"Ya.. Halo Mom"
"..."
"Tidak"
"..."
"Dia aman, bukankah aku telah mengirimkan foto kakak padamu tadi?"
"..."
"Ya, pasti.."
"..."
"Aku akan menjadi satu satunya pemenang"
"..."
"Oke Mom"
Max menutup panggilan hologram dengan ibunya, Marine. Ya, saat ini Max sudah berada di tempat pertandingan memanah yang menantinya untuk membawa pulang mendali dan piala emas kemenangan.
Jangan salah , mereka semua adalah anak bangsawan yang cakap, cerdas, tampan, dan licik.
Tentu saja, Max lebih dari itu semua.
Pertandingan belumlah dimulai, sejak setengah jam tadi Max hanya bosan dan bosan, ia lebih ingin bermain dan bersama kakak kembarnya daripada melakukan pertandingan lalu kemudian bagian terburuknya adalah bertemu dengan banyak orang seperti saat ini. Max benci keramaian!
"Hei Max," seseorang menepuk pundaknya.
Ah... Dia si narsistik.
"Hmm," jawab Max dengan dingin, wajahnya seolah mengatakan untuk tidak mau diganggu.
Jujur, banyak sekali anak-anak bangsawan yang ingin berteman dan menjalin hubungan dengan Max, hanya saja sangat sulit walau sekedar untuk bertutur dan saling menyapa dengan Max, sudah kukatakan, Max itu berbeda... Dia sempurna namun mematikan.
"Mari bergabung bersama yang lain, aku juga membawa serta adikku... Dia sangat ingin bertemu denganmu..." pinta Bram. Ya... Bram, satu satunya orang yang nekat dan mau berbicara dengan Max . Tapi alasan dibalik keberanian Bram mendekati Max, tak lain dan tak bukan adalah karena adik kecil manisnya.
Max menoleh pada segerombolan anak perempuan dengan gaun merah muda, kuning, dan biru, kukatakan mereka nampak cantik dan manis seperti boneka saat mengenakan gaun itu, tapi Max tetaplah Max yang tak suka dan tak mau ikut campur dengan hal apapun kecuali itu menyangkut kakaknya, Miky.
"Aku tak tertarik," ucap Max dengan suara khasnya yang datar dan dalam, ia lalu pergi begitu saja meninggalkan Bram.
"Ah... Kak Max..." Namun sebelum itu tangan Max sudah terlebih dahulu ditahan oleh si gadis bergaun merah muda, Arabella, adik dari Bram.
"Aku membawakan pai apel ini untukmu... Cobalah dulu rasanya manis, kata Bunda jika kau memulai sesuatu pekerjaan dengan hal manis maka kau akan mendapatkan kemenangan yang manis pula..." ucap gadis berambut merah itu.
Ya... Arabella memang manis, gadis bangsawan yang sangat manis. Bram tersenyum, memang benar kata semua orang jika adiknya adalah gula-gula, dia sangat manis.
Max acuh, ia menatap tak minat pada pai apel di keranjang kecil yang di bawa oleh Arabella.
"Apa itu benar pai apel?" tanya Max, ia sedikit melirik kearah keranjang yang masih mengepulkan asap dan bau harum khas oai apel.
"Iya... Ini pai apel aku yang membuatnya bersama Bunda..." ucap Arabella dengan sangat semangat.
Max kembali terdiam, ia teringat jika Miky menyukai pai itu, tak masalah kan jika ia membawa pai itu untuk kakak manisnya...?
Max mengambil pai itu dari Arabella, ia lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih, dasar tak sopan!
"Hei! Setidaknya ucapkanlah terima kasih kepada adik manisku! Dasar tak sopan!" hardik Bram yang diacuhkan begitu saja oleh Max.
"Shh... Sudak, tak apa kak, paling tidak kak Max mau menerima pai apel ku..." ucapnya Arabell seraya menggenggam tangan Bram.
"Harusnya kau tak perlu melakukan itu untuk anak tak sopan sepertinya, Ara. Kuharap masa depan berubah dan dia bukan jodohmu," ucap Bram sambil memeluk adiknya.
Fakta inilah yang membuat Bram merasa jika masa depan adik ya tak akan bahagia, Adiknya berjodoh dengan Max, si datar, dingin tak tersentuh dan mematikan.
"Semuanya sudah digariskan kak..." ucap Arabell dengan sendu.
Di usia mereka yang masih terbilang anak-anak, mengapa bisa mereka semua memiliki pikiran matang layaknya orang dewasa? Aneh memang, tapi anak seperti mereka itu ada, banyak sekali. Anak-anak yang dipaksa dewasa oleh keadaan.
Mengenai Max dan Arabella yang berjodoh, apa kalian ingin tau? Mereka yang terlahir dari garis keturunan darah biru adalah bangsawan, mereka memilki ikatannya masing-masing, setiap kelahiran yang diumumkan dan diagungkan maka akan terpilihlah mereka menjadi sepasang pasangan.
Dan Max adalah pasangan Arabella saat ia dilahirkan lima tahun yang lalu, istimewanya adalah Max dan Arabella lahir tepat di hari yang sama dan jam yang sama, inilah yang membuat ikatan antara keduanya begitu dipuja dan didambakan oleh para keluarga bangsawan yang lain.
