"Sangat sulit menjaga seseorang yang bahkan tidak menghargai dirinya sendiri. Sekalinya aku lengah, dia benar-benar bisa 'rusak' di tangan orang lain yang tidak bertanggung jawab."
- Vikram Andreyson
***
Hanya dengan sosok Vikram saja sudah menarik perhatian hampir semua siswa-siswi yang berlalu-lalang. Mereka sudah mengetahui bahwa Vikram lah satu-satunya orang yang sangat dekat dengan Laura, gadis nakal yang selalu membuat onar di sekolah.
Beberapa orang sejenak berhenti untuk menyaksikan penampilan Laura yang tampil seksi seperti biasa. Ketika pintu mobil terbuka, keluarlah sosok Laura dan kehadiran pria tambahan yang memberikan tanda tanya pada orang-orang tersebut.
"Siapa dia? Kok gue baru lihat?"
"Wow, ada satu cowok lagi yang menempel sama Laura!"
"Kayaknya murid baru deh, wajahnya aja masih asing."
Berbagai bisikan terdengar dari segala arah hanya dengan kehadiran Angkasa bersama Laura. Angkasa berusaha mengontrol ekspresinya agar tetap terlihat dingin dengan sorot mata tajam.
"Bagus, Angsa. Reaksi inilah yang gue inginkan dengan kehadiran lo." Laura tersenyum miring. Sorot matanya terlihat puas mendengar tanggapan dari orang-orang di sekitarnya mengenai Angkasa.
Laura berjalan dengan dagu terangkat, memberinya kesan angkuh. Tangannya menggenggam Angkasa, menunjukkan pada semua orang bahwa Angkasa adalah sosok pria yang dia bawa.
Ketika keduanya melangkah di antara tatapan semua orang, Vikram mengikuti keduanya dari belakang, berjaga-jaga agar tak ada pria hidung belang yang mengambil kesempatan untuk menyentuh paha Laura yang terekspos. Vikram cemas dengan Laura yang berpenampilan seksi sehingga membangkitkan birahi para pria yang lemah imannya.
Beberapa kali Vikram memergoki Laura yang hanya tersenyum miring saat ada pria yang terang-terangan menyentuh pahanya. Laura bahkan sepertinya tak masalah menerima banyak pelecehan dari orang lain beberapa kali. Jika Vikram tak menjaga Laura dengan cara menempel ke manapun gadis itu pergi, Vikram khawatir Laura akan benar-benar 'rusak'.
"Hah... Laura benar-benar mengkhawatirkan. Dengan kehadiran Angkasa, setidaknya gue akan berbagi beban untuk menjaganya dari pria-pria bejat yang mengincar Laura." Vikram mengelus dadanya penuh kelegaan.
"Vikram!"
Vikram refleks menoleh ketika seseorang memanggilnya. Dia melihat sosok Susan yang berlari-lari kecil menghampirinya. "Susan? Tumben lo baru datang jam segini. Bukannya lo tipe-tipe cewek rajin yang berangkatnya pagi-pagi?"
Vikram tak berniat menghentikan langkahnya walaupun melihat sosok Susan mendekat. Susan yang berhasil mengejar Vikram, berusaha menyamakan langkahnya dengan pria tersebut.
"Aku tadi ketinggalan bus, jadi agak lama buat nunggu bus yang lain." Susan menjelaskan alasan mengapa dia sampai datang ke sekolah saat bel masuk hampir berbunyi.
"Oh, gitu." Vikram mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Sebuah tawaran secara spontan keluar dari mulutnya. "Mau gue antar-jemput biar lo enggak usah repot-repot nunggu bus?"
Susan menggelengkan kepalanya dengan wajah panik. "Enggak usah, Vikram. Aku naik bus aja. Bukannya kamu berangkat bareng sama Laura? Gimana kalau Laura enggak suka sama aku yang bareng kamu?"
Vikram memikirkan kata-kata Susan. Dia melirik Laura yang berjalan di depannya. Dia teringat akan Laura yang waktu itu menyelamatkan Susan dari pembullyan. "Kayaknya sih Laura enggak masalah. Lagipula semenjak Laura melibatkan diri dalam masalah lo, lo udah bukan orang asing bagi Laura."
