Chereads / My White Fragile Twins (Max&Miky) / Chapter 18 - 18- Desa Kecil

Chapter 18 - 18- Desa Kecil

Max saat ini sedang menikmati keindahan lautan biru yang memajang dari jendela besar kamar hotelnya. Kota Kristiansand adalah kota terbesar kelima di Norwegia, kota yang memiliki pusat perbelanjaan dan keeksotisan pemandangan lautnya.

Max sedang berandai-andai dengan menyesap wine di gelasnya, dia berandai tentang Miky, Miky yang sudah tumbuh dewasa, "akan seindah apa dirimu saat ini kak?" tanya Max.

Pikirannya lagi-lagi teringat pada pemuda berambut coklat dengan kulit yang begitu putih pemuda yang Max pikir adalah Miky, "apa kau akan seindah dia? Aku bertemu dengan seorang pemuda yang memiliki kulit sangat putih, aku suka sekali sentuhan hue di kulitnya, rasanya sama seperti kulitmu, selain itu matanya yang teduh dan sayu mengingatkanku padamu kak." gumam Max.

"Kau pasti akan seindah dia, atau bahkan kau lebih indah dengan rambut silver dan juga bola mata heterochromia mu." Max memilih untuk kembali duduk di kursi yang ada di dekat jendela besar itu. Dengan sangat menikmati Max menyesap rasa dari wine merah yang begitu menjadi candunya, mungkin nanti saat Max sudah menemukan Miky, maka Mikylah yang akan menjadi candu bagi Max.

Kring

Kring

"Daddy," Max melihat nama pemanggil yang menghubungi nomor Max, ia tak ingin berbicara dengan ayahnya itu. Dia memilih untuk langsung mematikan ponselnya dan membuangnya asal.

Max kembali dalam hayalan dan lamunannya, kalian tahu melamun dan menghayal adalah hal yang paling aku sukai, setidaknya aku bisa melakukan apapun yang aku mau di dalam imajinasiku kan? Aku tak harus memperhatikan mereka dan semua suara bising yang terus menerus menghantui pandanganku, aku membenci kebisingan itu, aku merasa jika setiap kata yang mereka ucapkan adalah untuk menjauhkan diriku, untuk membuatku terlihat sebagai seorang pecundang yang tak bisa apa-apa. Tapi taukah kalian? Aku selalu membuat mereka semua menderita bahkan menangis dalam imajinasiku.

Maaf, apa aku berbicara terlalu jauh? Kurasa iya. Mari kembali lanjutkan tentang Max.

"Aku akan segera mencaritahu tentang pemuda itu," Max kini membuka laptopnya, dia melakukan panggilan hologram dengan seseorang.

Panggilan hologram ini kini telah tersambung, seseorang yang telah muncul di hadapan Max dalam wujud hologram itu mulai menyapa Max degan sangat sopan. "Selamat datang di Norwegia, Tuan Max," ucapnya dengan hormat.

"Hmn," Max memang sangat tak suka berbasa-basi.

"Maafkan aku tak bisa menyambut kau, karena aku sedang menjalankan beberapa urusan beberapa hari ini," ucap seseorang berjenis kelamin wanita itu.

"Its Okay Lannie," ucap Max.

"Apa yang membawamu ke negara indah ini Max? Kau ingin mencari mainan baru atau kau ingin mencari sesuatu di sini?" tanya Lannie dengan senyuman yang seolah mengejek Max.

"Opsi keduamu benar," ucap Max tanpa menggelak.

"Ah, aku memang sangat pintar, apa masih sesuatu yang sama? Sesuatu berharga dengan tampilan yang begitu indah?" tanya Lannie yang memang sudah sangat paham tentang hal apa yang sedang Max cari.

"Aku rasa dia ada di negara ini, aku hanya merasa dia pasti ada di sini, kali ini aku akan mencari dengan teliti," ucap Max.

"Hmn, itu sangat bagus," ucap Lannie.

"Aku butuh bantuan darimu, bantu aku untuk melacak data penduduk di beberapa kota," ucap Max dengan tatapan serius.

"Kau tahu ada banyak kota di Nor-"

"Aku akan membayarmu lima kali lipat dari biasanya, tapi aku menginginkan data itu dalam satu Minggu, apa kau mampu?" tanya Max yang tak takut untuk memberikan penawaran dengan harga yang tinggi.

"Woah, kau semakin kaya tuan?' tawa Lannie.

"Baiklah, aku akan melakukan semua yang kau mau, tapi bagaimana jika sebelum satu minggu dan aku sudah mampu untuk mendapatkan seluruh datanya?" pertanyaan itu terdengar sangat licik.

"Aku akan membayarmu berapun yang kau mau," ucap Max tanpa banyak berfikir.

Oh Gosh! Apa Max itu gila?! Bagaimana jika Lannie meminta harga dari seluruh kekayaan milik Max? Tak akan lucu kan saat Max mendapatkan Miky tapi kemudian dia tak memiliki apa-apa. Tenang, Max itu si kaya diantara yang paling kaya. Uang hanyalah daun kering yang berguguran setiap saat baginya.

