Chereads / Dear Angkasa : My Pet Boyfriend / Chapter 13 - 12. Pasangan Bodoh

Chapter 13 - 12. Pasangan Bodoh

"Selanjutnya, apa yang akan lo lakukan dengan Angkasa?" Vikram memandangi Laura yang saat ini sedang ditempeli oleh sosok pria yang tidak lain adalah Angkasa.

Vikram menatap tak santai dua sejoli tersebut yang seolah tak terpisahkan satu sama lain. Dia duduk dengan kaki bersila di sofa, tatapannya yang terlihat malas tertuju dua orang yang sibuk bermesraan dengan cara aneh.

Laura yang sedang menikmati 'bermain-main' dengan Angkasa layaknya hewan peliharaan, sekilas pandangannya teralihkan pada Vikram. "Langkah selanjutnya? Tentu saja Angsa akan gue bawa ke rumah dan disekolahkan di SMA Merpati. Gue udah minta bokap ngurus berkas-berkas yang dibutuhkan."

Vikram yang sedang memakan camilan sambil menyimak respon Laura seketika tersedak saat Laura menyebutkan perihal ayahnya. "Uhuk... Lo nyuruh Om Landi buat ngurus berkas-berkasnya?! Apa dia tahu bahwa Angkasa akan tinggal di rumah lo?"

"Iya, biar yang repot-repot serahin aja sama dia. Dia juga udah tahu tentang Angsa yang akan gue bawa untuk tinggal di rumah gue." Laura masih dengan wajah datarnya memberikan jawaban santai. Tangan Laura sibuk mengambil pilus dan melemparnya di udara.

Pilus tersebut melayang dan masuk ke dalam mulut Angkasa yang menangkap makanan tersebut layaknya seekor anjing yang bermain lempar tangkap. Angkasa senang-senang saja karena Laura mau 'bermain' dengannya. Tangan pria itu menggenggam erat tangan Laura dan saling menautkan jemarinya dengan sosok perempuan yang selalu membuatnya terpesona.

Mata Vikram berkedut melihat interaksi di antara sepasang kekasih sekaligus peliharaan dan majikan yang tampak asyik sendiri. Terlihat Laura yang menepuk-nepuk puncak kepala Angkasa setiap kali Angkasa berhasil memakan pilus yang Laura lemparkan padanya.

Kepala Vikram berdenyut-denyut. Dia tak menyangka bahwa Laura benar-benar memandang Angkasa sebagai peliharaannya. "Kalau Om Landi tahu, apa dia sudah memberikan izin sama lo?"

"Izin darinya? Gue enggak butuh! Lagipula kalau dia enggak suka Angsa tinggal sama gue, ya dia tinggal pergi aja dari rumah. Masalah beres, 'kan?" Laura berdecih sinis mengingat sebelum datang ke rumah Vikram, Landi menolak dengan keras mengenai rencana Laura yang ingin membuat Angkasa tinggal di rumahnya.

Rahang Vikram terjatuh. Dia sampai mengorek telinganya, memastikan bahwa dia tak salah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut 'sahabatnya' tersebut. "Laura, gue enggak salah denger, 'kan? Lo minta Om Landi pergi dari rumahnya sendiri?! Lo benar-benar udah enggak punya malu!"

Laura mengangkat sudut bibirnya saat Angkasa lagi-lagi berhasil memakan pilus yang dilemparnya. Sebagai hadiah akan keberhasilan berturut-turut Angkasa, Laura menyuapi pilus tersebut ke mulut Angkasa dengan cara normal.

"Ngapain harus malu? Rumah itu juga pada akhirnya buat gue! Mau gue bawa siapapun ke rumah gue, itu terserah gue dong!" Laura mendesis tajam pada Vikram. Sorot matanya perlahan berubah menjadi suram ketika dalam pikirannya terlintas kenangan yang tidak mengenakkan. "Sama halnya seperti dia yang membawa wanita lain ke rumah itu dengan seenaknya tanpa memperdulikanku."

Ah, jika Laura sudah memberikan jawaban final seperti ini, maka Vikram tak bisa lagi memperdebatkannya. Dia mencuri-curi pandang pada sosok Laura yang sudah tidak mood lagi untuk bermain lempar tangkap pilus dengan Angkasa.

