Magelang, 10 Mei 1997.
Lahir dua bayi kembar, berjenis kelamin perempuan di rumah sakit daerah di kota itu. Sayang, kedua nya harus berpisah karena ibu dari bayi kembar itu meninggal pasca melahirkan. Sang ayah tidak mampu untuk mengurus keduanya karena ekonomi sedang mencekiknya.
Seorang ibu muda dengan membawa anak lelakinya menghampiri ayah dari bayi kembar itu. Beliau bernama, Tamara Zoetmulder (25) dan anak lelakinya bernama, Barack Zoetmulder (5).
Mungkin, bagi sejarawan Jawa tidak asing dengan nama belakang Zoetmulder. Yakni, Prof. Dr. Petrus Josephus Zoetmulder, S.J. Beliau adalah seorang pakar Sastra Jawa dan budayawan Indonesia. Ia terkenal dengan disertasinya mengenai penelitian tentang sebuah aspek agama Kejawen yang dalam edisi Indonesianya berjudul Manunggaling Kawula Gusti.
Tamara Zoetmulder menikah di saat dirinya berusia 18 tahun karena perjodohan. Almarhum suaminya bernama Yazan Zoetmulder, kenapa dengan nama belakang itu? Ada alasan mertua Tamara memberikan nama itu kepada almarhum suaminya. Beliau sangat mengagumi sosok Petrus Josephus Zoetmulder. Jadi, beliau memberi nama belakang Yazan dengan nama itu.
"Tapi, anda seorang ibu tunggal. Saya tidak tega jika membiarkan anda membesarkan putri saya, padahal anda juga memiliki putra berusia 5 tahun," ucap ayah si kembar dengan tangisan haru.
"Saya tidak keberatan. Saya juga menginginkan seorang putri, begitu juga dengan anak saya yang menginginkan seorang adik perempuan. Tapi, sayang sudah tidak bisa hamil lagi, dan saya juga tidak akan menikah lagi," jelas Tamara.
Setelah banyak pertimbangan, Pak Maliki, nama dari ayah bayi kembar itu, menyerahkan salah satu putrinya untuk di rawat oleh Tamara. Yang kemudian Tamara beri nama, Amanda Syafara Zoetmulder. Lalu, bayi lainnya di beri nama, Nia Andriana.
"Nak, maafkan Ayah, ya. Kamu harus ikut bersama keluarga barumu, maafkan Ayah …," ucap Pak Maliki.
Usia Pak Maliki sendiri aslinya juga belum begitu tua. Semua itu karena Pak Maliki sosok yang pekerja keras tanpa lelah sejak kecil, jadi wajahnya nampak dua kali lipat lebih tua dari umurnya.
Dibawa lah baby Amanda oleh Tamara dan anak lelakinya ke luar negri. Kehidupan Pak Maliki dan Nia juga di sokong oleh Tamara dari luar negri sana. Saat ini, Pak Maliki sudah memiliki warung makan berkat Tamara.
Amsterdam, 10 Mei 2005
Tepat hari itu, Amanda dan Nia sama-sama merayakan ulang tahunnya yang ke-8 tahun. Amanda tumbuh menjadi gadis yang sangat periang, usil dan suka bercanda. Ia sangat cerdas, bahkan sering mendapat juara kelas dan juara di tingkat sekolah.
"Mami, mana hadiahku?"
Tentu saja Tamara tidak pernah absen mengajarkan Amanda menggunakan bahasa Indonesia. Meski bukan sekarang, Tamara ada rencana untuk mengungkap orang tua kandung Amanda yang sebenarnya. Karena ia tidak mau, jika Amanda tidak bisa berbakti kepada sorang tua kandungnya.
"Mami, ayo mana hadiahku. Kakak juga, mana hadiah untukku?" pinta Amanda.
"Ini, hadiah kecil ini untukmu. Maaf, kakak memberimu hadiah kecil," ucap Barack.
"It's okay! Thanks, Bro!" Amanda besar di keluarga yang penuh kasih sayang dan saling menghormati. Seluruh keluarga dari pihak Mami dan almarhum Jalan juga begitu menyayanginya. Maka dari itu, ia tidak memandang seberapa besar atau kecil pemberian orang lain harus berterima kasih dan bersyukur.
