Chereads / My White Fragile Twins (Max&Miky) / Chapter 10 - 10- Tanda Kepemilikan

Chapter 10 - 10- Tanda Kepemilikan

"Hisk... Max... Jangan, hisk Miky takut!" Miky terus menangis saat melihat Max membawa barang barang yang entah untuk apa kegunaanya.

"Kak... Lihatlah, aku membawakan ini semua..." ucap Max dengan tersenyum mengerikan. Ingat ini sekali lagi, mereka masih anak berusia lima tahun.

"Hiskk jangan Max hiskk..."

Tangisan Miky tak kunjung usai, barang barang yang dibawa Max membuatnya sangat ketakutan.

Max tersenyum lalu mendekatkan wajahnya pada sang kakak yang masih menangis, dia mengecup singkat pucuk hidung mungil milik Miky seraya tersenyum miring. Senyuman yang terlihat mustahil bagi seorang anak berusia lima tahun.

"Mommy dan Daddy memberikan hak atasmu padaku sepenuhnya kak..." ucap Max tiba tiba, ia masih memandangi Miky yang sungguh sangat mengenaskan.

"Jadi..." Max menjeda ucapnya.

"Karena kau nakal, dan ya... Aku tak suka itu, anak nakal harus dihukum, aku akan menghukumu... Dan ya.. Kurasa cara ini akan membuatmu selamanya patuh padaku, bukankah itu terdengar sangat bagus kak?" tanya Max dengan pemikiran gilanya.

"Tidak... Hisk Miky tidak nakal... Hisk jangan hukum Miky, Max...hiskk tolong!" Miky berteriak, ah... Percuma tak ada pelayan ataupun pengawal yang akan menyelamatkanya. Mereka semua terlalu takut pada si monster kecil Max.

Ingat ini... Mereka, masih anak berusia lima tahun:) Itu normal untuk Miky yang ketakutan saat melihat adik kembarnya terlihat seperti iblis.

"Hmmm... Kau menangis terlalu keras kak, kau tahu? Sejujurnya aku tak menyukai saat kau menangis... Jadi...Kita harus menghentikan tangisanmu terlebih dahulu..." ucap Max dengan sangat ambigu.

Max memasangkan sebuah gagged pada Miky, membuat suara tangisan Miky tertahan oleh alat itu.

Selanjutnya Max mulai membuat Miky tak berdaya dengan merantai tangan dan kakinya di setiap pilar ranjang. Miky terus menangis dan menatap Max penuh akan rasa takut.

"Kak, kau nakal kan hari ini? Mom sampai tertidur di rumah sakit... Dan itu semua karenamu" ucap Max yang lagi-lagi membuat mental Miky terjatuh. Max duduk di samping Miky yang masih terus menangis sesegukan.

"Hisk, Hmmptt!" isak Miky di balik sana.

"Oke... Aku paham kak..." ucap Max seraya mengelus rambut silver Miky dan tersenyum layaknya penjahat yang berhasil menangkap mangsanya.

"Ini tak akan sakit kak, aku janji, Hmmm..." Max membawa sebuah suntikan yang berisi anestesi. Jangan tanya bagaimana Max bisa paham akan hal itu.

Max itu terlampau cerdas. Sudah. Hanya itu.

"Ini akan menghilangkan rasa sakitnya..." ucap Max.

"Hmmmptt... Mmpt!!"

"Shut... Tenanglah kak..." Max masih tersenyum layaknya orang gila.

"Hmmmpt...mmmpt..." suara Miky mulai melemah, Miky merasa sangat lemas akibat suntikan yang Max berikan di lengan kirinya.

Max tersenyum puas saat kakaknya itu sudah lemas dan mulai tenang. Ia kini menyiapkan benang dan lilin yang tadi ia bawa.

"Lihatlah kak... Apa benang merah ini indah?" tanya Max pada Miky yang lemas, namun masih membuka matanya.

"Ini pasti sangat kontras di kulitmu yang putih ini..." ucap Max yang tersenyum layaknya anak dengan ganguan jiwa paling parah.

"Hmmm... Aku ingin meletakan ini dibagian yang dapat dilihat oleh semua orang," Max mengamati Miky yang tak berdaya.

"Mmptt..." lirih Miky, tenaganya seolah terkuras habis. Ia tak bisa berbuat apapun.

"Ahh.. Aku tahu.." ucap Max dengan wajah bersinar. Seolah apa yang sedang ia lakukan saat ini adalah hal paling menyenangkan.

"Aku akan menanam ini di lehermu kak!" ucap Max yang membuat Miky semakin ketakutan di dalam hatinya.

Yang tak kupahami adalah, bagaimana bisa anak berusia lima tahun seperti Max dapat pemikiran segila dan semengerikan itu?!

Miky menggeleng lemah, seolah mengisyaratkan agar Max menghentikan semua perbuatan gila ini.

