Chereads / DARK HEROS / Chapter 6 - Kekuatan Itu Kejahatan

Chapter 6 - Kekuatan Itu Kejahatan

"Heros!!"

Panggilan itu seketika membuat Heros berhenti. Dahinya mengernyit mencari sumber suara diantara lebatnya daun pepohonan yang dilaluinya tadi.

"Kau tak apa?" tanya Kara lagi begitu Heros telah menemukannya.

"Kau masih disini? Ku pikir kau sudah kabur sejak tadi." Heros melompat lagi ke pohon yang lebih besar. Mendudukkan dirinya dicabang pohon yang kokoh. Kara pun ikut terbang mendekat dan hinggap di tempat yang sama.

"Sebenarnya aku tadi melakukannya. Hanya saja—"

TAAKK!!!!

"Awwww!!!!"

"Kenapa memukulku? Dasar siluman jahat!! Kau tega sekali!" Kara mengusap-usap kepalanya yang benjol dengan kedua sayapnya yang kecil.

"Itu hukuman karena kau tak melakukan sesuatu untuk membantuku tadi."

"Apa katamu??!!"

Heros tak menanggapi perkataan Kara. Ia hanya menyuruh Kara bergeser karena ia berniat merebahkan tubuhnya.

Kara sebenarnya heran dengan kelakuan Heros yang seperti tak mau ambil pusing dengan pertarungannya barusan.

Untuk beberapa saat keduanya hanya diam karena Heros sedang mengistirahatkan badannya. Mata Kara tak teralihkan sejak tadi dari Heros. Ia mengamati setiap gerak gerik Heros.

"Heros?"

"Hm?"

"Kau jangan menendangku, ya. Aku benar-benar tepat didekat kakimu sekarang."

"Kalau begitu cari tempat lain. Jangan hanya tinggal disitu," kata Heros. Ia pun diam lagi seakan menikmati semilir angin. Padahal pikirannya sedang kalut akibat perkelahiannya dengan Rai dan Monmu.

"Heros?" panggil Kara lagi. Namun Heros diam saja. Heros hanya membaguskan posisi kedua tangannya yang melipat dibelakang kepala dengan mata terpejam.

"Heros … apa kau … sedih?"

Pertanyaan lugas Kara memaksa Heros membuka matanya. Pandangannya jauh ke atas langit, meski begitu Kara tahu jawabannya.

Siluman itu kemudian menggeleng pelan. "Tidak."

"Benarkah? Tapi kau tak terlihat begitu," kata Kara lagi. Siluman gagak itu mengepakkan sayapnya mendekati wajah Heros.

"Jangan bohong padaku. Aku bisa melihat semuanya. Kau pasti mengingat masa kecilmu yang kurang menyenangkan, bukan?"

Saat perkelahian tadi, Kara mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Monmu pada Heros. Siluman itu jelas memiliki masa lalu yang buruk seperti Heros. Mereka bahkan saling mengenal.

Hanya saja, Kara belum pernah mendengar kisah Monmu darinya. Heros memang jarang membicarakan hal-hal seperti itu dengannya.

Siluman itu tak begitu suka jika masa lalunya diungkit-ungkit. Terlebih tentang ibunya yang sesungguhnya tak seharusnya menikahi sang ayah.

Heros bangkit dari tidurnya, lalu menyandarkan punggungnya pada batang pohon. Diambilnya beberapa helai daun untuk dipilin telunjuk dan ibu jarinya.

"Kau Pernah bertanya padaku …"

"… tentang mengapa aku selalu menghindari manusia."

Kara mengangguk. "Ya. Benar."

"Ku pikir itu karena kau sesungguhnya takut pada mereka karena masa lalumu."

"Hah! Bisa-bisanya kau berpikir begitu. Aku lebih kuat dibanding mereka, Kara."

"Lalu apa?" tanya Kara kemudian.

"Aku …." Tekanan jemari Heros mengendur seiring membulatnya helaian daun itu. Untuk sepersekian detik ia diam menatap daun ditangannya.

Kemudian katanya lagi, "Aku tak ingin jadi jahat."

'Tak ingin jadi jahat?' Kara membeo dalam hati.

Heros tersenyum kecut. "Kau lihat siluman kelabang tadi? … Dia teman baikku saat kecil dulu, namanya Monmu."

"Kami berteman begitu baik dulu," katanya lagi.

Heros menjentikkan pilinan daun dijemarinya. Terbang beberapa sentimeter hingga akhirnya jatuh.

"Dulu dia hanyalah kelabang pendek gendut yang bisa berbicara. Panjangnya mungkin hanya sekitar 30 senti saja."

"Dia benar-benar tumbuh besar sekarang!" timpal Kara mengingat siluman kelabang yang dilihatnya sedang mengamuk tadi.

