Chereads / DARK HEROS / Chapter 2 - Kematian yang Aneh

Chapter 2 - Kematian yang Aneh

Heros terlihat berjalan dengan santai meninggalkan Kara yang masih tak ingin juga turun menemuinya. Kemudian Kara dapat melihat siluman itu sibuk celingak celinguk disekitar mencari daun yang diinginkannya sejak tadi.

"Astaga! Aku sampai lupa … Heros tak boleh menemukan daun itu." Kara tersadar akan rencana awalnya.

Dengan cepat Kara terbang mendekati Heros dengan wajah masam.

"Ku pikir kau akan menjadi batu seharian? Sudah sana, marah lagi," cicit Heros menyindir Kara.

"Aku masih marah. Tapi aku akan membantumu."

Mendengar ucapan Kara, Heros sedikit tersenyum.

"Kau tahu bagaimana bentuk daunnya?" tanya Heros pada Kara.

"A-apa?!! Jadi dari tadi mencari, kau pun tak tahu bentuk daunnya?" Kara mengelus-elus dada mendengar pertanyaan bodoh yang datangnya dari siluman yang tak kalah bodohnya dengan pertanyaan barusan.

"Aku hanya mendengar namanya saja. Bukan melihatnya langsung," balas Heros dengan polosnya. Sedangkan Kara menjadi geregetan sendiri.

"Oh, ya, katanya jika disentuh oleh siluman, daunnya akan bercahaya."

Kara manggut-manggut saja menanggapi perkataan Heros. Tadinya ia ingin menipu Heros dengan menunjukkan daun palsu, tapi gagal karena Heros sudah mengetahui ciri yang paling penting dari daun Shi.

Mereka berdua pun mulai mencari dan menyisiri hutan dengan berpencar, namun sampai matahari hampir tenggelam di Barat, daun itu tak ketemu juga.

"Sepertinya mereka menipumu." Kara mulai mencoba menghasut Heros agar mau meninggalkan tempat itu.

Heros yang sudah lelah mencari, akhirnya menyerah dan memutuskan akan beristirahat di pohon. Namun saat ia melewati beberapa dedaunan, salah satunya bercahaya.

Heros terperangah. Begitu juga dengan Kara.

"Ini …."

Ia berjongkok dan langsung memetik daunnya.

"Heros!" Kara mencoba menahan Heros. "Kau yakin akan memakannya?"

Heros tahu Kara sedikit khawatir dengannya, namun ia mengangguk tanpa ragu.

"Kau sebaiknya dengar penjelasanku dulu …," Kara bertengger di bahu Heros. "Daun itu mungkin lebih berbahaya dari yang kau kira, Heros."

"Bagaimana jika kau tiba-tiba mati dan aku tak dapat menguburmu? Yang ada aku malah tertarik untuk memakan bangkaimu."

Kata-kata Kara yang sebenarnya bernada peringatan, tapi malah terdengar sebagai lelucon bagi Heros. Sehingga tanpa pikir panjang, langsung saja ia 'menghap' daun itu dengan mulutnya.

"EH??!!!" Kara terlonjak kaget.

"K-ka-kau … memakannya s-sedaun penuh?" tunjuk Kara pada mulut Heros yang sedang mengunyah-ngunyah. Rasanya Kara ingin pingsan saat itu juga.

Gleg

Terlambat sudah … Heros sudah menelan daun itu sampai habis. Ia bahkan menjulurkan lidahnya pada Kara agar lebih meyakinkan siluman gagak itu yang sudah tak kuasa rasanya untuk terbang setelah tersungkur di tanah akibat syok yang begitu besar.

"Hmm … tapi … rasanya tak ada yang aneh."

"Benarkah? Apakah tenggorokanmu tak terasa panas? Atau tak nyaman? Oh, oh, bagaimana dengan tubuhmu? Baik-baik saja?"

Heros tersenyum setelah memperhatikan tubuhnya. "Tubuhku baik-baik sa—"

"Arrgghh!!!" Tiba-tiba dada Heros menjadi sakit sekali sehingga ia terhuyung. Membuat Kara berteriak dengan panik.

"Tidak!!! H-Heros!!!"

Kara benar-benar panik karena Heros terlihat begitu kesakitan sambil memagang dadanya.

"ARGGGHH!!!!!" erang Heros merasakan panas pada jantungnya yang seakan terbakar.

Selang beberapa detik kemudian, Heros tumbang dan meringkuk meronta-ronta di tanah. Rasa sakitnya membuat seluruh tubuh Heros berkeringat dan panas. Bersamaan dengan itu, penglihatannya mulai berkunang-kunang dan Heros kehilangan kesadarannya.

"He-ros … ?" Kara melangkah perlahan untuk melihat Heros yang sudah tak bergerak, semakin dekat menuju wajahnya yang pucat.

Namun seketika itu juga Kara memundurkan langkahnya. Matanya memandang tak percaya pada siluman di depannya yang benar-benar sudah tak bernapas lagi.

Kara terengah-engah, ia tak ingin percaya semua yang dilihatnya. Jadi sekali lagi ia mengecek napas Heros. Kara bahkan menempelkan kepalanya pada lubang hidung Heros, namun angin sekecil apapun tak berhembus dari sana.

"Tidak!! Ini tidak mungkin!" racau Kara ditengah kebingungan, kepanikan, dan kekhawatirannya yang menjadi-jadi.

