Chereads / My White Fragile Twins (Max&Miky) / Chapter 7 - 7- Pemberontakan Pertama

Chapter 7 - 7- Pemberontakan Pertama

Putih pucat.

Ahh.. Bukan.. Tapi dengan rona kemerahan di beberapa bagian, hmmm.. Indah namun terkesan tak nyata ya?

Iya.. Katakanlah begitu karena segala yang indah harus disimpan agar tak hilang, rusak arau dicuri kan..?

Seperti Miky..

"Mom, boleh Miky bertanya..?" Miky menatap ibunya dengan mata kristal yang begitu jernih.

"Tanyakanlah sayang.."

Ucap Marine yang sedang memanggang kue coklat.

Miky saat ini sedang menemani Marine di sana, sebenarnya ia memaksa ibunya, daripada ia harus terdiam sendiri di dalam kamar, hei! Itu membosankan.

Marvell dan Max sudah pergi sedari tadi, ya... Biasa mereka orang sibuk. Sebenarnya Marine juga sibuk hanya saja ia rasanya sangat merindukan Miky, jadilah ia memutuskan untuk menghabiskan seharian ini bersama anak manisnya.

Ibu yang baik... Haha tidak.

"Mom... Lepaskan Miky... Kan Max sedang tak di rumah, lagipula ada mom di sini... Miky ingin jalan dengan kaki Miky..." ucap Miky dengan tatapan memohon.

Ia sebenarnya sedang terduduk di kursi roda nya, seperti biasa... Itu salah satu peraturan yang harus Miky jalani. Hahaha.

Aah... Miky itu manis tapi memang ia sedikit picik dengan tanpa ia sadari. Hahaha hanya jika kalian sadar.

"Hei... Kan Miky sudah tau jawabannya sayang. Kau mau di kamar saja?" Marie mendekati putranya.

"Mom... Please... Miky hanya akan berjalan di dalam... Miky tak akan sampai keluar, boleh ya... Mom... Please..." Miky merayu Marie.

Ahh God! Miky itu sudah manis, jika ia bersikap sedemikian rupa, maka kadar kemanisannya akan bertambah dan itu tak akan baik bagi siapapun! Percayalah.

"Oke..." lirih Marie.

"Tapi hanya di dalam saja... Oke?"

"Aaahh, oke Mom... Kau baik sekali... Miky sayang mommy!"

'Cup'

Sekarang Miky sudah bebas dengan kedua kakinya. Setidaknya ia bisa berjalan sedikit, walau tangannya masih terbungkus sebuah Mitten. Ya.. Sedikit sulit memang.

Miky berjalan di tepi jendela besar ruang tamu. Ah.. Rumah, oh tidak, mansion ini begitu luas dengan banyak sekali jendela besar.

Miky mengamati bunga bunga kecil berwarna biru diluar sana, ia jadi teringat Gidion. Ah.. Untung saja kemarin Max tak curiga, dan ya ia berhasil merasakan kebebasan karena Gidion. Rasanya senang sekali.

"Andai mom tak di rumah, pasti Gidion akan membawa Miky keluar dan Miky bisa main.." batin Miky sedih.

Omong-omong soal Gidion, dia juga sekolah.. Hanya saja dalam seminggu ia akan bersekolah 3 hari saja, dan sisanya ia kerjakan untuk bekerja. Ingat.. Mereka masih lima tahun:)

"Miky" panggil Marie dari dapur.

Ah... Aroma kue ini sampai tercium hingga kemari. Sungguh, Marie sangat pandai membuat kue, kue terenak yang pernah Marie buat adalah kue coklat dengan taburan choco chips dan doping strawberry. Miky suka itu!

"Wah.. Kuenya sangat harum Mom..." ujar Miky, Marie duduk di samping anaknya itu.

"Tentu. Kau tahu? Mom adalah koki terhebat," bangga Marie. Ya.. Tak sepenuhnya salah.

"Mom, Miky mau" Miky ingin mengambil satu potongan kecil kue itu, tapi... Jari jarinya bahkan tak mampu ia gerakan. Ah.. Ia benci sarung tangan/mitten ini.

"Mom... Tangan Miky gak bisa pegang ini"

"Astaga.. Manisnya"

'Cup'

Saking gemasnya Marine mencium pipi bulat nan putih milik Miky. Ya.. Keputusannya memang benar.. Mereka menyembunyikan Miky dari dunia luar. Oh ayolah.. Miky.. Dia terlalu indah bukan.