Memiliki Ibu dan Kakak lelaki yang sangat menyayanginya membuat Amanda begitu manja dan sedikit nakal. Bertolak belakang dengan Nia yang tinggal di desa bersama Ayahnya. Tentu saja Nia mendapat hadiah yang dikirim oleh Tamara dari Belanda.
"Ayah, aku hari ini membawa pulang banyak keong sawah. Kita masak, yuk!" ajak Nia begitu bahagia mendapat banyak keong sawah untuk di masak.
"Nanti Ayah masakin ya. Ini ada hadiah untukmu, di jaga baik-baik, ya .…" ucap Pak Maliki sambil menyodorkan hadiah yang dikirim dari Tamara.
"Dari siapa? Tante Tamara lagi?" tanya Nia ingin tahu.
Pak Maliki mengangguk, berbeda dengan Amanda yang belum tahu jati dirinya. Nia malah sudah tahu, jika dirinya memiliki saudari kembar yang di asuh oleh keluarga angkatnya di luar negri. Meski begitu, ia tetap bahagia dengan hidupnya yang sederhana. Berharap, suatu saat nanti bisa bertemu dan bermain dengan saudari kembarnya.
Usianya mungkin baru menginjak delapan tahun, tapi Nia bisa berpikiran dewasa. Ia selalu membantu ayahnya di sawah setelah pulang sekolah. Tamara dan Barack juga mengirim hadiah susulan, keluarga Tamara pun juga tak telat memberi hadiah untuk Nia. Bagi mereka, Nia juga bagian dari keluarganya.
"Saya banyak terima kasih, karena Ibu dan Mbak Tamara sudah begitu baik kepada anak-anak. Apa yang diberikan kalian sudah lebih dari cukup bagi saya dan Nia," ucap Pak Maliki di telpon umum.
"Jangan begitu, Pak. Kita ini keluarga, terima kasih juga dengan kebesaran hati Pak Maliki, anak saya Tamara bisa merasakan sebagai seorang ibu dari anak perempuan. Amanda sangat baik di sini, dia juga sangat cerdas, Pak. Saya yakin, kecerdasan itu di turunkan dari keluarga Bapak." ucap Ibunya Tamara.
Semakin bertambah usianya, Amanda dan Nia sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik berusia 17 tahun, mereka kini sekolah di tingkat menengah ke atas. Sama-sama cerdas dan sama cantiknya. Perbedaan mereka hanya ada di lesung dan gingsul. Jika Nia memiliki lesung, Amanda memiliki gigi gingsul yang menambah manis senyumannya.
Magelang, 10 Mei 2014
Hari itu mereka genap berusia 17 tahun. Kenaikan kelas juga sebentar lagi. Berbeda dengan sekolah yang tempuh Amanda dan Nia meski sama-sama tingkatnya. Sweet seventeen Amanda dirayakan begitu meriah oleh Tamara dan keluarga besar.
Bak princess, Amanda begitu cantik mengenakan baju berwarna putih dan sepatu kaca Cinderella. Hadiah demi hadiah, kejutan demi kejutan juga diterima oleh Amara.
"Ya Tuhan, aku benar-benar menyukai ulang tahun di tahun ini. Terima kasih, Mami, Oma, dan uncle serta kakakku yang aku sayangi, Barack Zoetmulder. Aku begitu bahagia dengan acara dan semua hadiah ini, terima kasih …." ucap Amanda meniup lilin ulang tahunnya.
Berbeda dengan yang dilakukan Pak Maliki dan Nia. Mereka hanya melakukan makan mie ayam berdua di pinggir jalan. Tak luput, hadiah dari Tamara dan keluarga juga dikirim ke rumah Pak Maliki untuk Nia.
Sampai takdir ikut campur datang di saat tidak tepat, sehingga membuat Tamara harus mengungkapkan siapa Amanda yang sebenarnya. Karena Pak Maliki mengalami kecelakaan dan harus transfusi darah. Kebetulan saat itu, darah Amanda lah yang cocok dengan darah Pak Maliki.
Bak di sabar petir, hadiah uang tahun di tahun ke 17 memang sangatlah istimewa. Amanda selama ini tidak tahu jika dirinya hanyalah anak angkat dari keluarga Zoetmulder dan memiliki saudari kembar. Bagaimana tanggapan Amanda? Apakah Amanda akan menerima kenyataan itu?