Susan tak mengerti akan maksud dari kata-kata Vikram yang sepertinya mengandung berbagai macam arti. "Tapi,..."
"Kalau lo masih ragu, nanti gue tanya sama Laura. Yang pasti kalau Laura enggak masalah, lo harus mau nebeng di mobil gue!" Vikram akhirnya membuat keputusan final. Dia tak ingin berdebat lebih lanjut dengan Susan yang terlalu tidak enakan.
Susan pasrah dengan kata-kata Vikram. Saat matanya menatap lurus ke depan, dia melihat Laura yang berjalan dengan tangan saling bertautan bersama pria yang tidak dikenalnya. Setahu Susan, hanya satu pria yang selama ini lengket dengan Laura, pria itu tidak lain adalah Vikram.
"Vikram, siapa yang bersama Laura?" Daripada menebak-nebak, Susan memilih untuk bertanya pada Vikram yang kemungkinan besar mengetahui identitas pria itu.
"Dia murid baru sekaligus pacar Laura." Vikram menjawab dengan tatapan malas tertuju pada Laura dan Angkasa.
Susan terkejut mendengar jawaban tak terduga dari Vikram. Dia memang sudah menebak setidaknya pria itu murid baru di SMA Merpati, tapi tak disangka hubungan Laura dengan murid baru itu tidak sesederhana yang diperkirakan. "Pacar Laura? Bukannya kamu yang pacar Laura? Kalian kan sangat dekat dan tidak terpisahkan satu sama lain."
Vikram melayangkan tatapan tajam pada Susan. Ekspresi di wajahnya terlihat tidak bagus seakan kata-kata yang Susah ucapkan sebelumnya merupakan hal yang sangat mengganggu dirinya. "Sejak kapan gue jadi pacar Laura? Cuma karena gue nempel sama Laura, bukan berarti gue pacarnya! Lagipula, dari mana lo dapat kesimpulan semacam itu?!"
Susan meringis, tak menyangka respon Vikram akan sangat keras menolak perkataannya. "Uhm... Aku dengar dari teman-teman sekelas. Kebetulan di kelasku banyak yang suka sama kamu, Vikram. Tapi, mereka enggak berani untuk mengungkapkan perasaan mereka karena takut bersaing dengan Laura."
Mata Vikram berkedut, dia tak menyangka bahwa gosip yang melibatkan dirinya dengan Laura ternyata akan sejauh ini sampai perempuan-perempuan yang menyukainya memilih mundur bahkan sebelum mencoba. Vikram mengusap wajahnya dengan gusar.
"Pantas saja gue enggak pernah mendapatkan pernyataan cinta dari cewek-cewek. Ternyata karena gosip enggak masuk akal itu?!" Vikram sejak awal memang sudah merasa aneh karena tak ada satu perempuan pun di sekolah yang menyatakan cinta padanya.
Padahal menurut Vikram, wajahnya setidaknya masuk dalam kategori tampan. Anehnya, selama dua tahun bersekolah di SMA Merpati, belum ada satupun perempuan yang menyatakan cinta padanya. Ternyata hal ini disebabkan oleh gosip tak masuk akal itu.
"Aku enggak tahu kalau ternyata kalian benar-benar hanya bersahabat karena dari gosip-gosip yang ku dengar memang sangatlah meyakinkan. Apalagi kamu dan Laura sering berangkat dan pulang bareng ke sekolah. Di sekolah, kamu juga sangat dekat dengan Laura. Jadi, tak heran banyak dari teman-teman sekelasku yang mempercayai gosip itu."
Vikram menghela napas berat. Ternyata gosip yang Vikram anggap tidak akan menimbulkan masalah apapun, tanpa diduga telah berkembang sedemikian rupa sampai semua orang mempercayainya seolah-olah itu kebenarannya. Mengetahui banyak yang mempercayai gosip tersebut dan Laura yang tiba-tiba bergandengan tangan dengan pria lain di depan Vikram, pasti akan terjadi kehebohan yang tidak diinginkan.
Vikram menatap Susan dengan ekspresi yang tidak terlihat baik. "Susan, firasat gue enggak enak."
"Apa maksud kamu akan ada hal buruk yang terjadi?" Susan menebak-nebak firasat tidak enak yang Vikram maksudkan.