Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 36 - Ibu Suri Xia

Chapter 36 - Ibu Suri Xia

"Jadi. Maksudmu ... almarhum Putra Mahkota Xi Guang sebenarnya adalah anak dari Permaisuri Jian dan Yang Mulia Xi Ji Lan adalah anak dari Permaisuri Xia?!"

Sulit dipercaya. Rumit. Yao Xulin tak bisa berhenti berfikir. Bahkan ia tidak dapat tidur semalaman setelah mengetahui fakta itu.

Entah berkah atau bencana. Pada akhirnya sang pangeran yang dikatakan pembawa sial untuk permaisuri Xia justru menjadi kaisar sekarang. Yao Xulin tidak dapat membayangkan perasaan Permaisuri Xia ataupun Xi Ji Lan yang telah dibuang oleh ibu kandungnya sendiri hanya demi kekuasaan walaupun pada akhirnya permaisuri Xia tetap bertahan di posisinya saat ini dan bahkan menjadi lebih kuat. Dia adalah ibu suri yang bahkan harus dihormati Kaisar karena kekuasaannya pun hampir mendekati kekuasaan kaisar.

Dengan mata mengantuk, Yao Xulin memandang jubah yang dipakainya saat ini. Ia tengah bersiap untuk pergi seperti yang Xi Ji Lan katakan dalam pesannya kemarin malam. Mereka harus pergi bertemu permaisuri Xia. Bagaimanapun dia adalah ibu kandung Xi Ji Lan yang harus disapa dengan hormat, terlebih Xi Ji Lan sudah memgambil Yao Xulin sebagai istrinya untuk dijadikan selir pertama kaisar dimana kedudukan selir pertama berada dibawah kedudukan permaisuri kaisar. Sayangnya Xi Ji Lan masih belum ingin mengambil permaisuri untuknya.

Yao Xulin memandang jubah bersulam gambar lotus dan burung phoenik. Karena itu, sehingga secara bersamaan Yao Xulin juga memikirkan tentang tiga orang yang ia temui kemarin malam yakni, Xi Ji Lan, Ting Yan, dan Pangeran Xi Feng.

Jika tentang jubah, Yao Xulin akan memikirkan tentang Xi Ji Lan yang repot datang hanya untuk memberikan jubah itu, sementara di masa lalu yang memberikan jubah itu adalah pangeran Xi Feng. Namun jika berbicara tentang sulamannya, Yao Xulin masih bertanya-tanya tentang tanda lahir phoenik milik Ting Yan.

"Aneh ... aku baru ingat. Rasanya aku seperti pernah melihat tanda itu di masa lalu. Tapi dimana?" Gumam Yao Xulin seraya memandang sulaman phoenik yang tetap sama seperti di masa lalu. Sulaman itu terlihat lembut dan kuat. Tapi yang ia maksud dengan pernah melihatnya di masa lalu bukanlah tentang sulaman pada jubah tapi hal yang sama seperti tanda di tubuh seseorang.

"Nona, keretanya sudah siap. Yang Mulia juga sudah datang" ucap Mei Lin cepat-cepat agar Yao Xulin tidak membuat Xi Ji Lan menunggu lama.

Yao Xulin pun bergegas pergi. Ia juga berniat untuk mengucapkan rasa terimakasihnya atas jubah yang diberikan Xi Ji Lan padanya sekaligus meminta maaf karena saat memberikan jubah itu dirinya tidak sedang berada di paviliun sehingga tidak dapat menerima pemberian Xi Ji Lan langsung. Namun kata-kata yang direncanakan Yao Xulin menguap begitu saja saat ia melihat Xi Ji Lan.

"I-itu ..." Yao Xulin sedikit terkejut dengan tidak percaya. Ia tidak tau apakah penglihatannya yang buruk atau memang kenyataan bahwa Xi Ji Lan memakai jubah yang cukup mirip dengan jubah yang dipakainya meski ada perbedaan di warna dan bentuk sulamannya. Tapi saat melihat sulaman bunga peony dan naganya yang terlihat khas, Yao Xulin tau jika jubah yang dipakai Xi Ji Lan nampaknya dibuat sepasang. Dan satu pasang itu adalah jubah yang dipakainya sendiri.

"Phoenik dan Naga ..." gumam Yao Xulin. Secara tak langsung jubah dengan sulaman lambang dua hewan mistis itu telah mengatakan jika mereka adalah suami istri.

"Ayo berangkat sekarang" ucap Xi Ji Lan yang membuyarkan lamunan Yao Xulin. Wajahnya masih nampak merona. Bukan karena dinginnya udara namun karena hatinya terasa begitu hangat, bahkan debaran jantungnya menjadi lebih cepat.

Xi Ji Lan sendiri tak mengatakan apapun tentang jubah yang dipakainya ataupun yang dipakai Yao Xulin, tapi wajahnya menunjukan cukup jelas jika ia terlihat bahagia saat melihat Yao Xulin memakai jubah pemberiannya.

