Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 37 - Peramal Bertopeng

Chapter 37 - Peramal Bertopeng

Istana Permaisuri Pertama - Paviliun Lan Xia.

Permaisuri Xia nampak bersantai sembari menyeruput teh hangatnya. Tak lupa dengan pemandangan yang saat ini tengah ia lihat. Kereta yang membawa Xi Ji Lan dan Yao Xulin perlahan berjalan meninggalkan halaman luar istananya.p

Permaisuri Xia tersenyum tipis. Ia mengingat beberapa menit pertemuannya dengan putra kandungnya yang pernah ia buang itu. Putra kandungnya yang diramalkan akan membawa kutukan padanya. Putra kandungnya yang ternyata menjadi pewaris tahta kerajaan Xi saat ini tanpa ia sangka-sangka. Putra kandungnya yang pastinya telah membencinya atas semua perilaku buruk yang telah ia berikan pada Xi Ji Lan.

"A-Xuan ... Xi Xuanyi" gumam permaisuri Xia yang mencoba menyebutkan nama kecil putranya itu.

Permaisuri Xia melayangkan ingatannya pada beberapa tahun lalu disaat ia hanya memiliki sedikit waktu untuk menggendong bayi kecil dalam dekapannya. Disaat ia memutuskan untuk membuang Xi Ji Lan putra kandungnya sendiri setelah mendengar ramalan dimana Xi Ji Lan akan mendapat kutukan jika bersama dengannya.

Ya. Itu adalah kebenarannya.

Xi Ji Lan bukanlah pangeran yang terkena kutukan begitu ia lahir melainkan seorang anak yang diramalkan akan terkena kutukan jika tinggal bersama dengan ibu kandungnya sehingga Permaisuri Xia harus melakukan hal kejam pada putra kandungnya sendiri.

"A-Xuan. Tidak apa jika kau membenciku. Tapi, ibu harap kau akan hidup bahagia dengan selir Linxi" lirih Permaisuri Xia. Saat melihat Yao Xulin, ia pun kembali ingat bagaimana Permaisuri Jian yang meninggal di musim dingin saat penyakitnya semakin memburuk.

"Aku akan mengunjungimu setelah mereka mengunjungimu, Selir Jian" batin Permaisuri Xia yang merasa bersalah.

Hari-hari saat ia memutuskan akan membuang putranya adalah hari terberat. Meski begitu Permaisuri Jian adalah sosok yang berhati mulia, bahkan jika Permaisuri Xia telah berbuat jahat padanya namun Permaisuri Jian memahami perasaan Permaisuri Xia sebagai sesama seorang ibu. Ia menawarkan diri untuk merawat Xi Ji Lan. Dengan begitu Permaisuri Xia mempercayakan segala hal tentang putranya padanya. Sementara Permaisuri Jian juga mempercayakan putranya pada Permaisuri Xia.

Tapi saat putra mahkota Xi Guang meninggal. Permaisuri Xia pun merasa ia telah mengkhianati kepercayaan Permaisuri Jian sehingga ia merasa bersalah.

Sebelumnya ia berfikir jika putranya jauh darinya, ia tidak akan memberikan kutukan pada putranya. Namun siapa sangka kutukan itu justrumenyerang putra mahkota.

"Kutukan Suku Rui. Apa itu sebenarnya?, kenapa aku bisa terkena hal seperti itu?!"

Permaisuri Xia sangat marah pada dirinya sendiri dan seseorang yang mungkin telah memberikan kutukan padanya. Seseorang yang mungkin membencinya, namun ia tidak tau siapa itu.

Meski tak begitu peduli dengan orangnya. Permaisuri Xia sampai sekarang masih mencari tau tentang kutukan yang dikatakan peramal itu. Kutukan suku Rui yang entah bagaiman bisa memiliki hubungan dengannya sehingga seseorang dapat dengan mudah memberikan kutukan itu. Permaisuri Xia masih mencari tau, apa yang salah dari dirinya itu.

"Yang Mulia, udara masih dingin. Sebaiknya anda masuk. Jangan menyiksa diri anda lebih lagi" ucap seorang pria yang datang pada Permaisuri Xia sembari memberikan jubah.

