"Kara … Bantu aku mencari daun Shi."
Kara yang baru saja tiba setelah memakan roh perajurit perang di tanah tandus yang berjarak beberapa meter dari tempat siluman itu duduk langsung mengernyitkan dahi, menatapnya dengan heran dan bertanya dengan hati-hati, "Mau kau apakan daun itu … Heros?"
Siluman yang dipanggil Heros itu menghela napasnya. Sejenak ia hanya menekuri tanah tandus dibawah kakinya. Lalu menatap Kara setelah menghalau keraguannya.
"Tentu saja memakannya," katanya.
Sontak Kara memekik, "Apa kau gila?! Itu sama saja mencari mati. Jiwamu bisa terancam."
Heros mengerutkan keningnya.
"Jadi kau juga tahu soal daun itu?" mendengarnya, siluman gagak itu langsung bungkam. Sebenarnya ia sudah tahu dari awal tentang daun Shi yang dapat melemahkan kekuatan para siluman. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan, hal itu dapat membunuh siluman yang memakannya.
Lagi pula tak ada takaran pasti untuk mengetahui lebih tidaknya ramuan itu. Bahkan Kara sendiri pernah mendengar ada siluman yang mati hanya dengan meneguk setetes dari cairan daun itu. Tak heran para siluman selalu menghancurkan daun itu jika tumbuh.
"Kenapa tak mengatakannya padaku?" Heros bertanya dengan wajah datar. Tapi jelas nada suaranya sedikit kesal.
"Maafkan aku. Aku hanya tak ingin kau terluka, Heros." Kara tertunduk lesu. Ia tahu suatu saat akan jadi begini. Walau ia dengan susah payah merahasiakan tentang daun Shi, akhirnya Heros tetap tahu dari yang lainnya. Entahlah kabar ini dari siapa.
"Kau tak seharusnya mencari benda berbahaya itu," sambung Kara lagi. Ia menatap Heros lamat-lamat.
Heros nampak diam saja. Ia beranjak ke arah padang tandus dihadapannya yang penuh dengan mayat. Tempat peperangan itu kini penuh dengan pedang, panah, dan alat perang lainnya. Beberapa bagiannya pun masih mengepulkan asap dan terbakar oleh api.
Tiba-tiba saja Kara memekik, "Heros!!! Apa yang kau lakukan?!!!
Ia kaget melihat Heros serta merta memasukkan tangannya pada kobaran api yang terus menelan tumpukan ranting kayu yang sebelumnya digunakan para perajurit perang itu sebagai senjata.
Dengan panik Kara langsung terbang kesana dan menghantam kepalanya agar ia berhenti melakukan hal yang menurut Kara berbahaya itu.
"Kau gila!! Tanganmu bisa terbakar jika begitu!!" sembur Kara. Netranya langsung saja menyisiri tangan kanan Heros yang sudah keluar dari kobaran api. Sesaat kemudian wajahnya yang khawatir malah berubah menjadi keheranan.
"Tanganmu … baik-baik saja?" Mata Kara membulat menyadari tangan Heros bersih tanpa luka.
Heros tersenyum kecut. "Sekarang kau lihat, kan? kekuatanku bertambah lagi."
"Aku tak suka ini," desis Heros.
Heros pun melangkah pergi meninggalkan siluman gagak itu. Sementara Kara masih menatap Heros yang kini memunggunginya. Kara hanya bisa menghembuskan napas seraya geleng-geleng kepala.
"Ini bahkan sudah 15 tahun," gumamnya.
Benar. Sudah 15 tahun Kara bersama dengan Heros. Dan dalam waktu yang lama itu, Kara masih belum bisa memahami alasannya.
Menurut Kara, Heros memang sedikit berbeda dari siluman lainnya. Saat semua siluman menginginkan kekuatan dan membunuh banyak manusia, Heros justru sebaliknya.
Tiap kali kekuatannya bertambah, Heros tak terlihat senang. Bahkan kadang ia menjadi lebih sensitif dari biasanya. Emosinya sering tak stabil dan berubah-ubah. Kara sampai Heran bagaimana bisa pertambahan kekuatannya terjadi terus menerus. Padahal menurut Kara, siluman tak semudah itu memiliki kekuatan baru bahkan jika latihan atau memakan sesuatu untuk menambah kekuatannya.
Dan Heros? Kara bertaruh dia tak pernah melakukannya. Bahkan sekarang malah memintanya untuk membantu mencari daun Shi yang sangat berbahaya hanya untuk melemahkan kekuatannya sendiri.
Sebenarnya, Kara sudah sering bertanya alasan dibalik ketidaksukaan Heros terhadap kekuatannya sendiri, namun ia selalu menghindari pertanyaan itu.
"Emh, Heros! Tunggu! Kau mau kemana?!" Kara berkata lagi saat melihat Heros yang hendak melangkah lagi.
