Istana utama - Ruang kerja kaisar.
Dari balik jendela, Yao Xulin dapat melihat rintik putih yang berjatuhan. Salju turun begitu lembut. Musim dingin yang berlalu setiap tahun selalu dilewati dengan kehangatan, namun tahun itu menjadi tahun yang berbeda. Di dalam manor Xi. Yao Xulin melewati musim dingin seorang diri dalam sepi dan rasa dingin yang kian menusuknya.
Di masa lalu. Saat musim dingin tiba, hati Yao Xulin juga telah membeku. Ia tak pernah lagi mengharapkan Xi Ji Lan datang. Jadi ia hanya meminum arak sepanjang hari. Arak yang bahkan tak lagi dapat menghangatkannya dan tak lagi memberikan rasa.
Waktu itu ia memilih mabuk untuk melupakan segalanya dan berharap mencair seperti salju lalu menghilang.
Sampai Ting Yan muncul di depannya.
Pertemuan Yao Xulin tahun itu dengan Ting Yan sebenarnya cukup lucu jika diingat.
Di malam musim dingin dimana salju turun.
Yao Xulin pergi ke dapur untuk mengambil araknya lagi yang habis, tapi siapa sangka ia justru menemukan manusia yang membeku disana.
Sosok pria itu tergeletak di lantai dapur dekat dengan tungku perapian.
Karena saat itu Yao Xulin setengah mabuk, jadi ia tidak terlalu memikirkan siapa pria itu. Ia tidak takut ataupun berteriak dengan mengira pria itu adalah pencuri atau mungkin pembunuh, tapi Yao Xulin hanya mengikuti perkataan hatinya.
Yao Xulin menghidupkan tungku perapian dan melepaskan jubah miliknya untuk ia berikan pada pria itu.
"Apa kamu pencuri?. Kamu mau mencuri arak milikku?. Kamu tidak boleh mencurinya, tapi jika kamu mau menemaniku minum aku akan membaginya. Jadi cepatlah bangun" gumam Yao Xulin dengan sedikit mengigau sambil mencolek-colek pipi pria itu yang kian melembut dan hangat.
Karena dibawah efek arak dan suasana yang hangat. Tanpa sadar Yao Xulin ketiduran tepat disamping pria itu.
Pemandangan seperti Yao Xulin yang tertidur dibawah efek arak dengan pria lain di dalam sudut dapur benar-benar sangat tidak bagus dilihat. Namun siapa peduli. Yao Xulin hanya tinggal sendiri di dalam manor. Bahkan dengan banyak prajurit dan pelayan yang mengelilinginya, itu tidak berarti apa-apa.
Setelah beberapa menit lamanya, pria itu akhirnya bangun setelah merasakan tubuhnya yang menghangat dan juga berat secara bersamaan.
Pria itu - Ting Yan hanya terbangun dengan tidak menduga jika sosok wanita yang seharusnya ia awasi sedang tertidur dengan tidak peduli tempatnya, bahkan tidak peduli jika ia telah memeluk pria lain dalam keadaan mabuk.
"Selir Yao. Dia sudah mabuk berat" gumam Ting Yan. Ia dapat mencium bau arak yang sangat kuat dari tubuh Yao Xulin.
Karena ia seharusnya menjadi penjaga bayangan yang tidak diketahui siapapun, jadi Ting Yan menyamar terlebih dahulu sebelum ia membawa Yao Xulin ke dalam kamarnya.
"Lihatlah wanita ini. Dia tidak keluar-keluar dari dalam ruangan, ternyata karena tengah menghabiskan banyak arak seorang diri" batin Ting Yan yang sangat tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Kamar seorang wanita yang telah menikah dengan seorang kaisar benar-benar sangat berantakan dengan botol-botol arak berserakan. Pemandangan seperti itu sudah sangat mudah ditebak oleh seseorang seperti Ting Yan pastinya.
"Apa dia sedang sedih?, meminum arak sebanyak ini"
Ting Yan memilih mengambil botol-botol arak kosong itu dan membersihkan kamar Yao Xulin sehingga wajar dilihat sebagai kamar seorang wanita. Tak lupa ia menyalakan dupa cendana untuk memberi ketenangan.
Begitu Yao Xulin bangun, ia tak hanya merasakan pusing dan mual. Tapi juga merasa linglung karena tidur didalam kamar yang sangat rapih dan bersih.
"Dimana ini?, kamarku?" Gumam Yao Xulin.
Seelah terdiam beberapa lama. Yao Xulin sedikit ingat tentang pria yang tak sadarkan diri di dapurnya. Meski terasa seperti mimpi, namun Yao Xulin cukup tergesa-gesa pergi ke dapur dan mendapati ada cukup banyak makanan yang tak biasa telah tersedia disana.