Itu yang diketahui semua orang, mereka mengaggap pemimpin kawanan bangsawan akan mendapatkan ilham dari Tuhan karena telah lahir sepasang jodoh di waktu yang bersamaan tepat di hari ke 127 musim dingin.
Hanya saja mereka tak tahu fakta yang sebenarnya, jika Max bukanlah satu-satunya anak yang terlahir hari itu, dia bukan anak tunggal, ada Miky sang kakak yang lebih dahulu lahir di waktu itu. Ini semua sebab mereka menyembunyikan identitas Miky, mereka semua tak tahu jika Max memiliki kakak kembar.
.
.
"Miky satu jam milikmu hampir habis, ayo masuk kembali ke bola mu..." pinta Gidion.
Ya... Sedari tadi mereka bermain dan mengobrol di bawah pohon maple yang rindang, tak panas...
"Yah... Miky padahal belum puas..." ucap Miky dengan menekuk wajahnya.
"Tapi jika tidak nanti tuan Max akan sadar jika kau tak berada di bolamu..."
"Oke... Miky akan masuk." ucap Miky dengan berat hati, Gidion yang melihatnya pun tak tega tapi apa boleh buat.
Miky mulai masuk kedalam bolanya, sebelum itu Gidion mensterilkan tubuh Miky agar tak terlihat jejak-jejak yang akan membuat Max mengetahui ini semua.
Gidion juga memasangkan kembali sarung tangan tebal Miky, lalu ia memasang ikatan di kaki miky dan yang terakhir mengatur posisi Miky di dalam bola sehingga ia duduk dengan nyaman.
'Clik'
Bola itu terkunci seperti sedia kala, tepat saat itu juga suara deru mobil terdengar.
Max telah kembali.
"Sepertinya tuan Max sudah kembali, aku harus menjauh lima meter darimu Miky..." lalu Gidion berlari sehingga jaraknya dengan Miky terasa cukup jauh.
Max masuk ke taman itu, ia melihat kakak manisnya yang juga sedang menatapnya dengan senyuman. Oh tidak, ini sungguh tidak baik bagi Max, dia merasa jika senyuman kakaknya tak ada yang dapat menggantikan, begitu manis dan indah.
Lalu Max menghampiri Gidion sebelum menemui kakaknya.
"Apa kakakku baik- baik saja?"
"Ya tuan..." jawab Gidion dengan hormat.
"Apa kau mengikuti semua larangan dan peraturannya?" tanya Max lagi.
"Pasti tuan... Saya berdiri di sini sedari tadi, saya mengawasi tuan Miky dari jauh seperti keinginanmu," ucap Gidon dengan mengangguk.
"Bagus, sekarang pergilah" usir Max.
Lalu Max menghampiri Miky dan mengontrol bola yang dinaiki Miky agar masuk kembali menuju kamar mereka.
'Clik'
Bola itu terbuka dengan sidik jari Max, ia langsung menggendong kakak manisnya dan memindahkan tubuh Miky ke ranjang.
"Terima kasih Max..." ucap Miky dengan senyumannya.
"Hmm..." lalu Max menatap Miky intens.
"Apa kakak mematuhi semua perintahku selama aku pergi tadi?" tanya Max, dia mendekatkan tubuhnya kepada kakaknya.
"Ah? Iya... Miky hanya memberi makan tuan koi kok di kolam... Max tak perlu khawatir..." Miky menyentuh kerutan tipis di dahi Max, mencoba merilekskan adiknya itu.
"Bagus, ah iya kak, aku ada sesuatu untukmu... Coba tebak..." ucap max sudah kembali normal seperti sebelumnya. Max yang akan selalu baik pada Miky.
"Hngg? Apa ? Apa yang Max bawa?" tanya Miky penasaran.
"Sesuatu yang menjadi kesukaanmu kak... Ayo tebak..."
"Apa Max bawa ... Pai apel??!" tanya Miky karena sedari tadi ia sudah mencium aroma dari makanan favoritnya itu walau samar-samar.
"Kau benar kak... Ini" ucap Max seraya memperlihatkan Pai apel di dalam keranjang yang dibuat oleh Arabella.
"Wah... Terima kasih Max!! Miky senang sekali.." ujar Miky bahagia.
Lalu Miky langsung memakan pai itu dengan disuapi oleh Max.
"Ini enak sekali Max... Sangat manis beda dengan pai yang sebelumnya.. Miky suka sekali!" ucap Miky.
"Tentu kak jika kau suka aku akan membawakan pai ini setiap aku pulang dari kota. ."
"Wah, terima kasih kau baik sekali Max.."
'Cup'
"Kakak sangat manis..."
"Kak kau sudah terlalu lama di luar tadi... Apa kau lelah?"
"Tidak kok..." jawab Miky.
"Tapi kau harus tidur... Aku tak mau kakak manisku ini kelelahan."
"Tap--"
"Sleep tight my brother.."
Ya... Max menyuntikan obat tidur di leher bening Miky.
Lalu ia melepas semua pakaian kakaknya dan mulai mengganti dengan yang baru dan jauh lebih steril agar kulit kakaknya yang sensitif itu tidak memerah dan gatal.
"Kau sangat manis kak... Aku bahkan jatuh dalam pesona kakakku sendiri... Kau manis sekali..."
'Cup'