Setelah cukup lama diam, Yao Xulin akhirnya mengatakan apa yang sudah ia niatkan di awal. Meski sedikit terlambar namun ia tetap mengatakan, "Yang Mulia, terimakasih atas pemberian jubah ini dan maaf karena kemarin malam aku tidak ditempat untuk menerimanya langsung"

Xi Ji Lan tidak langsung menjawab. Ia berfikir sejenak saat mengingat malam dimana ia memberikan jubah itu.

"Selain Tang Yi. Sebaiknya kau tidak terlalu banyak berinteraksi dengan banyak orang di dalam istana" ucap Xi Ji Lan yang justru keluar dari topik pembicaraan yang dimulai Yao Xulin. Semua itu ia lakukan untuk memperingatkan Yao Xulin jika orang-orang di istana cukup buruk. Ia yakin Yao Xulin juga pasti tau hal itu jadi ia tidak perlu menjelaskan secara detail.

Selain menekan perasaannya yang sedikit kesal karena Yao Xulin pergi menjenguk Ting Yan. Disisi lain ia juga khawatir dengan Yao Xulin. Malam itu saat Xi Ji Lan hendak pergi menemui Ting Yan, ia secara tak sengaja melihat Yao Xulin yang tengah berbincang dengan Pangeran Xi Feng. Hal itulah yang membuat Xi Ji Lan tidak dapat tidur dengan nyenyak juga selain karena tidak tau apa yang dibicarakan Yao Xulin dengan Xi Feng. Yang pasti ia harus tetap berhati-hati karena Pangeran Xi Feng adalah pangeran yang cerdas dan sedikit misterius.

Xi Ji Lan menghela nafas dan membatin dengan sedikit pasrah "aku bahkan masih belum mendapatkan petunjuk lagi tentangnya. Apakah Xi Feng memiliki hubungan dengan suku Rui atau tidak"

Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan juga pada Yao Xulin, entah itu tentang apa yang ia bicarakan dengan Pangeran Xi Feng atau tentang hal aneh yang dilakukannya waktu itu, dimana Yao Xulin menyewa perampok untuk tujuan yang tidak ia ketahui. Namun Xi Ji Lan merasa waktunya masih belum pas. Jadi ia akan menahannya untuk sementara waktu.

***

Istana Permaisuri Pertama - Paviliun Lan Xia.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke tempat Permaisuri Xia. Hanya beberapa menit dan mereka sudah berada ditempat tujuan. Dan tanpa menunggu, Xi Ji Lan pun berjalan masuk diikuti oleh Yao Xulin dibelakangnya. Yao Xulin sendiri hanya bisa membantu dirinya dengan mengingat pesan yang diberikan Xi Ji Lan yang mengatakan, "kau tidak perlu bicara jika tidak perlu. Aku yang akan bicara dengan Ibu Suri" dan pesan Mei Lin sebelumnya.

"Oh ya, Nona. Satu lagi. Nona tolong jangan terkejut nanti karena Ibu suri Xia adalah seseorang yang gemar memiliki selir pria di sampingnya setelah kaisar Xi meninggal di medan perang."

Yao Xulin benar-benar tidak percaya dengan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri saat ini. Jika perkataan Mei Lin kemarin hanya dapat ia bayangkan dengan ketidakpercayaan, namun hal itu luntur seketika saat Yao Xulin melihat kenyataannya saat ini.

Fakta jika Ibu Suri Xia yang memiliki selir pria memanglah nyata, terlebih lagi dengan satu hal yang tak bisa dipercaya Yao Xulin saat ia melihat sosok wanita yang duduk di kursi dengan dikelilingi harem prianya.

"Apakah dia seorang Dewi?!. Bagaimana bisa dia terlihat begitu awet muda dan masih cantik seperti ini di usianya yang ..." Yao Xulin bahkan tak sanggup meneruskan kata-kata dalam kepalanya itu untuk menyebutkan usia Ibu Suri Xia.

"Tidak heran jika Xi Ji Lan begitu ... tampan" batin Yao Xulin. Terlepas dari wajahnya yang tampan, entah kenapa Yao Xulin tetap lebih suka mata biru milik Xi Ji Lan.

"Ibu Suri Xia adalah ular putih berbisa. Nona harap hati-hati, meski pergi bersama dengan Yang Mulia sekalipun"  kata-kata Mei Lin masih tak bisa lepas dari kepala Yao Xulin untuk ia ingat.

"Memberi salam kepada Ibu Suri Xia" ucap Xi Ji Lan begitu pandangan keduanya bertemu.

Yao Xulin pun ikut menyusul untuk memberi salam hormat pada sosok yang duduk dengan tenang sembari mengelus anjing kecil berwarna putih di pangkuannya "Memberi salam kepada Yang Mulia Ibu Suri Xia"

Selepas memberi salam hormat, Yao Xulin ikut melihat tatapan Ibu Suri Xia dan seketika ia dapat merasakan jika dirinya begitu tertekan sehingga nafasnya seolah dihentikan. Dadanya terasa berat, sampai dimana tangan Xi Ji Lan menggenggam tangannya yang bergetar. Barulah ketegangan di antara Yao Xulin ketika dirinya melihat Ibu Suri Xia perlahan mereda.