Ia terduduk lesu setelah menempelkan telinganya kembali pada dada Heros yang sudah tak berdetak.

Kara mulai menangis sejadi-jadinya.

"Aku sudah katakan! Jangan mencari daun itu!!! Kenapa kau tak mendengarkanku?!!!" Kara menatap marah pada Heros dengan mata berairnya. Ia menyesal tak dapat menghentikan Heros.

"Nyatanya kau tak sekuat itu … dasar bodoh!" Kara tak mampu membendung air matanya sehingga ia terusan terisak.

"Bangunlah, Heros!!! Bangun!!!" Kara memukul-mukul dada Heros sambil sesegukan. "Kau sudah berjanji akan mencarikanku siluman gagak cantik agar aku tak terusan melajang …"

"… kau bilang, aku sudah terlalu lama sendirian... Kau salah! Nyatanya aku memilikimu. Bersamamu saja sudah cukup. Kau keluargaku satu-satunya … Heros …." Kara memeluk erat tubuh Heros yang dingin dan kaku dengan sayapnya yang kuyu.

"Ku mohon … bangunlah …." Mata Kara berkaca-kaca. Entah apapun yang dikatakannya, ibarat nasi sudah jadi bubur, Heros yang sudah mati tak akan bisa hidup kembali.

Kara terdiam dan merenung memandangi wajah Heros. Lama sekali ia mematung karena rasanya seluruh tenaganya sudah terkuras habis.

"Tidak. Aku tak boleh begini."

Kara pun berusaha sekuat tenaga bangkit dan menghapus air matanya. Berkali-kali siluman gagak itu menghembuskan napas dari paruhnya dengan kuat.

Lalu katanya dengan enggan, "Selamat tinggal … teman baikku."

Sebagai penghormatan terakhir, Kara berusaha untuk memakamkan Heros dengan layak. Keterbatasannya karena tak memiliki tangan membuat Kara berpikir cara lain untuk menanam sahabatnya itu.

Kara mengumpulkan daun-daun dengan sayap kecilnya untuk menimbun Heros. Entah pekerjaan ini akan selesai kapan. Tapi Kara bertekad tak akan pergi sebelum tubuh Heros benar-benar sudah tertutupi dedaunan. Setidaknya menurut Kara, binatang buas tak akan melihat mayat Heros.

Siluman gagak itu pun mulai bersusah payah mengumpulkan helai demi helai dedaunan, mendekat pada Heros dan meletakkannya pada wajah siluman itu.

Kara meratap dengan sedih, "Aku benar-benar tak menyangka jika kau harus mati seperti i—."

"HACHI!!!"

"Waaaaa!!!!" Kara terlonjak kaget bukan main begitu tiba-tiba mayat Heros bersin.

Selanjutnya mayat itu bahkan bangkit untuk duduk dengan suara aneh yang membuat Kara serta merta berteriak.

"Heros!! Kau sudah mati!! … Walau kau dendam denganku, kau tak boleh menakut-nakutiku begini," ujarnya kaget.

Tapi mayat itu malah batuk, "Uhuk! Uhuk!"

"Hah?!!" Kara mengangkat alisnya dengan paruh ternganga.

"Tunggu dulu … Apa orang yang sudah mati bisa bersin dan batuk?" Kara mengernyitkan dahi, memperhatikan Heros dari atas kepala hingga ujung kaki dengan waspada, namun ia tak sadar jika Heros sekarang sedang menatapnya sambil menggelengkan kepala, sadar sahabatnya itu mungkin masih berpikir ia tak nyata.

"Jangan hanya melihatku begitu. Aku dari tadi minta air …"

Betapa senangnya Kara setelah tersadar jika Heros benar-benar masih hidup. Ia langsung melompat dan dengan penuh haru memeluk Heros walau kemudian ia terpental karena Heros yang tak berperasaan buru-buru menepisnya dengan tangan.

"A-aku benar-benar hampir tak percaya ini. Ini ajaib! Bagaimana bisa kau bertahan setelah memakan daun Shi. Aku sungguh mengira kau sudah jadi mayat," ucap Kara sambil menyedot kembali ingusnya yang meler.

"Aku tak selemah itu …," ucap Heros lirih sambil meraba dadanya. Jantungnya terasa baik-baik saja dan tak sakit lagi.

"Syukurlah kali ini kau selamat …" Kara berkata lagi dengan mata berbinar-binar sambil membantu membersihkan dedaunan dari tubuh siluman itu. Namun ia masih belum puas karena belum mendapat jawaban atas apa yang baru saja dilihatnya.

"Tapi … bagaimana bisa kau selamat? Aku yakin jantungmu bahkan tak berdetak lagi tadi."

Benarkah? Heros mengernyitkan dahinya. Jadi bagaimana bisa dirinya hidup kembali setelah mati?

"Heros, jangan melamun saja. Kau tak apa?" Kara bertanya dengan khawatir karena Heros tak menggubris ucapannya.

"Tubuhku masih tak enak. Aku ingin beristirahat," kata Heros kemudian.

"Apa itu karena kekuatanmu hilang?"

Heros menggeleng. Di rabanya permukaan dadanya yang bidang. "Aku rasa bukan itu. Sepertinya … ada sesuatu yang terjadi dalam tubuhku."