Chereads / Bright Light / Chapter 7 - Sikap Yang Tidak Dibenarkan

Chapter 7 - Sikap Yang Tidak Dibenarkan

Pelajaran terakhir, adalah pelajaran agama yang di bina oleh Haykal. Amanda masuk dengan aura yang hitam dengan tatapan dingin. Semua mengira memang Nia sudah berubah. Malah rumor mengatakan jika Nia berubah semenjak Ayahnya sakit.

Memang Nia jarang sekali masuk sekolah. Semua pelajarannya menjadi tertinggal. Haykal yang selalu memberikan pelajaran tambahan kepada Nia di rumah. Juga Endin yang selalu ada untuk Nia.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh … tolong semuanya buka hal 58. Ada surah pendek di situ, kalian bisa pahami dan hafalkan. Nanti kalian baca satu persatu, ya. Setelah itu akan saya terangkan!" ucap Haykal.

"Baik, Ustadz …."

Di kelas, Nia paling jago dalam pelajaran agama. Tapi, tidak bagi Amanda. Dia tidak pernah dikenalkan dengan agama sejak kecil. Saat semuanya sibuk membaca dan mencermati buku, ia hanya menengok kesana-kemari. Memainkan pulpennya dan terkadang menunduk.

Dari depan, Haykal terus saja memperhatikan gerak gerik Amanda. Ia mengirim pesan kepada Nia untuk bertanya tentang Amanda.

[Assalamu'alaikum, Nia sedang apa? Kenapa Nia mengirim Amanda ke sekolah?] - pesan Haykal.

[Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh, Ustadz. Maaf sebelumnya, bukannya saya  bermaksud berbohong. Tapi, Ayah sedang sakit, antara Ayah dan Manda belum akrab sama sekali. Jadi, saya mengirim Amanda untuk menggantikan saya selama tiga hari. Agar absen saya tidak banyak yang bolong. Maaf, Ustadz … mohon bantuannya. Tolong awasi Manda, ya] - Nia.

[Apakah … Amanda bisa mengaji?] - Haykal.

[Maaf, Setahu saya, tidak, Ustadz. Dia bahkan seorang agnostik. Mempercayai adanya Tuhan, tapi tidak menganut agama manapun. Sebab, di Belanda, semua keluarga besarnya beragama Katholik dan ada yang atheis] - Nia

Haykal menghela napas panjang. Menatap Amanda sebentar, setelah itu memintanya untuk ke perpustakaan bersamanya. Haykal berasalan ingin Amanda membawakan buku dari perpustakaan, yang sudah ia pinjam dari penjaga.

"Ini guru, kenapa juga harus aku yang dimintai tolong, sih? Kenapa tidak orang lain saja?" batin Amanda.

"Nia, minta tolong … saya minta tolong kamu bawakan buku yang akan saya pinjam sebentar dari perpustakaan, bisa?" pinta Haykal.

"I-iya, Ustadz," jawab Amanda. 

Meski dirinya tak memiliki keyakinan. Tapi, saat ini dirinya sedang bersandiwara menjadi Nia, dia tidak ingin citra Nia menjadi rusak karena sikapnya yang kasar. Amanda pun berjalan dengan sedikit menekuk wajahnya karena kesal. 

Ketika sedang berjalan menuju perpustakaan, lagi-lagi Amanda bertemu dengan Devan. Seorang kakak kelas yang selalu mengganggu Nia. Saat itu, Devan juga mengganggu Amanda dan terus bertanya kenapa Amanda menyamar sebagai Nia.

Devan ini murid yang paling nakal di sekolah. Setiap kali, dia harus berurusan dengan guru bimbingan karena selalu berbuat kerusuhan di sekolah. Ia juga sering menggangu semua siswa maupun siswi, termasuk Nia.

Namun di sisi lain, dia menyukai Nia meski dirinya belum menyadari itu. Devan terus mengganggu Nia, karena Nia mudah untuk di buat nangis olehnya. Dan itu, membuatnya menjadi senang.

"Lepaskan aku!" desis Amanda menepis tangan Devan yang mencengkram tangannya.

"Dimana Nia?" tanya Devan.

"Dia sudah aku makan," jawab Amanda.

"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Devan lagi.

"Aku adalah seorang vampir yang selalu haus akan darah. Aku mengigit leher Nia dan menghisap darahnya sampai habis. Lalu, Nia mati kering, kemudian menjadi abu dan di bawa oleh angin terbang melayang ke udara,"

Mereka saling menyapa mata, menyeritkan alis dan pandangannya saling berdekatan. Amanda sangat kesal dengan Devan yang sudah mengganggunya hari ini. "Kebanyakan micin, nonton haluan! Akhirnya kamu jadi bodoh!" desis Devan menyentil kening Amanda.

"Kau yang bodoh! Dasar keledai!" balas Amanda meninggalkan Devan.

Sampailah Amanda di perpustakaan. Memang saat itu perpustakaan sangat sepi, jam pelajaran juga sedang berlangsung. Jadi, hanya penjaga yang ada di sana.