"Dingin ini tidak sebanding dengan hatiku yang sudah membeku. Kenapa aku harus peduli dengan udaranya?" Lirih Permaisuri Xia. Nampaknya kenangan buruk juga berputar di kepalanya. Itu adalah saat dimana ia dinyatakan hamil sementara Kaisar telah meninggal di medan perang. Tak hanya ditinggalkan oleh orang yang ia cintai, namun kini ia juga sudah ditinggal dan dibenci oleh anaknya sendiri.

Hatinya sudah membeku dan selamanya akan menejadi es abadi sampai akhir hidupnya. Tak ada yang bisa mencairkannya. Tak ada satupun. Bahkan dari para selir pria yang ia ambil.

Permaisuri Xia hanya mencintai almarhum Kaisar seorang.

"Yang Mulia, apakah anda akan menemui orang itu lagi?"

"Hanya orang itu yang bisa membantuku. Aku harus pergi menemuinya. Setidaknya itu satu-satunya hal baik yang bisa kulakukan untuk A-Xuan"

"Kalau begitu saya akan pergi untuk menyiapkan semuanya"

"Ya. Aku akan pergi setelah matahari terbenam. Berikan pesan itu padanya agar orang itu menunggu ditempat biasa"

"Baik Yang Mulia, saya mohon permisi"

Permaisuri Xia nampak melayangkan beberapa ingatan lagi. Ia menatap langit yang tak lagi biru seperti manik Kaisar ataupun manik milik putranya.

"Apakah aku bisa bertemu denganmu setelah semua ini berakhir?" Gumam Permaisuri Xia. Ia lalu tersenyum getir dan kembali berbisik pada angin, "sepertinya tidak. Aku masih harus menebus kesalahanku pada putra kita dan Selir Jian"

"Jika kau sudah siap dengan Neraka, datanglah dan temui aku. Aku akan membantumu semampuku. Sisanya kau tebus dosamu sendiri"

Kata-kata orang yang akan Permaisuri Xia temui nanti masih ia ingat. Itu adalah perkataan dari orang yang sama yang meramalkan jika dirinya akan memberikan kutukan pada Xi Ji Lan jika berada di dekatnya.

"Orang itu pasti tau sesuatu tentang kutukan Rui ini" gumam Permaisuri Xia dengan nada sedikit kesal karena orang yang akan ia temui itu di masa lalu hanya memberikan ramalam setengah-setengah dan menghilang begitu saja. Dan barulah orang itu muncul kembali setelah insiden kebakaran beruntun yang terjadi di dalam istana yang ikut menewaskan putra mahkota. Saat itu peramal itu datang untuk kembali memberi ramalannya setelah insiden kebakaran terjadi, bahwa akan ada bencana besar yang akan terjadi.

Peramal itu lagi-lagi hanya memberikan kata-kata yang tidak lengkap. Namun ia memberikan tanda untuk Permaisuri Xia seorang.

"Kali ini kau harus memberitau semuanya padaku, Peramal bertopeng sial!"

Begitu warna merah padam, kegelapan malam mulai menyelimuti. Permaisuri Xia telah sampai di tempat yang ia tuju, begitu pula dengan kereta yang membawa Xi Ji Lan dan Yao Xulin ke kuil.

***

Hanya setengah jalan sebelum mereka sampai di Manor Xi, namun karena tujuan mereka bukanlah Manor jadi mereka berhenti di tengah jalan dimana kuil yang dituju berada.

Saat melewati jalan-jalan itu, Yao Xulin jadi teringat akan kehidupan masa lalunya dan juga kejadian sebelumnya dimana sekelompok penyerang datang. Dan sampai saat ini Yao Xulin sendiri masih bingung, kenapa yang menyerang bukan dari orang-orang yang ia sewa?. Dan satu pertanyaan pentingnya adalah.

"Ting Yan masih belum muncul!. Apakah di kehidupanku yang sekarang sosok sial itu tidak ada?!" Batin Yao Xulin. Ia menjadi kesal saat memikirkannya. Padahal orang yang ia cari sudah muncul meski dalam penyamaran bernama Tang Yi.

Berbicara tentang Ting Yan. Sejak mereka berdua keluar, sebenarnya Ting Yan juga ikut keluar untuk mengikuti secara diam-diam. Ia bahkan bersembunyi dari kesatria Wen yang juga bertugas sebagai penjaga bayangan Xi Ji Lan seolah kepergian Ting Yan kali ini benar-benar rahasia yang hanya boleh diketahui oleh dirinya seorang saja.