"A-Xuan ... ah, maksudku Yang Mulia Kaisar Xi. Apa yang membawamu mengunjungiku ditengah kesibukan?" Ucapnya. Jelas sangat terlihat jika kata-kata itu hanyalah omong kosong. Tentu saja Ibu Suri Xia pasti tau maksud kedatangan Xi Ji Lan kepadanya tanpa harus diberitau sekalipun.

Dna tanpa menunggu jawaban datang, Ibu Suri Xia langsung mengalihkan topik saat melihat Yao Xulin. Ia bahkan bangkit dari kursinya dan membiarkan anjing kecilnya berlari kesana kemari dengan bebas.

"Burung merpati kecil ini sangat cantik dan murni. Apakah dia selir pertama yang kau ambil?" Ucap Ibu Suri Xia. Ia nampak bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari memperhatikan Yao Xulin.

Xi Ji Lan merasa keberadaannya saat ini seperti udara yang tidak terlalu dipedulikan, asalkan bisa membawa oksigen maka eksistensinya masih terasa. Meski begitu Xi Ji Lan tidak memperdulikan hal itu. Ia sudah cukup terbiasa dengan sikap Ibu Suri Xia padanya yang selalu memberikan perilaku seperti itu sejak dulu. Sejak ia selalu dekat dengan putra mahkota untuk membantunya. Sejak saat ia tak mengetahui fakta yang sebenarnya jika Ibu Suri Xia bukanlah ibu kandungnya.

Walau begitu Xi Ji Lan tetap hanya mengakui Permaisuri Jian sebagai ibunya.

"Maaf atas kelancanganku, tapi aku baru bisa membawa Selir Linxi untuk datang memberi salam hormat padamu hari ini" jelas Xi Ji Lan dengan singkat.

"Jangan seperti itu. Harusnya aku yang datang mengunjungimu untuk melihat istri pertamamu. Tapi kesehatanku belakangan ini sedikit buruk, jadi kalian yang harus repot datang mengunjungiku"  balas Ibu Suri Xia yang entah kenapa cara bicaranya ikut merendah.

"Ibu, maaf. Tapi aku tidak bisa berlama-lama disini, kesehatan Selir Linxi sedikit buruk di musim dingin. Jadi, aku mohon pamit"

"Begitu ya. Sayang sekali. Kalau begitu kesehatan selir Linxi lebih utama. Jangan sampai dia menderita seperti merpati yang kehilangan jantungnya" tekan Ibu Suri Xia dengan dua kata yang sukses membuat Xi Ji Lan mengepalkan tangannya erat-erat.

"Terimakasih atas perhatian, Ibu. A-Xuan mohon pamit" ucap Xi Ji Lan lalu menarik tangan Yao Xulin agar mereka segera meninggalkan tempat yang sangat tidak ingin Xi Ji Lan injak itu dalam hidupnya.

"Lain kali aku akan menjamu kalian. Terutama jika Selir Linxi mengandung" ucap Ibu Suri Xia untuk yang terakhir dengan sedikit nada menyindir untuk Yao Xulin.

Sementara itu tak terlalu memperdulikan ucapan yang terakhir. Yao Xulin hanya bisa sedikit bingung. Ia penasaran dengan kata-kata Ibu Suri Xia yang menekan kata merpati dan jantung sebelumnya. Entah kenapa Xi Ji Lan terlihat menahan emosinya setelah Ibu Suri Xia mengatakan hal itu.

"Kita pergi ke kuil untuk memberi penghormatan pada mendiang Permaisuri Jian" ucap Xi Ji Lan dengan masih berusaha bersikap tenang. Ia nampaknya tidak ingin mengatakan apapun tentang masalahnya pada Yao Xulin. Justru ia berusaha mengalihkan segala hal tentang Ibu Suri Xia.

"Kau bisa berterimakasih padanya karena yang menyulam jubah kita adalah mendiang Permaisuri Jian" lanjut Xi Ji Lan saat ia mengingat ucapan terimakasih Yao Xulin yang tidak ia tanggapi sebelumnya.

"Ya, Yang Mulia. Aku harus berterimakasih pada almarhum" gumam Yao Xulin. Lagi-lagi, ditengah dinginnya udara dan sifat Xi Ji Lan. Yao Xulin masih dapat merasakan kehangatan saat ia mendengar kata 'kita' atau saat ia mengingat bagaimana Xi Ji Lan menggenggam tangannya dengan begitu erat di kediaman Ibu Suri yang bagai memiliki udara Neraka.

Tak hanya itu. Yao Xulin bahkan menjadi penasaran dengan nama kecil Xi Ji Lan yang dipanggil A-Xuan oleh Ibu Suri Xia.

"Nampaknya Yang Mulia tidak memiliki masalah dengan nama kecilnya. Aku akan menanyakannya lain kali" batin Yao Xulin.

"Selir Linxi. Tidak buruk ..." batinnya lagi. Ia merasa cukup bagus dengan nama gelar yang diberikan Xi Ji Lan padanya.