Chereads / Dear Angkasa : My Pet Boyfriend / Chapter 16 - 15. Kesan Pertama Untuk Angkasa

Chapter 16 - 15. Kesan Pertama Untuk Angkasa

"Itu lucu ketika aku menyebutkan mengenai perbuatan buruk yang mereka lakukan di belakangku dengan mulutku sendiri. Mereka terlihat malu seakan aib merekalah yang sedang ku beberkan. Tapi, bukankah aku yang seharusnya malu karena mereka yang berbicara mengenai keburukan ku? Ini sangat aneh. Jika mereka pada akhirnya malu dengan perbuatan mereka sendiri, tidak seharusnya mereka melakukannya sejak awal."

- Laura Chintya Bella

***

Vikram menelan ludah kasar. Biasanya jika datangnya firasat seperti ini, Vikram kemungkinan akan mendapatkan gambaran masa depan melalui mimpi. Sudah lama sekali rasanya firasat tidak enak seperti ini dirasakan oleh Vikram yang berkaitan dengan Laura. Terakhir kali Vikram memimpikan hal buruk yang terjadi pada seseorang itu saat dia masih kecil dan Laura bersikeras untuk mengubah masa depan yang Vikram lihat melalui mimpi tersebut.

"Banyak yang mengira gue pacaran sama Laura karena mempercayai gosip itu. Tapi, dengan Laura yang membawa pria lain tepat di depan mata gue, orang-orang mungkin akan mengira Laura berselingkuh secara terang-terangan di depan gue tanpa memikirkan perasaan gue. Yang lebih buruk, orang-orang akan menganggap Laura sebagai cewek murahan dan penggoda cowok. Jika tanggapan orang-orang menjadi lebih buruk pada Laura, gue khawatir mereka tak segan-segan untuk menyerang Laura saat gue lengah." Vikram mengungkapkan kecemasannya pada Susan.

Vikram juga memikirkan kemungkinan buruk lain yang dirasakannya. "Ditambah lagi, cowok-cowok bajingan yang mencari kesempatan untuk melakukan hal tidak senonoh pada Laura pasti akan semakin gencar mengincar Laura karena mengira Laura mau 'bermain' dengan siapa saja."

Ekspresi di wajah Vikram menunjukkan kecemasan yang ditujukan pada Laura. Susan merasa bahwa semua yang dikatakan Vikram murni mencemaskan Laura sebagai sosok sahabat, bukan sebagai kekasih Laura. Vikram juga tampaknya menjaga Laura dari pria-pria mesum yang mengincar Laura.

Susan ragu-ragu mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk bahu Vikram, berharap bisa mengurangi kecemasan Vikram. "Vikram, tidak perlu khawatir. Aku akan membantu sebisa ku agar tidak ada hal buruk yang terjadi pada Laura. Aku akan mengabarimu jika teman-teman sekelasku yang menyukaimu merencanakan hal jahat pada Laura."

Vikram melihat ketulusan yang terpancar dari sorot mata Susan. Hal ini membuatnya merasa lega karena setidaknya ada orang lain yang membantunya menjaga keselamatan Laura. "Itu bagus, Susan. Bantuan lo sangat berguna buat gue."

***

"Angkasa! Angkasa! Gue minta nomor lo dong!"

"Angkasa, lo tinggal di mana? Gue mau main ke rumah lo kapan-kapan!"

"Angkasa, lo ganteng banget sumpah! Udah punya pacar belum?"

Angkasa mendadak populer di hari pertamanya memasuki SMA Merpati. Dia baru saja duduk di kursi yang bersebelahan dengan Laura, tapi sudah banyak siswi-siswi yang mengerumuninya. Sorot mata para siswi tersebut dipenuhi keantusiasan disertai rasa penasaran tinggi mengenai hal-hal yang terkait dengan Angkasa.

Angkasa terlihat merasa tidak nyaman dengan keramaian yang tiba-tiba mengerumuninya. Dia sesekali melirik Laura yang sedang menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangan di atas meja. Angkasa masih mengingat pesan dari kekasihnya tersebut yang meminta agar dirinya bersikap dingin pada semua orang kecuali pada Laura.

Angkasa membuka mulutnya yang terasa sulit untuk digerakkan. Dia mencoba untuk mengambil langkah pertama dalam membuat kesan dingin pada dirinya sendiri di mata orang lain. "Gue enggak mau ngasih nomor gue. Lagian gue juga enggak kenal sama lo!"