Begitu sampai. Ting Yan tak butuh waktu lama untuk menemukan apa yang ia cari. Lebih tepatnya sesuatu yang harus ia selidiki karena telah mengganggu rencananya.

Ting Yan dengan cepat menghampiri sosok orang berpakaian ala peramal yang mengambil tempat dekat dengan kuil yang ramai.

"Tuan peramal. Aku akan memberimu banyak emas jika kau bisa menebak berapa topeng yang kupakai" ucap Ting Yan dengan setengah berbisik menyindir.

"Kau"

"Jadi, apa jawabanmu?" Tanya Ting Yan lagi. Ia tersenyum penuh kemenangan meski target yang telah ia cengkram dapat kabur sebelum memberikan jawabannya.

"Kau tidak akan bisa lari. Tidak akan ku lepaskan. Beraninya kau bicara dengan Permaisuri Xia perilah kutukan itu dasar peramal palsu!" Tukas Ting Yan seraya terus mengejar peramal yang sudah memasuki hutan bambu di dekat sana. Sebuah hutan bambu yang merupakan pintu masuk kedalam gunung yang sangat berbahaya karena dipenuhi hewan buas.

Tapi karena hal itu, Ting Yan jadi tau jika peramal itu jelas bukan orang biasa. Peramal palsu yang ia katakan itu pastilah seseorang yang memiliki seni bela diri tinggi ataupun kultivasi yang sudah mencapai tingkat tengah setidaknya dari caranya menggunakan qinggong.

Bela diri dan kultivasi Ting Yan jelas terlihat berada di atas peramal palsu yang melarikan diri itu. Tapi sayangnya Ying Yan harus menghentikan pengejarannya setelah merasakan keanehan ketika ia memasuki lembah.

Ting Yan menyeringai. Ia jelas sangat mengerti dengan situasinya, jadi ia memutuskan untuk tidak melanjutkan.

"Lebih baik diam dan biarkan mangsa yang datang pada umpan. Benar begitu kan, Jendral Ye?" Gumam Ting Yan. Ia sadar akan jebakan yang khas itu.

"Cara itu sangat malas. Dan sayang sekali aku tidak mau memakan umpanmu itu" ucap Ting Yan lagi. Ia berbicara sendiri dengan cukup keras di tengah lembah. Tentu saja karena ia tau jika sosok yang memasang jebakan itu ada di sekitar sana untuk bersembunyi.

Nampaknya apa yang dilakukan Ting Yan juga tidak dapat memunculkan sosok Jendral Ye yang ia inginkan kehadirannya.

Ting Yan tertawa pelan sebelum pergi, "sayang sekali. Sepertinya kau juga tidak mau memakan umpan milikku ya?. Padahal umpan milikku jauh lebih berharga" tegas Ting Yan.

Hanya angin yang berhembus dan suara gemerisik dedaunan serta bambu yang terdengar. Setelah memastikannya. Ting Yan pun kembali dan memilih untuk menyusun rencana. Setidaknya ia sudah cukup tau siapa pengganggu rencananya.

***

"Tuan, matahari sudah terbit. Apakah kita perlu menjatuhkannya?"

"Tidak perlu buru-buru. Kau tau kan 'Orang itu' sangat serius, dia akan dengan mudah menebaknya. Cukup gunakan awan untuk menutupi cahayanya jika terlalu menyilaukan"

"Baik, Tuan"

"Kalau begitu hati-hati dan jangan sampai terbakar, Ling Yuan"

"Tuan tolong jangan sebut nama itu lagi. Ling Yuan sudah mati"

"Oh, maaf. Aku lupa. Dan tolong pastikan jika Permaisuri Xia berada di pihak kita"

"Baik. Kalau begitu saya mohon permisi, Tuan. Dan tolong ingat untuk memakainya. Jika tidak anda akan sakit" jelasnya lalu pergi.

Setelah berbicara, sosok itu kembali memakai 'topengnya' dan bersiap untuk membuka payung yang diberikan kepadanya karena rintik hujan telah jatuh.

"Deras tidaknya hujan tergantung dari warna awan. Semakin gelap maka badai yang akan menyerang"

"Mari kita nikmati, apakah gerimis atau badai yang akan datang?"