'Kringg'

"Ah.. Tunggu sebentar sayang, ada telpon," marine beranjak dan sedikit menjauh. Ia sepertinya sedang berbicara dengan orang yang penting di telpon itu.

Miky terdiam. Ia masih anak anak, bukankah pikirannya selalu polos dan lugu? Ah.. Ya.. Tentu. Tapi, keluguan Miky juga tersirat beberapa hal yang mungkin akan kalian pikir sebagai kepicikan. Haha. Ada yang paham?

Jadi begini...

Ups.

"Miky.. Mom harus segera pergi, " ucap Marie ada Miky.

Miky memandang sedih ibunya itu. Ia kira hari ini ia bisa merasakan kasih sayang ibunya seharian tapi nyatanya tidak.

"Astaga..jangan menatap Mom seperti itu hmmm.." Marine memeluk tubuh anaknya.

Ia tak tega jika Miky memandang seperti itu kearahnya.

"Mom janji emm... Mungkin lusa kita akan benar benar menghabiskan quality time kita hmm.. Bagaimana,"

"Iya mom.. Miky tak apa" ucap Miky pada akhirnya.

"Bagus.. "

"Oke sekarang kau kembali ke kamarmu hm?" Marie mulai menarik tangan anaknya utu menuju kamar.

Ya.. Kalian bisa tebak apa yang mungkin terjadi kan?

"Mom.." Miky berhenti dan menarik tangannya yang masih terbungkus sarung tangan dari ibunya.

"Ya?"

"Miky.. Miky tak mau di kamar" ucap Miky menunduk.

Rasanya ia menjadi tahanan mansion ini jika setiap kali keluarganya pergi ia akan terkurung di kamar dengan segala kekangan yang aneh. Huh..

"Sayang" suara Marine mulai mengintimidasi.

Ohoo.. Belum pernah ya melihat bagaimana Marine yang ternyata sama gilanya dengan Max? Oke.. Mari kita lihat dia..

"Kau tahu kan peraturannya? " Marine kembali meraih tangan Miky, namun Miky menepis tangannya.

Miky menggeleng dengan takut. Ia hanya ingin tak berada di kamarnya, di ruang keluarga pun tak apa asal jangan kamar. Please.. Ini masih siang. Miky tak mau terkurung sepanjang hari.

"Miky?" tanya Marine tak percaya.

Ya.. Miky biasanya merajuk, tapi ini pertama kalinya Miky memberontak.

"Mom... Miky tak mau di kamar dan dengan semua hal itu lagi' " ujar Miky dengan sendu.

Marie menghela nafasnya panjang. Ia tak suka anak manisnya mulai memberontak. Tidak suka.

"Mikhael!" suara Marie mulai meninggi.

"Mo-mm... " Miky sudah terisak, ia tak mau ini. Marie lebih menakutkan daripada Max ketika ia marah.

Miky mundur, terus memundurkan langkahnya, ia terlalu takut untuk bersitatap dengan Marie saat ini.

"Mom tak akan marah lagi jika kau kemari, jadi anak manjs dan masuk ke kamarmu... Ayo," Marie mengulurkan tangannya berharap Miky mau meraih jemarinya dan menuruti semua perintahnya.

"Mom... Tidak mau," ucap Miky terbata bata. Ia terus memundurkan langkahnya.

Ok. Marine sudah habis kesabaran. Tatapannya tajam dan dia marah.

Miky semakin ketakutan pada marine, hingga...

'Pyar'

Marie membanting vas mahal di sebelahnya ke sebelah Miky. Miky panik. Ia semakin ketakutan, beruntung pecahan vas yang tajam itu tak mengenai tubuh Miky.

Miky menggeleng dan terisak, ia mundur dan mundur, Marine melangkah maju . Setiap langkah dengan tatapan penuh emosi. Ini adalah kali pertama Miky memberontak.

Kurasa Marie akan lebih keras pada anak sulungnya itu kali ini. Lihat saja nanti. Mungkin saja takdir sedang berpihak pada Marie atau justru Miky?

"Tidak mau mom. Hisk... Miky takut mom, mom menyeramkan. Hisk" Miky menangis ia takut melihat ibu kandungnya sendiri.

Ya.. Marie dia memang sangat tempramental. Emosinya sangat mudah berubah ubah.