"Bukannya gue enggak tahu tentang masalah lo. Tapi, sampai kapan lo sama Om Landi akan terus berselisih?" Vikram hanya bisa mengungkapkan perkataan tersebut dalam hatinya. Dia tak punya keberanian lebih untuk menyinggung perasaan Laura lebih jauh lagi.

Pada akhirnya, Vikram hanya bisa menghela napas berat sambil lanjut memakan camilan. Dia sesekali memutar bola matanya malas dengan pemandangan memuakkan di depannya yang masih single.

Laura tersenyum miring karena Vikram sudah tidak cerewet lagi. Dia menekan kepala Angkasa untuk bersandar di bahunya. Laura menikmati sensasi saat Angkasa memainkan jari-jarinya dengan tatapan berbinar senang.

"Angsa, mulai besok lo akan sekolah bareng gue. Tenang aja, lo bakalan sekelas dan semeja sama gue karena gue enggak mau ada satupun orang yang gangguin peliharaan gue." Laura mengelus rambut Angkasa dengan penuh perhatian.

Angkasa mendongakkan kepalanya. Manik matanya bertatapan dengan mata Laura yang tak menunjukkan banyak emosi. Angkasa menjadi antusias saat tahu bahwa dia tak akan terpisahkan dengan Laura seperti satu bulan yang telah dia habiskan di rumah Vikram.

"Benarkah?! Apa itu artinya aku akan terus bersamamu, Laura?" Suara serak Angkasa berpadu dengan perasaan antusias pria itu, justru terdengar berbeda di telinga Laura.

Laura belum pernah mendengar suara seperti milik Angkasa. Dia menduga bahwa Angkasa memiliki suara serak karena sebelumnya pita suaranya mengalami masalah sampai pria itu tak bisa berbicara dengan jelas saat pertama kali mereka bertemu.

"Itu benar, Angsa." Jari-jari Laura menyusup ke dalam rambut pada bagian belakang kepala Angkasa. Kemudian, Laura menarik rambut Angkasa, membuat pria itu meringis dengan kepala yang mendongak dengan paksa.

Laura mendekatkan wajahnya pada Angkasa, sehingga hanya tersisa beberapa sentimeter. Bibir Laura menipis disertai sorot mata yang dipenuhi ancaman. "Jadi, Angsa, setelah lo terlibat dengan gue baik sebagai peliharaan atau pacar, jangan harap untuk lepas dari genggaman gue! Hilangkanlah pemikiran untuk berpisah dari gue karena lo udah terlanjur terjebak dalam kendali gue sepenuhnya!"

Angkasa tersenyum lebar seolah tanpa beban menerima kepemilikan yang disematkan oleh Laura. Dia menggenggam erat tangan Laura. "Itulah yang aku inginkan, Laura. Genggam aku dengan erat dan jangan pernah berpikir untuk melepaskan ku karena aku sudah menjadi milikmu sepenuhnya."

Laura menyeringai, sorot matanya tampak licik. "Dengan senang hati gue akan melakukannya."

Angkasa memeluk tubuh Laura dengan erat. Dia menggesekkan pipinya di ceruk leher Laura seakan meminta untuk dibelai oleh perempuan itu. Laura yang peka, menuruti keinginan Angkasa tanpa perlu pria itu mengungkapkan secara langsung keinginannya.

"Semua berjalan dengan lancar sesuai keinginan gue. Ini bagus, karena tak lama lagi gue bisa menjalankan rencana gue!" Laura bergumam dalam hatinya dengan pikiran yang dipenuhi berbagai macam rencana yang perlu dia lakukan. Dengan kehadiran Angkasa, ini akan mempermudah langkahnya ke depannya.

Vikram tak henti-hentinya mengutuk kedua orang di depannya yang benar-benar membuat suasana hatinya semakin memburuk. Yang satu 'sahabatnya' yang tidak tahu malu dan yang satunya lagi pria bodoh yang mau-maunya dianggap sebagai peliharaan perempuan itu. Keduanya memang cocok, sama-sama merepotkan Vikram.

Vikram memutar bola matanya malas. Tangannya memasukkan camilan lebih banyak ke dalam mulutnya. "Cih, dasar pasangan goblok!"