"Sudah ku katakan, aku akan mencari daun itu."
"Tapi kemana?" tanya Kara. Kali ini ia memutuskan untuk mengikuti Heros saja dari pada melarangnya.
Setidaknya dengan begitu, ia bisa mencari cara menyingkirkan daun itu jika ia menemukannya lebih dulu. Juga setelah melihat pertambahan kekuatan Heros, Kara menjadi sedikit tenang. Setidaknya beberapa tetes racun daun Shi masih bisa ditolerir jika siluman yang mengonsumsinya memiliki kekuatan yang lebih.
"Ikuti aku." Kaki Heros yang panjang langsung menapaki tanah dengan tekanan keras dan melesat ke atas pohon. Selanjutnya ia melompat dari pohon yang satu ke pohon lainnya dengan sangat cepat.
"Eh! Heros tunggu!! Jangan cepat begitu!! Sayapku hanya dua Heros!!!" Kara segera mengepakkan sayapnya menyusul Heros yang sudah jauh di depan.
"Haish!! Anak ini mau mencari kemana sih!" gerutu Kara. Ia terus mengejar Heros yang sudah sekitar 200 meter dari tempatnya yang tadi. Kepakan sayapnya makin dipercepat begitu melihat Heros berhenti di salah satu pepohonan besar di depan sana. Takut-takut jika Heros bergerak lagi.
"Kau di depan," tunjuknya pada Kara. Kara yang baru saja tiba dengan napas tersengal-sengal lantas protes dengan heran, "Kenapa aku?"
"Aku tak tahu dimana Desa Nogyo," akunya pada Kara.
"A-apa???!!!" Hampir saja bola mata Kara melompat keluar. Lalu ia berkata antara syok, jengkel, dan tidak percaya,"He-ros, Kau benar-benar membunuhku …."
"Desa Nogyo bukan ke arah siniiiii .... Kita makin jauh jadinya. Haish! Kau ini!" keluh Kara dengan berapi-api. Pasalnya, mereka seharusnya berjalan ke arah sebaliknya, dan siluman keras kepala ini justru membuatnya hampir mematahkan sayap karena terbang jauh ke arah yang salah.
"Kenapa kau tak pernah bertanya sih! Menjengkelkan saja anak ini!" gerutu Kara dalam hati sambil mulut komat-kamit.
Namun Heros nampak santai dan tak merasa bersalah bahkan balik mengomel padanya.
"Sudahlah, jangan mengomel. Ayo antar aku kesana."
Kara akhirnya terbang menjadi petunjuk jalan. Sedang Heros mengikutinya dibelakang.
Setelah melewati perjalanan hampir satu jam lamanya, akhirnya mereka pun sampai di tempat yang dituju. Desa Nogyo terlihat sekitar satu kilo dari tempat mereka berada sekarang. Heros berdiri di batang pohon terbesar di hutan, sedangkan Kara hinggap di batang yang sejajar dengannya.
"Apa kita sudah sampai?" Heros menatap tajam ke arah rumah-rumah penduduk yang berderet. Nampak manusia ramai sedang berlalu lalang dan melakukan aktivitasnya masing-masing.
"Ya." Kara mengangguk dengan mantap. "Apa kau ingin kesana?"
Heros langsung memutar kepalanya dan menjitak kepala Kara dengan keras.
"Aw! Sakit Heros!" Kara memekik.
Heros melotot pada Kara. "Jangan aneh-aneh! Kau paling tahu aku tak suka manusia."
Kara yang ditegur begitu langsung manyun dan membisu. Ia sedang dalam mode ngambek sekarang. Dan Heros malah masih sibuk sendiri.
"Aku dengar daun Shi tumbuh di hutan Desa ini, artinya …," Heros menatap sekeliling mencoba mencari hutan mana yang dimaksud oleh beberapa penduduk yang tak sengaja didengar ucapannya kemarin.
"Tunggu … jika dilihat, hutan yang paling dekat dengan desa hanyalah hutan ini, itu, dan itu …." Heros menunjuk-nunjuk ke beberapa arah di depannya.
"Baiklah. Kita bisa mulai mencarinya dari sini. Ayo Kara!" ajaknya sambil melompat ke bawah. Namun saat sudah sampai di tanah, Kara masih bertengger di atas.
"Kara!!" ujarnya. "Hei! Ayolah turun! Bantu aku!"
"Aku tidak akan turun sebelum kau minta maaf," tolak Kara dengan cepat. Ia membuang pandangannya dengan tak acuh. Siluman gagak itu masih menyimpan sakit hati dan benjol kepalanya.
Namun memang dasarnya Heros adalah siluman yang keras kepala, ia tak akan pernah mengakui kesalahannya meski ia yang salah. "Huh, aku tak mau!".
"Jika kau tak mau membantuku, aku akan mencarinya sendiri."