"Baiklah Ndra.. maaf jika Kakak terlalu posesif padamu.. jangan menangis lagi ya.. Kakak antar kamu menemui klien." Fredly menenangkan Wanita itu seraya mengusap air matanya, namun secara tiba-tiba Diandra langsung menyambar bibir Fredly dan menciuminya dengan agresif. Spontan Fredly ingin mendorong tubuh wanita itu, namun dengan sigap Diandra justru semakin erat memegangi wajah laki-laki itu. Fredly pun pasrah menerima perlakuan Diandra dan ikut menikmatinya.
"Terimakasih Ka, Kakak terlalu baik untuk ku.. Aku berjanji akan ikut berjuang supaya kita bisa keluar dari dunia hitam ini." Diandra membatin di sela-sela kesibukannya menciumi laki-laki itu.
Disisi lain..
"Kamu mau bawa Aku kemana.. ??" Lian membuka suara ketika sudah masuk kedalam mobil Zean.
"Makan malam saja..!!" Jawabnya datar.
"Setelah itu kemana..?? Kamu tidak akan membawa Aku ke rumah mu lagi kan..??" Lian menatap Zean dengan memincingkan sebelah matanya.
"Tidak, terserah kamu selesai makan malam mau kemana..!!" Melihat respon Zean seperti itu Lian terlihat bingung, ia bertanya tanya dalam hati kenapa laki-laki itu tidak seperti biasanya. Malam ini ia terlihat tak semangat, bahkan seperti cuek.
"Bukankah kamu yang sudah menyewa Aku dengan mahal.. kenapa jadi terserah Aku.. jika kamu memang sedang badmood kenapa tidak pulang saja..!!" Zean langsung menoleh ke arah Lian, ia terlihat kesal dan marah. Dengan spontan ia memutar balik Kendaraannya tanpa melihat keadaan sekitar, dan kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Zean kamu gila... jika kamu mau mati, mati saja sendiri jangan bawa-bawa Aku..!!" Lian sangat panik, tubuhnya ikut terombang-ambing meski sudah memakai seat belt. Ia memegangi pintu mobil dengan sangat erat dan tiba-tiba..
NGIIIKKKKK !!! Zean langsung menghentikan mobilnya tepat di depan pintu gerbang kediaman Nuna Shaqie..
"Keluar...!!" Zean menyuruh Lian dengan tanpa sedikitpun melihat ke Arahnya. Gadis itu memandangi wajah Zean dengan nafas yang masih ngos-ngosan..
"KAMU NGUSIR AKU.. !!" bentaknya dengan sangat marah.
"BUKANKAH KAMU SENDIRI YANG BILANG, BAHWA JIKA AKU SEDANG BADMOOD LEBIH BAIK PULANG !!"
Zean juga ikut marah, ia melototi wajah gadis itu. Mendapat tatapan tersebut Lian langsung membuang muka. Keduanya saling terdiam..
Setelah hening beberapa saat Zean pun angkat bicara
"Kamu selalu memandang ku dengan uang Mai, kamu tidak pernah melihat ketulusanku dengan hatimu..!! Apa Aku memang seburuk itu di matamu.. ??" Kali ini Zean berbicara dengan pelan.
Mendengar ucapan itu hati Lian mulai merasa bersalah, saat ini ia menyadari bahwa ia memang tidak pernah bersikap baik padanya.
"Jika memang kamu sangat membenci aku gara-gara kelancanganku itu.. aku benar-benar minta maaf Mai, Apa yang harus aku lakukan supaya kamu bisa memaafkan Aku ?? Katakan.. apa yang bisa membuatmu supaya merasa nyaman bersamaku. Apa saja Mai.. akan aku lakukan.. tapi Aku mohon jangan suruh Aku menjauhi mu. Karena maaf.. untuk yang satu itu Aku tidak bisa." Zean nampak tertekan ia mencubit sela di antara alisnya dengan terpejam.
Sepertinya laki-laki itu masih terpengaruh dengan perkataan Kenza sore tadi, ia baru menyadari bahwa ternyata ia memang bisa mendapatkan tubuh gadis itu dengan uangnya tapi tidak dengan hatinya. Sedangkan bersama Kenza, Lian justru terlihat nyaman. Ternyata ngeri juga ya tuan muda Zean ketika cemburu, hampir mencelakakan diri.
"A.. ku.. aku tidak tahu..!!" Lian nampak gugup, ia bukan sedang takut dengan Zean hanya saja hatinya sedang tidak karuan. Keduanya kembali saling terdiam,
"Jadi bagaimana.. kita lanjut makan malam atau kamu ingin turun..??" Zean memberikan pilihan untuk meredahkan kecanggungan terhadap gadis itu. Sedang Lian menatap wajah Zean sekilas dengan tatapan bingung, sejujurnya ia ingin Zean yang memutuskan.
"Baiklah.. kita makan malam saja!!" Zean seakan menjawab keinginan gadis itu.
Resort Blue Sea pusat kota T..
Sebuah Hotel mewah tepi laut yang menyajikan pemandangan indah kota T ketika malam hari, di hotel tersebut terdapat restauran outdoor yang langsung menyuguhkan deburan ombak dan keeksotisan gedung-gedung pencakar langit disebrang sana.
Zean menarik kursi dan mempersilahkan Lian untuk duduk, seperti layaknya seorang tuan muda terhormat kepada kekasihnya. Dan tidak lama kemudian Pelayan berdatangan membawakan Enam hidangan dengan tiga menu, tidak terkecuali para pemain musik yang menjadikan suasana semakin romantis. Keduanya menikmati hidangan tersebut dengan diiringi suara biola yang mendayu-dayu.