"Sangat menarik Tuan, aku menyukainya!" ucap Lannie dengan semangat.

"Baikalah, aku akan memikirkan imbalan apa yang aku mau, kau hanya tinggal mengabulkannya nanti." ucap Lannie dengan sangat percaya diri.

"Tunggulah barangmu dalam waktu seratus jam dari sekarang Tuan Max," senyuman licik itu kembali terlihat.

BIP

Panggilan hologram itu diputuskan sepihak oleh Lannie, Max tersenyum licik setelahnya, "uang bisa membeli segalanya, dan aku sangat yakin aku akan mendapatkan dirimu kembali kak Miky."

"dan setelah itu kita akan bersama kak, aku tak akan membiarkanmu pergi dariku, aku ingin memilikimu untuk diriku sendiri!" ucap Max dengan tekad yang sangat kuat.

.

.

Kini dua hari sudah Max berada di kota terbesar kelima di Norwegia, Max tahu betul cuaca dan udara di sini sangat amat pas untuk kondisi Miky, saat ini Max tengah berkunjung ke desa yang memproduksi bulu domba serta anggur wine dengan kualitas dunia.

Max ingin wine dengan kualitas terbaik, maka dia akan mendapatkan itu kan? Seraya menanti data yang sedang Lannie cari l, Max mengemudi seorang diri ke desa kecil yang terlihat sangat nyaman dan menyenangkan.

"Selamat datang Tuan, aku mendapatkan kabar jika seseorang pecinta Anggur akan mendatangi kami hari ini." ucap seorang lelaki tua, Joe.

"Ya, aku datang untuk anggurmu yang berkualitas." ucap Max dengan memakai kacamata hitamnya, menyembunyikan mata merahnya yang begitu tajam.

"Baiklah, mari ikuti aku, kita akan menuju ke gudang penyimpanan anggur." ucap Joe dengan ramah.

Max mengikuti pria tua itu, namun mata dan pendengarannya dibuyarkan oleh sosok pemuda yang kemarin ia jumpai di depan toko roti.

"Domba kecil! lemarilah, kau berlari terus menerus!"

"Domba kecil! Aku leleh mengejarmu!" suara dari pemuda itu terdengar sangat jernih dan lembut dalam pendengaran Max.

"Tuan?" Joe menyadari Max yang berhenti dan memandang ke arah Miky yang sedang bermain dengan kawanan domba.

"Siapa dia?" tanya Max tanpa menoleh kepada Joe.

Joe tertawa ringan, Miky adalah daya tarik tersendiri bagi desa ini. Banyak sekali pengunjung ataupun pelanggan anggur datang kemari dan terpesona pada anak manis itu.

"Dia salah satu pemuda di desa kami, dia sangat ceria dan polos," jawab Joe yang syukur saja tak menyebutkan jika namanya adalah Miky.

"Siapa namanya?" tanya Max lagi.

"Nama? Namanya adalah-"

"Paman Joe!" ucapan Joe terpotong karena Gidion datang menghampiri mereka dengan nafas memburu.

"Beberapa orang ingin membeli anggurmu, aku tak tahu harganya mereka meminta namun jumlahnya sedikit." ucap Gidion yang sesekali melirik kepada Max.

"Syukurlah, paman belum mengatakan jika nama Miky kepada Max." batin Gidion lega.

"Ah? Benarkah?" Joe yang terlihat panik menatap ke arah Max.

"Tuan Max, kau bisa pergi bersamanya, dia akan mengantarkanmu ke gudang anggur." ucap Joe dan kemudian dia berjalan cepat untuk menyelesaikan masalah perebutan anggurnya.

Hening.

Gidion tahu Max sedang memandangi Miky yang bermain domba di depan sana. Tapi itu tak akan berlangsung lama, Gidion segera memecah lamunan Max.

"Tuan Max? Mari kita ke tempat gudang penyimpanan anggurnya." ucap Gidion.

"Siapa nama pemuda itu?" pertanyaan Max masih sama.

"Namanya Kiky, dia adikku." ucap Gidion.

Max langsung melihat ke arah Gidion. "Kau bercanda? Kalian tak mirip." ucap Max.

"Dia adik angkatku." tambah Gidion.

Max terdiam, dia ingin sekali menghampiri pemuda itu, mengapa hari Max merasa jika Kiky itu adalah orang yang ia cari, Miky. Walau dari warna rambut dan mata, mereka sangat berbeda.

"Ayo Tuan," ucap Gidion. Akhirnya Max mengikuti Gidion.

"Aku ingin bertemu dengan pemuda tadi. Setelah melihat anggur, bawa aku padanya." perintah Max pada Gidion.

"Baik Tuan." ucap Gidion dengan sangat lirih.

"Sialan! Bagaimana bisa dia datang kemari?! Aku tak bisa membiarkan dia menemukan Miky. Tidak!" batin Gidion resah.

Di tengah perjalanan Max bertanya lagi, "siapa kau?"

"Aku, Lioner." jawab Gidion menyamarkan namanya.