"Assalamu'alaikum …."

"Wa'alaikumsalam … eh, Nia ya? Mau ambil buku materi untuk Ustadz Haykal, 'kan? Itu di meja nomor 12, ya," tunjuk penjaga dengan ramah.

"Baiklah, terima kasih …." ucap Amanda kembali ramah.

Saat sampai di meja nomor 12.

"Sial!" umpat Amanda. "Dia sengaja ingin mengerjaiku apa bagaimana? Buku sebanyak ini, hanya aku yang bawa? Kampret memang!" umpatnya lagi. Amanda mengenal kata kampret, dadi Endin. Dengan percaya dirinya, Endin mengajari kata-kata yang buruk kepada Amanda.

Tak lama setelah itu, Haykal ternyata sudah ada di belakangnya. Niat Haykal yang sebenarnya meminta Amanda datang ke perpustakaan, hanya ingin meminta Amanda untuk biasa saja ketika  pelajaran berlangsung. 

"Biasa saja itu yang bagaimana?" ketus Amanda.

"Kamu terlihat gugup, orang akan langsung mengetahui jika dirimu bukan Nia. Jangan seperti itu, ya. Hm, kamu terlalu gugup, Manda--" terang Haykal dengan tutur jaya yang lembut. 

"Oh, gitu? Kalau memang seperti itu, anda yang lebih tau, bukan? Maka anda yang seharusnya  melindungi saya ketika saya merasa gugup, paham?" ketus Amanda.

"Maksud kamu apa, ya? Saya tidak mengerti," tanya Haykal.

"Di sekolah ini, hanya tiga orang yang tau jika aku bukanlah Nia. Ada Endin, Kakak kelas yang konyol itu, dan anda, Ustadz Haykal. Jadi, ini tugas kalian melindungi identitas asliku sampai Nia kembali ke sekolah ini, jelas?" desis Amanda.

"Bawa sendiri, aku keberatan dengan buku-buku yang tidak jelas ini!" Amanda mendorong buku materi itu ke dada Haykal.

***

Ketika pulang, Amanda di cegah oleh Tania dan Aida di depan gerbang. Mereka siap mem-bully Amanda lagi. Memang ada dendam di hati Tania karena masalah di kantin siang tadi.

"Mau apa kalian?" tanya Endin melindungi Amanda.

"Aku hanya ingin bicara dengan anak kampungan ini. Minggir!" Tania mendorong Endin sampai jatuh.

Melihat Endin jatuh, Amanda langsung menolongnya, membantu Endin berdiri dan meraih kerah Tania. Benar-benar saat itu Amanda sudah kesal dengan Tania yang selalu mengganggunya.

"Apa kau buta? Ini di sekolah. Tempat menuntut ilmu, sekolah ini juga sekolah madrasah. Jangan sesekali mengotori sekolahan dengan sikap kotormu ini, bedebah!" Amanda mendorong Tania sampai terjatuh. Posisi itu persis dengan Endin yang sebelumnya jatuh.

"Tan, kamu nggak papa, 'kan? Ayo, cepat bangun!" ucap Aida membantunya berdiri.

Tania suka dengan Devan, dan Aida suka kepada Ustadz Haykal. Itu sebabnya mereka memusuhi Nia, karena kedua lelaki yang mereka sukai selalu saja berbaik hati kepada Nia.

"Dengarkan aku! Jika kamu berani mengusikku lagi, aku akan memastikan kakimu patah sebelah dan tidak bisa tebar pesona lagi dengan, kakak kelas yang konyol itu. Mau?" hardik Amanda.

Tania dan Aida pergi begitu saja. Tapi, mereka tidak akan pernah jera. Kebencian mereka sudah merasuk sampai ke daging dan tulang mereka.Hanya saja, hari itu Tania dan AIDA dibingungkan dengan sikap Nia yang mendapat keberanian melawannya.

Sebelum ini, jika mereka mem-bully Nia, Nia hanya bisa menangis dan pura-pura bahagia, tersenyum kepada dunia. Tania dan Aida selalu mem-bully Nia dengan kekerasan fisik. Akan tetapi, dengan sikap lembutnya Nia, dia mana mampu membalas keduanya.

Hanya Amanda lah yang bisa menggertak keduanya. Akan tetapi, semua tidak berjalan mulus karena Tania dan Aida ingin membuat Nia atau Amanda saat ini, dipermalukan di depan seluruh siswa di sekolah.

Tania adalah anak seorang ternama di kota itu. Itu mengapa dia selalu memanfaatkan wewenang orang tuannya untuk berkuasa di sekolah. Usaha yang dimiliki orang tua Tania juga selalu maju. Sedangkan Aida, dia adalah anak dari seorang Lurah di salah satu desa di kelurahan di kota itu.

Sedangkan Nia? Dia hanyalah seroang anak petani biasa, yang hidup sederhana di kampung sedikit pelosok. Tapi bukan dengan Amanda.