"Ya. Kau benar. Rasanya aneh saja tiba-tiba dia jadi seperti itu."

"Benar juga. Dari siluman level lemah, dia berubah menjadi sangat kuat. Aku saja yang sudah hidup 100 tahunan, masih begini-begini saja," keluh Kara. Tak adil rasanya melihat siluman kelabang itu tumbuh kekar sedang dia hanya jadi gagak kurus kerempeng.

"Hidup ini benar-benar tak adil," seru Kara lagi.

Lalu Heros menatapnya. "Kenapa kau menginginkan kekuatan?"

"Aku?" Kara menunjuk dirinya sendiri dengan alis terangkat.

"Memang kau sendiri tak ingin jadi kuat?" Kara kembali mencoba mengulik alasan dibalik ketidaksukaan Heros terhadap kekuatan miliknya. Mungkin kali ini Heros dapat menceritakan semuanya.

Air muka Heros berubah menjadi muram. Sejenak ia memalingkan pandangannya. "Bagaimana jika kekuatan malah membuat kita menjadi makhluk yang jahat?"

"Kalau begitu jangan mau."

Heros menatap Kara. Mencoba mencari tahu maksud siluman gagak itu.

"Jangan mau berubah menjadi sesuatu yang tak kau inginkan ..."

"… kekuatan itu bisa dikendalikan, Heros," kata Kara lagi.

"Kau tahu, dunia manusia jauh lebih baik untuk kita yang tak memiliki kekuatan apa-apa. Tapi jangan lupa, siluman seperti kita sangat banyak. Yang tamak begitu banyak. Mereka semua pasti mencari cara untuk membinasakan kita."

"Jika kita tak kuat, maka sudah dapat dipastikan kita tak akan bertahan. Itu hukum alam."

Kara menarik napas lagi. "Kau pun lihat bagaimana teman kelabangmu itu menjadi ambisius dan tak terkendali. Itu adalah salah satu bukti bahwa didunia ini, kekuatan adalah segalanya, Heros."

Heros memilih diam. Monmu bukan tipikal yang seperti itu. Namun apa yang baru saja dilihatnya membuatnya tahu jika siluman memang makhluk yang sangat berbahaya. Mungkin hal ini lah yang membuat manusia takut dan berupaya membunuh para siluman sebelum mereka menjadi kuat dan menyeramkan.

"Apa siluman seperti kita memang terlahir sebagai makhluk yang jahat?" Pertanyaan itu seolah menggambarkan perasaan Heros yang putus asa akan kelahirannya. Mungkin ia sedang merutuki dirinya sendiri karena terlahir sebagai siluman.

Kara menghela napas. "Kalau itu sudah pasti iya. Namun aku pernah bertemu beberapa yang tak menyakiti manusia. Mereka justru hidup berdampingan dengan manusia … walau tak lama, sih."

"Kenapa begitu?"

"Sebabnya jelas bermacam-macam." Kara tersenyum tipis.

Melihat Heros nampak kecewa dengan tuturan Kara, Kara menghiburnya.

"Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Bagaimanapun dirimu, aku tak akan meninggalkanmu."

Heros berpaling menatap Kara.

"Dan juga jika suatu saat aku berubah, aku harap kau memukulku agar tersadar, dan menjadi diriku lagi." Kara mengangguk dengan sungguh-sungguh meyakinkan Heros kebenaran ucapannya.

"Andai Monmu juga begitu," balas Heros sambil tersenyum. Ia teringat Monmu yang sempat terkena cakar anginnya. Namun tetap saja menjadi monster yang menyeramkan. Hati baik Monmu yang dulu benar-benar sirna.

"Ah ya! Berbicara tentang Monmu, aku baru ingat sesuatu!" kata Kara tiba-tiba.

"Tentang apa?" tanya Heros.

"Saat kau dan Rai datang ke desa Nogyo, aku melihat siluman lain juga mengarah kesana."

"Tapi aku tak bertemu siluman lain selain Monmu."

"Ya, awalnya aku berpikir dia benar-benar akan menampakkan dirinya disana, bahkan mungkin menambah kekacauan itu. Aku sempat khawatir jika kau harus melawannya juga. Apalagi jika aku lihat, dia dari level Siluman Tsu. Level terkuat dari para siluman," jelas Kara.

"Dan kau tahu apa yang aku dengar saat mengikutinya?"

Alis Heros menukik semakin dalam.

"Dia jelas mengatakan … Bagus Monmu! Hancurkan segalanya!"

"A-Apa??!!" Mata Heros membulat.

"Aku rasa, Monmu berubah sepenuhnya mungkin ada hubungannya dengan siluman itu."