Semua makanan itu jelas sangat berbeda dari yang biasa dimasak koki khusus di manor. Tapi karena bunyi perutnya. Yao Xulin tak memikirkannya lalu mengambil makanan untuk ia makan.
"Aku tidak percaya jika si brengsek itu sangat ahli memasak" batin Yao Xulin saat mengingat memakan makanan di dapur waktu itu.
Ia hampir tak percaya jika Ting Yan yang memasak semua makanan itu dengan sengaja diam-diam. Jika saja Yao Xulin tidak penasaran dan melihat diam-diam siapa yang senang memasak di dapur untuknya, mungkin sampai saat ini ia tidak akan tau kemampuan memasak Ting Yan.
Sejak Yao Xulin menangkap basah tikus dapur yang suka memasak untuknya itu, ia pun perlahan akrab dengan Ting Yan yang saat itu menyamar menjadi koki baru di manor. Sampai Ting Yan memberitaunya jika dirinya adalah penjaga bayangan yang ditugaskan untuk mengawasi dan menjaganya.
Xi Ji Lan dengan heran melihat Yao Xulin terdiam saat ia hendak meletakan gulungan terakhir di rak. Kemudian ia bangkit karena berfikir Yao Xulin sedikit kesulitan.
"Biar aku saja"
Suara itu begitu dalam dan lembut. Tanpa sadar, Xi Ji Lan sudah berada di belakangnya dan mengambil gulungan dokumen terakhir di tangannya untuk ia letakan di rak paling atas yang sulit dijangkau Yao Xulin.
Lamunan Yao Xulin tentang masa lalunya pun memudar.
Sekarang semua masa lalunya hanya kenangan yang sedikit manis karena musim dingin saat ini ia bersama dengan Xi Ji Lan. Ia tak lagi berada di manor untuk melewati musim dingin seorang diri seperti burung yang menggigil dalam sangkar es.
"Kamu kembalilah ke pavilium" ucap Xi Ji Lan.
Begitu Xi Ji Lan berbalik dan hendak kembali ke mejanya. Yao Xulin secara tak sadar menahan Xi Ji Lan dengan menarik lengan pakaiannya.
"Yang Mulia" panggil Yao Xulin secara refleks. Begitu Xi Ji Lan menoleh dan menatapnya. Yao Xulin justru mendadak menjadi orang bodoh yang tidak tau harus bicara apa. Bahkan jantungnya berdetak lebih cepat sehingga dirinya seperti kehilangan oksigen.
Yao Xulin mendadak seperti ikan yang kekurangan air. Tak bisa bernafas dan berbicara.
"Ada apa?" Tanya Xi Ji Lan. Ia menatap Yao Xulin dengan ekspresinya seperti biasa, namun entah kenapa atmosfer di antara keduanya berubah dan masing-masing dari mereka merasakan perubahan itu sehingga mereka tenggelam dalam keheningan sesaat sebelum Xi Ji Lan bertindak untuk melepaskan tangan Yao Xulin dari lengan pakaiannya.
Jantung Xi Ji Lan kini juga ikut berpacu saat kedua matanya turun melihat bibir Yao Xulin yang seperti buah ceri.
Dengan gerakan menghindar tiba-tiba yang diberikan Xi Ji Lan.
Yao Xulin pun sadar dan secara tak sadar kembali menarik Xi Ji Lan. Kali ini ia bahkan menggenggam tangan Xi Ji Lan dan tanpa ragu menatapnya lalu mengatakan apa yang hatinya inginkan.
"Yang Mulia, bisakah kita kembali ke pavilium bersama?!" Tegas Yao Xulin.
Xi Ji Lan jelas terkejut lebih awal sejak Yao Xulin menarik tangannya. Setelah itu, barulah Yao Xulin kembali sadar dengan kata-kata yang baru saja ia lontarkan dengan penuh semangat tanpa sadar sebelumnya.
Yao Xulin cepat-cepat melepaskan tangan Xi Ji Lan.
"Yang Mulia. Ma-maksudku. Apakah kamu belum lelah?, lebih baik kamu istirahat dan kembali ke pavilium. Aku akan mengantarmu" ucap Yao Xulin dengan buru-buru. Entah Xi Ji Lan melihat wajahnya yang sudah merona atau belum, ia tidak peduli.
"Pekerjaanku masih banyak. Kamu bisa kembali lebih awal" ucap Xi Ji Lan dengan dingin. Sejujurnya fikiran dan hatinya sedikit terbakar saat Yao Xulin berkata ingin kembali ke pavilium bersama dengannya. Itu seperti Yao Xulin telah menuangkan minyak untuk memperbesar apinya. Tapi untungnya Xi Ji Lan masih dapat mengatur emosinya sehingga ia hanya bisa bersikap dingin untuk menutupi dirinya yang semakin kacau.