Tahu tidak? Anak kecil terlalu menakutkan saat mereka dirasuki oleh iblis :)

Oke. Mari kita lanjutkan.

"Semua orang akan melihat betapa indahnya karyaku di sini... Di leher putihmu kak," Max membelai leher sang kakak penuh kegirangan yang menyiratkan betapa rusaknya mental anak itu.

"Kita mulai..." segera setelahnya Max membawa lilin merah itu yang sudah ia nyalakan terlebih dahulu, ia membawa lilin itu mendekati kulit leher Miky.

Oh... Tenang, Miky tak akan merasakan apapun, Max tentu tak akan tega saat Miky merasakan rasa sebuah sakit. Tidak.m. Max tak setega itu pada Miky, ya... Hanya pada Miky.

"Aku akan membuat benang ini tertanam di sini..." Max meneteskan lelehan lilin pada kulit Miky.

Apa tujuanya? Ada yang tahu? Ibaratkan saja Max sedang membuat sketsa dengan lelehan lilin merah itu dikulit Miky.

Lilin itu dengan lelehanya yang jatuh mengenai setiap jengkal kulit Miky seolah memberi warna di hamparan salju putih. Indah sekali!

Sebuah angsa dengan rantai yang membentuk bintang, dibuat seolah merantai si angsa dengan mahkota dari berlian di kepalanya! Itu sangat indah! Oh ya... Bukan hanya Miky yang pandai menggambar, Max juga pandai, bahkan di kulit manusia sekalipun. Max itu pandai dalam segala hal. Ya... Sangat pandai!

"Nah... Sketsanya jadi kak... Kau mau melihatnya?" tanya Max, lalu kemudian Max membawa sebuah cermin berukuran sedang ke hadapan Miky, sehingga Miky bisa melihat lehernya sendiri.

Miky kaget, tentu saja! Siapa yang tak kaget saat melihat kulit lehernya tertutupi oleh lelehan lilin panas.

"Hisk..mmmptt..mpttt" Miky menangis lirih. Dia semakin ketakutan saat ini.

Ini adalah kali pertamanya ia mendapatkan perlakukan yang sangat gila, walau sebelumnya mungkin iya, tapi tak segila Max yang berdiri dengan senyuman lebar di hadapannya saat ini.

"Ah... Aku tahu, kau menyukainya kan kak? Ya... Aku ini juga bisa menggambar..." Max tersenyum bangga yang justru terlihat mengerikan.

Hei! Entah mengapa setiap psycho akan selalu terlihat tampan saat tersenyum. Sangat amat tampan!

"Oke... Tenang kak, kita akan masuk ke bagian utamanya..." ucap Max.

Kini benang merah beserta jarum yang sudah lebih dulu Max panaskan ujungnya, ia membawa barang itu ke hadapan Miky yang sedang menyesali nasibnya yang sangat gila.

"Ini..." Max menunjukan benang merah dan jarum tadi.

"Aku akan memulai," ucap Max diakhiri dengan senyuman yang sangat mengerikan.

Dengan perlahan dan sangat teliti, Max mulai menusukan jarum dan benang tadi mengikuti alur lelehan lilin yang ia buat sebelumnya.

Ya... Max sedang melukis atau katakanlah dia sedang mengukir sketsa lelehan lilin di kulit Miky dengan benang dan jarum panas. Haha... Harusnya Miky berteriak dan meraung kesakitan kan? Tidak... Miky tak merasakan apapun saat jarum panas itu menusuk kulitnya seolah menanam kuat-kuat benang benang merah itu di kulit putihnya.

"Hampir selesai kak... " Max tersenyum meyakinkan pada Miky.

"Nah... Bukankah ini indah?" Max menunjukan hasil karyanya di leher Miky menggunakan cermin. Ya... Miky tak bohong, tapi ukiran angsa dengan mahkota berlian dan rantai bintang itu terlihat indah dan mencolok di lehernya yang amat putih.

"Ah... Tidak... Ini kurang, sebentar kak..." Max meninggalkan Miky nenuju ke sebuah ruangan rahasia di balik dinding pojok kamar itu.

Tak lama Max kembali dengan membawa sebuah stempel , tidak ini bukan stempel biasa, ini adalah stempel permanen yang akan membuat nya abadi :)

"Ah.. Ini sempurna!" Max tersenyum sesaat setelah ia memberi stempel itu di dekat ukiran benang yang tertanam kuat di leher mulus Miky.

"My White Fragile Twin- Owner-Max"

Dengan kaligrafi yang begitu rumit namun indah. Stempel itu sepenuhnya merekat dan menyatu di kulit Miky tanpa ada seorangpun yang bisa menghapusnya.

"Lihatlah kak... Sekarang semuanya terlihat jelas" senyum Max tak pernah tak menawan. Selalu tampan!

'Brak'

"Holly Shit!!"

"Penganggu!" desis Max menatap tajam pada si pembuka pintu.

"Are you out of mind?!"

"Bram!!"