kak," pamit Adel yang diangguki Arka.

Gadis itu segera masuk ke dalam sekolah meninggalkan mobil Arka yang telah melaju kembali bergabung dengan puluhan mobil lainnya di tengah jalan raya yang padat.

Perlahan Adel melangkahkan kakinya menuju ke kelas, namun manik hazelnya menatap seorang laki-laki yang sedang berjalan tertatih membuat Adel merasa iba kepada laki-laki itu.

"Dia belum sembuh ternyata, apakah cederanya parah?" gumam Adel seorang diri. Ingin sekali dirinya menghampiri Revan dan membantu laki-laki itu yang sedang kesulitan berjalan. Namun setelah mengingat ucapan yang telah lontarkan kepada Revan kemarin membuat hatinya ragu untuk mendekati laki-laki itu.

"Akhh," pekik Revan saat ada seorang adik kelas yang tidak sengaja menyenggol kakinya membuat Adel reflek berlari menuju laki-laki itu.

"Kamu nggak papa, Van?" tanya seorang gadis.

"Aku baik-baik saja, yu," jawab Revan.

Langkah kaki Adel yang ingin menghampiri Revan terhenti saat Ayu—gadis yang pengurus UKS, menghampiri Revan terlebih dahulu.

"Sudah kukatakan kemarin kamu harus beristirahat terlebih dahulu, kenapa kamu masih saja berangkat sekolah?" tanya Ayu kesal sama Revan tidak menuruti perintahnya.

"Tenanglah, ini bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan," jawab Revan.

Sudut mata laki-laki itu menangkap sosok Adel yang berdiri tak jauh dari tempatnya, Revan membuka mulutnya ingin memanggil gadis itu.

"Pagi, Sayang."

Terlihat sosok laki-laki menghampiri Adel membuat Revan mengurungkan niatnya.

"Hai, Daf," jawab Adel dengan senyum manis di bibirnya.

"Kamu ngapain berdiri di sini?" tanya laki-laki itu membuat Adel terdiam sejenak untuk memikirkan alasan yang tepat.

"A-aku sedang menunggumu," jawab Adel yang membuat Daffa terkekeh geli.

"Seharusnya Kamu bilang saja dari kemarin, aku bisa saja menjemputmu dari rumah agar kita bisa berangkat bersama," ucap Daffa yang dibaca tawa sumbang dari bibir Daffa.

Dua sejoli itu berjalan perlahan menuju ke kelas, namun langkah kaki Daffa terhenti saat melihat Ayu yang membantu Revan berjalan perlahan.

"Kaki lo kenapa, Bro?" tanya Daffa pada Revan, manik mata laki-laki itu menatap Adel yang ikut berhenti dihadapannya bersama Daffa.

"Biasalah, cedera dikit."

Daffa menganggukkan kepalanya setelah mendengar ucapan Daffa, sementara tatapan Daffa beralih kepada seorang gadis yang berdiri di sebelah Revan, sebelah tangan Revan melingkar di bahu gadis itu.

"Kalian ada hubungan apa? Kenapa kelihatan sangat romantis sepagi ini?" ucap Daffa menggoda Ayu yang sejak tadi menahan semburat merah di wajahnya.

"Kita tidak ada hubungan apapun, Ayu hanya membantu mengobati lukaku," jawab Revan dengan tatapan mata masih tertuju pada Adel, semjentara Adel segera memalingkan wajahnya saat tatapan mereka tidak sengaja bertemu. Gadis itu merasa risih karena di tatap oleh Revan ejak tadi, entah mengapa jantungnya berdenyut dan ada sedikit rasa perih di sana saat melihat tangan Revan melingkar di pundak Ayu.

"Daffa, ayo kita ke kelas!" ajak Adel menarik sebelah tangan laki-laki itu.

"Gueb dluan, Bro. Gue doain semoga kalian cepat jadian! Hahaha," ucp Daffa sebelum ia melangkahkan kakinya meninggalkan Revan dan Ayu yang masih mematung di tempat.

Pelajaran hari ini adalah pelajaran yang gadis itu sukai, yaitu matematika. Namun entah mengapa moodnya sedang sangat buruk hari ini. Apakah karena ia akan datang bulan sebentar lagi atau karena melihat Revan dan Ayu yang terlihat sangat dekat tadi pagi.

Adel segera menggelengkan kepalanya mencoba menghapus bayangan tentang kejadian tadi pagi.

"Adel, kamu nggak apa-apa?" tanya Lina yang sejak tadi memperhatikan Adel.

"Aku baik-baik saja, cuma agak nggak enak badan saja," jaab Adel.

"Kamu belum sepenuhnya pulih, Del. Kamu harus ke UKS!" ucap Lina.

Gadis itu segera berteriak ke guru yang sedang mengajar dan mengatakan jika Adel kurang enak badan. Sementara Adel membelalakkan mata saat tiba-tiba LIna mengatakan hal itu kepada guru di depan kelas.

"Aku baik-baik saja, Lin," bisik Adel di telinga Lina, namun gadis itu menggeleng dan meminta Adel untuk segera ke UKS. Alhasil Adel diperintahkan oleh guru matematika untuk keluar kelas dan menuju UKS.

Adel menghela napas malas saat ia sedang berjalan menelusuri lorong sekolah, seberapa pun ia mencoba untuk menghilangkan bayangan tadi pagi, justru ia semakin teringat jelas bayangan tangan Revan yang melingkar di pundak Ayu. Ada apakah dengan dirinya, batik Adel tak mengerti.

Adel seketika menghentikan langkahnya saat seorang laki-laki baru saja keluar dari pintu kelas yang berada di hadapannya, Adel lebih memilih berbelok melewati rute lainnya dari pada berpapasan dengan Revan.

"Adel, tunggu!" teriakan Revan berhasil membuat langkah kaki Adel kembali berhenti, Revan berjalan dengan tertatih untuk mendekati Adel.

"Ada yang ingin ku katakan, Del," ucap laki-laki itu.

"Ucapkan saja di sini?" jawab Adel acuh, sikapnya terhadap Revan semakin dingin dari waktu ke waktu.

"Kamu yakin dengan apa yang kamu ucapkan kemarin?" tanya Revan memastikan sebelum ia memberitahu Adel hal yang ingin ia katakan.

"Tentu saja!"

"Baiklah jika itu maumu, mulai sekarang kita jalan sendiri-sendiri dan tidak saling menyinggung satu sama lain. Walaupun jika dipikir-pikir kapan kita jalan bersama?"

Adel hanya diam mendengarkan Revan berbicara.

"Aku sayang sama kamu, Del. Sejak dulu, hingga saat ini! Selamat tinggal!" ucap Revan sebelum ia melangkahkan kakinya meninggalkan Adel yang menahan air matanya agar tidak menetes.