"Ah, a-anda benar. Pekerjaan anda masih banyak dan seharusnya aku tidak mengganggu. Aku akan kembali ke pavilium. Permisi, Yang Mulia"
"Selir Yao"
"Y-ya?"
"Kamu bisa datang ke paviliumku jika di pavilium yue benar-benar dingin" ucap Xi Ji Lan tanpa mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang ia lihat.
"Terimakasih atas kebaikan anda, Yang Mulia. Permisi"
"Satu hal lagi. Kamu sama sekali tidak menggangguku. Terimakasih untuk teh nya" bisik Xi Ji Lan.
Yao Xulin hanya dapat berhenti melangkah saat mendengar itu sebelum ia kembali berjalan keluar dengan perasaan campur aduk antara malu dan bahagia.
Sedangkan Xi Ji Lan kini tengah menepuk-nepuk meja dengan gulungan dokumen yang ada di tangannya begitu Yao Xulin telah pergi dari ruangannya.
Fikirannya kini tidak lagi berada di tempat. Ia bahkan tidak dapat lagi fokus dengan pekerjaannya. Tubuhnya terasa begitu panas disaat udara yang semakin dingin seiring menggelapnya langit.
"Tidak bisa" gumam Xi Ji Lan. Ia menghela nafasnya dengan kasar. Tangannya meremas kertas dari menteri Yao dengan begitu erat.
"Tidak. Aku tidak bisa menyentuhnya"
"Tidak pantas untukku menyentuhnya saat aku tidak mencintainya, bahkan jika dia istri sahku sekalipun"
Xi Ji Lan terus menekan gejolak hasrat dan perasaannya. Dan tanpa sadar ia telah membuat efek terbalik dalam dirinya kembali aktif.
Xi Ji Lan hanya dapat menekannya agar efek terbalik itu tidak menguasainya.
"Sial ... jangan sekarang!"
Xi Ji Lan mengambil belati dan menusukan belati itu ke perutnya sendiri. Itu jauh lebih baik daripada ia harus menjadi gila dibawah efek terbalik dan mengamuk di istana.
***
Pavilium Yue.
Pada akhirnya Xi Ji Lan berjalan dengan kakinya sendiri ke pavilium Yue dengan naif. Meski ia dapat menahan efek terbaliknya, namun hasratnya masih cukup sulit ia kendalikan sehingga ia harus membohongi dirinya.
Ia berkata pada dirinya sendiri, "ingat. Kau datang ke pavilium Yue hanya untuk mengecek keadaannya dan memberikan jubah itu. Tidak lebih"
Begitu sampai di depan pavilium Yue. Untuk beberapa saat Xi Ji Lan terdiam melihat bangunan yang dulu hangus terbakar itu kini sudah kembali direnovasi untuk tempat tinggal Yao Xulin.
Saat mengenang masa lalunya, akhirnya Xi Ji Lan dapat menenangkan perasaannya. Kali ini ia pun melangkah dengan tanpa harus takut lagi.
"Hormat, Yang Mulia" ucap Mei Lin yang tak sengaja lewat dan melihat Xi Ji Lan datang.
"Kau ..."
"Saya Mei Lin, pelayan pribadi Nona Yao" jelas Mei Lin. Ia pun sedikit menebak-nebak kedatangan Xi Ji Lan ke pavilium Yue lalu tanpa ragu mengatakan sesuatu agar mereka tak membuang banyak waktu.
"Maaf, izin bicara Yang Mulia. Apa Yang Mulia mencari Nona Yao?"
"Ya, bisa kamu panggilkan dia?"
"Sebenarnya, Nona Yao tengah pergi ke klinik istana, Yang Mulia"
Xi Ji Lan terkejut mendengar hal itu, ia mulai berfikir jika terjadi sesuatu dengan Yao Xulin setelah pulang dari ruang kerjanya. Namun itu cukup aneh jika ia sakit dan pergi ke klinik istana sendiri, padahal ia bisa memanggil tabib ke paviliumnya tanpa harus repot. Ditambah pelayan pribadinya bahkan tidak mengantarnya.
"Apa yang terjadi?"
"Itu. Nona Yao pergi untuk melihat keadaan tuan muda Tang Yi" jelas Mei Lin dengan sedikit ragu. Awalnya ia hendak berbohong, namun Xi Ji Lan bukanlah orang bodoh yang dapat ia bohongi dengan mudah, jadi ia mengatakan yang sejujurnya.
Setelah itu Xi Ji Lan hanya berekspresi dingin dan memberikan sebuah kotak pada Mei Lin.
"Ini untuk selir Yao. Katakan padanya untuk tidak perlu mengkhawatirkan orang lain melebihi dirinya sendiri" ucap Xi Ji Lan dengan dingin lalu ia pergi.
"Aih. Yang Mulia benar-benar cukup sulit ditebak" batin Mei Lin.