"Kau mulai jadi anak nakal sekarang?! Siapa yang mengajarimu untuk menyela Mom?!"

'Pyar'

Lagi deretan vas mahal itu Marine hancurkan. Sedikit melemparkannya lebih dekat dengan Miky, tapi tenang itu tak akan mengenai Miky.

"Hisk... Mom..." tangis Miky penuh ketakutan.

'Pyar'

'Pyar'

'Pyar'

Deretan vas itu pecah. Dibarengi dengan suara tangisan Miky yang makin kuat dan nyaring mengisi seisi mansion yang sepi.

Jika kalian tanya dimana pelayan? Pengawal? Maka jawabannya adalah, mereka berada di tempat yang terpisah dengan mansion utama ini. Jadi bagi pelayan ataupun pengawal ada di mansion khusus pekerja yang letaknya di dekat gerbang masuk. Kalian sudah tahu kan jika mansion ini sangat besar. Haha.. Ok.

"Mikhael! Kali ini Mom tak akan memaafkanmu. Kau harus dihukum! Kau tahu mom tak suka anak manis mom jadi pembangkang?" bentak Marie.

Miky mundur ia mulai berlari menjauhi Marine dan Marie yang tak tinggal diam. Ia juga berlari mengejar anaknya itu. Mereka  Terus berlari hingga diujung tangga.

Saat Marine ingin menangkap Miky namun naas.

'Brug'

"Mom!!" Marie justru jatuh dari tangga dan  berguling ke bawah.

Miky semakin sesegukan. Ia tak mau ini terjadi. Marie sekarang tak sadarkan diri dengan pelipis yang penuh darah.

"Hisk momm" Miky bergegas turun dan mendekati Marie. Ia takut dan semakin takut.

Biar semarah apapun tadi, kalian tahu Miky begitu menyayangi Marie.

"Hisk... Mom bagun hisk, maafkan Miky.. Momm" Miky mencoba menggoyang goyangkan tubuh Marie dengan kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan.

Padahal jika saja Miky cerdas  ia bisa saja lari dan meninggalkan Marie saat itu juga . Tapi jika itu sampai terjadi maka masalahnya akan semakin runyam.

"Maafkan Miky mom. Hiskk" Miky semakin takut, wajahnya sudah merah dan basah karena tangisannya. Marie mengeluarkan banyak sekali darah.

"Hisk... Miky harus apa hiskk" Miky melihat sekelilingnya. Ia berlari kearah pintu utama.

Gagang pintu itu sulit sekali ia genggam belum lagi pintu maupun jendela disana terkunci.

"Hisk... Pintunya tak mau terbuka hiskk tolong hissk Bibi!! Paman!! Tolong mommy.. Hiskk" Miky menangis ia menggedor gedor pintu keras itu dengan tangannya yang terbungkus sarung tangan menjadi sakit dan merah.

Ia tak tahu harus apa, ia berharap ada seorang pelayan ataupun pengawal yang sedang berjaga disekitaran mansion utama ini.

"Hiskk... mommy " Miky berlari pada Marie yang tak sadarkan diri. Ia kalang kabut.

"Max... Dan Dad, Miky harus menelpon mereka," Miky berlari mencari telpon dan ya... Ia tak tahu nomornya, ataupun bahkan ia tak mampu memencet tombol tombol disana. Tangannya terkekang sarung tangan ini.

"Hiskk.. Miky tak bisa menekanya... Hisk..ini" Miky menangis dan memandangi tangannya yang sungguh tak berguna.

"Lepas... Hiskk ini tak mau lepas!" Miky bahkan mencoba menarik sarung tangan itu dengan giginya tapi nihil... Sarung tangan itu tak akan bisa lepas.

"Mom.." Miky kembali lagi pada Marie. Bagaimana ini. Semuanya berantakan. Darah dari luka di pelipis marine semakin banyak, bahkan darah darah itu sudah mengubah warna baju Miky menjadi merah.

"Hisk.. Mommy..hiskk" miky terus menangisi Marie dan tak berdaya. Ia bahkan tak bisa membuka kunci pintu utama ataupun menelpon Max.

"Hisk.. Mom maafkan Miky"

Hingga suara deru mobil terdengar, ada yang datang. Syukurlah!

'cklek'

Pintu utama terbuka.

"Marie!!!"

"Hisk..Daddy.."