Setelah selesai makan, Lian bangkit dan menghampiri pinggiran pagar pembatas yang menjaga Ombak supaya tidak menghantam area Restauran tersebut. Dengan demikian ia lebih leluasa memandangi kota T yang sangat menakjubkan di malam hari, lampu kerlap kerlip seakan menambah kesan romantis di tempat itu.
"Apa kamu suka..??" Zean menghampiri Lian dan ikut memperhatikan pemandangan tersebut.
"Yah... terimakasih..!!" Gadis itu mengangguk, kali ini ia bersikap lebih lunak pada Zean, Lian berusaha untuk lebih terbuka dan tidak ingin memusuhi laki-laki itu lagi.
"Terimakasih untuk apa..??"
"Untuk semuanya..!!" Lian menatap Zean dengan senyum.
"Apa itu artinya kamu sudah mau menerima Aku.. ??" Spontan Zean Antusias, hatinya semakin menggebu.
Gadis itu mengernyitkan dahinya karena bingung bahkan nyaris kembali berkata kasar, Entah apa yang ada dipikiran Zean.
"Ahh.. maksudku.. itu.. hhmm.. Apa kamu sudah bisa menerima ku sebagai teman.. ya maksudku Apa sekarang kita sudah menjadi teman..hehee ??" Kilah Zean dengan canggung, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setidaknya Saat ini berteman sudah lebih dari cukup baginya, daripada langsung mengungkapkan perasaannya yang dikhawatirkan Lian justru akan semakin membencinya.
"Astaga.. Dadaku semakin berdegup dengan kencang. Sabar Zean.. sabar..!!" Batinnya menyemangati diri.
"Hhhmmm.. bisa jadi..!!" Respon Gadis itu pendek, ia terdiam sesaat dan kemudian berkata lagi.
"Kamu tahu Zean.. 9 tahun yang lalu aku hidup dengan sangat bahagia, bersama Daddy, Mommy dan seorang Kakak laki-laki yang sangat menyayangiku.. Tapi sekarang.." Lian tidak melanjutkan perkataannya lagi.
"Sekarang kamu sudah dicampakkan bahkan dijual oleh orang tua mu sendiri..!! benar kan ??"
"Tidak Zean.. mereka bukan keluarga ku.. Dia hanya kebetulan menemukan ku di tepi pantai !!" Lian keceplosan, ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Apa maksud mu.. ??" Zean terkejut. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan tangan tetap di mulut.
"Katakan yang sebenarnya Mai.. siapa kamu.. ?? dimana keluargamu yang sebenarnya..!!" Lian membuang muka, ia tetap tak menggubris pertanyaan Zean. Ia lebih memilih memandangi hamparan laut lepas.
"Apa sekarang kamu berubah pikiran ??"
"Apa maksud mu..??" Lian menoleh sekilas.
"Baru saja kamu bilang kita berteman, teman akan berbagi suka duka bersama Mai.. Kamu tidak percaya dengan temanmu ini.. ??"
Lian kembali membisu, tatapannya kembali lekat pada laut yang menggiring Ombak ketepian.
"Jika kamu tidak mempercayaiku berarti kamu memang benar-benar belum menerima ku sebagai teman..!!" Sindirnya lagi. Zean berusaha untuk membuat gadis itu bercerita, namun sepertinya usaha itu sia-sia karena Lian masih tak bergeming.
"Baiklah.. Mari kita pulang..!!" Kali ini Zean pasrah, ia memutar badannya untuk segera pergi. Namun dengan sigap Lian menarik tangannya secara tiba-tiba, hingga ia pun menghentikan langkahnya dan menoleh kearah gadis tersebut sedang Lian masih tetap dengan posisinya yang berdiri mematung seraya memandangi lautan.
Jarang-jarang Lian memegang tangannya seperti sekarang ini, karena Gadis itu memang selalu bersikap kasar padanya. Namun sekarang..
"Aku tidak bermaksud untuk tidak mempercayaimu, hanya saja tidak tahu kenapa aku merasa.. seperti tidak bisa mempercayai semua orang." Lian kemudian menoleh menatap Zean, mata keduanya saling bertemu. Sekian menit keduanya saling berpandangan, seperti saling mengisahkan keluh kesahnya melalui suara hati. Binar mata Lian yang bening membuat Zean seakan mampu melihat bayangan wajah dirinya pada mata Gadis itu.
Suara kembang api yang berhamburan di atas langit menyadarkan keduanya, mereka mengedarkan pandangannya menikmati keindahan kembang api tersebut yang bertuliskan 'Will You Marry Me'. Ternyata tamu disebelah tempat yang disewa Mereka sedang mengadakan kejutan untuk kekasihnya.
Lian melepaskan pegangan tangannya pada Zean dan dengan antusias menyaksikan drama dua sejoli yang sedang melakukan lamaran tersebut.
"TERIMA !! TERIMA !! TERIMA !!" Semua tamu yang hadir berteriak Ketika laki-laki itu berlutut dan mengucapkan kalimat yang sama dengan yang ditampilkan kembang api tersebut seraya menunjukkan sebuah cincin kepada kekasihnya.
"Yess !!!" Wanita itu mengangguk dengan sangat antusias, mendapat respon seperti itu Sang laki-laki langsung memakaikan cincin di jari manisnya. Keduanya berpelukan dan berciuman dengan sangat mesra, dengan disambut sorakan dan tepuk tangan tamu yang hadir. Lian langsung memalingkan mukanya, ia kembali fokus menatap hamparan laut.