Keheningan seketika tercipta di kerumunan yang mengelilingi Angkasa. Para siswi tersebut sampai tertegun mendengar jawaban sarkas Angkasa yang tak memiliki kesan ramah sedikitpun.

"T-tapi, kan gue minta nomor lo supaya kita bisa saling kenal." Sosok gadis yang sebelumnya meminta nomor telepon Angkasa memberikan pembelaan dengan suara tergagap.

Angkasa mengernyit merasa terganggu dengan para gadis itu yang sudah seperti lalat baginya. Bukankah perkataannya sudah jelas sebelumnya? Angkasa benar-benar tak ingin mengenal gadis lain kecuali Laura!

"Gue yang enggak mau kenal sama lo! Bisa enggak kalian menyingkir dari hadapan gue?!" Angkasa semakin mengeluarkan kata-kata tajam layaknya pisau yang membuat hati gadis-gadis itu tertohok.

Laura yang sedang menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan, seketika menegakkan punggungnya. Dia menatap sekelilingnya yang dipenuhi oleh teman-teman perempuannya yang sibuk mengagumi ketampanan Angkasa.

"Heh, kalian ini tuli atau bodoh? Enggak dengar kalau Angsa nyuruh kalian buat menyingkir dari hadapannya?" Laura melayangkan tatapan sinis pada orang-orang di sekelilingnya. Dia benar-benar merasa terganggu dengan kehadiran mereka. Padahal sebelum Angkasa datang, tak ada yang berani mendekati mejanya atau bahkan mengganggunya saat Laura sedang bersiap untuk tidur. Namun, semuanya berbeda sejak kedatangan Angkasa Ardiansyah yang menggemparkan SMA Merpati.

"Angsa? Laura, namanya Angkasa bukan Angsa. Kok lo manggil nama orang lain seenaknya banget sih?" Gadis yang Angkasa tolak berbalik menatap sinis Laura. Dia selalu tak suka dengan sikap semena-mena Laura, ditambah sekarang Angkasa, pria incarannya, tampak dekat dengan Laura.

Laura mengangkat sebelah alisnya merasa heran. Sangat tidak biasa ada seseorang yang berani membalas ucapan dan bahkan sampai mempermasalahkan tindakan yang Laura lakukan. Seringai terbit di bibir Laura, manik matanya dipenuhi dengan sorot ketertarikan pada gadis di depannya.

"Grace, tumben banget lo ngomong sama gue. Biasanya cuma berani ngomongin gue di belakang. Kok lo protes? Yang punya nama aja biasa-biasa aja saat gue memanggilnya Angsa."

Senyum Laura tampak menyebalkan di mata Grace yang kini menggeram marah. Wajahnya kini tampak memerah dikarenakan amarah serta rasa malu yang dirasakannya. "Laura, tutup mulut lo! Jangan bicara sembarangan!"

Grace tentunya malu saat Laura menyebutkan perihal dirinya yang membicarakan keburukan Laura di belakang gadis itu. Dia buru-buru mengalihkan pandangannya dan kembali memandang Angkasa yang memperhatikan interaksinya dengan Laura.

"Angkasa, lo enggak keberatan dipanggil Angsa oleh Laura?"

Angkasa tak menoleh barang sedetikpun pada Grace karena tatapannya tertuju pada Laura. Angkasa secara otomatis menggelengkan kepalanya sebagai respon. "Gue enggak keberatan."

Grace tersenyum sumringah. Dia mendadak mendapatkan kesan unik dari sosok Angkasa. Sorot matanya menatap Angkasa penuh harap disusul dengan pertanyaan yang terdengar tidak tahu diri. "Apa gue boleh manggil lo Angsa juga? Lucu aja gitu panggilan lo sama kayak angsa."

"Pfft..." Laura dengan sengaja mengeluarkan tawanya, merasa geli dengan pertanyaan yang diajukan Grace. Dia sampai mengusap sudut matanya dengan gerakan dramatis seakan sebelumnya telah tertawa terbahak-bahak.

"Lucu banget lo tanya kayak gitu dengan wajah tidak tahu malu." Laura mengolok-olok Grace sembari terkekeh merendahkan gadis itu.