Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 33 - Tanda Lahir Phoenik

Chapter 33 - Tanda Lahir Phoenik

Yao Xulin berjalan di sepanjang lorong istana dengan perasaan campur aduk. Jika sebelumnya ia bahagia sejak bertemu dengan Xi Ji Lan di ruang kerjanya, tapi saat ini Yao Xulin sedikit merasakan cemas untuk seseorang yang baru sempat akan ia temui.

Ting Yan sebagai Tang Yi nampaknya sukses membuat Yao Xulin peduli padanya, alih-alih membencinya jika mengingat kehidupan sebelumnya. Tapi karena penyamarannya kali ini. Hubungan Yao Xulin dengan Ting Yan pun berjalan akrab seperti musim dingin di masa lalu, meski dengan situasi yang sedikit berbeda.

Seperti klinik pada umumnya yang memiliki bau khas herbal yang menyengat di udara dalam ruangannya. Begitupula klinik istana yang tidak jauh berbeda, hanya saja tempatnya terlihat lebih besar dan mewah tentunya dari klinik umum.

Begitu memasuki klinik. Yao Xulin disambut dengan aroma herbal dan kesunyian.

Ada beberapa sekat ruangan yang dipisah dengan sekat-sekat papan kayu yang diukir dan tirai-tirai sutra yang nampak tembus pandang sehingga tirai itu dipasang secara berlapis-lapis.

Yao Xulin mengepalkan tangannya dengan erat begitu angin membelai tirai sutra di bilik ruangan yang terletak di paling ujung.

Fokus pandangan mata Yao Xulin langsung tertuju pada seseorang yang tengah berbaring secara tengkurap. Yao Xulin melihat punggung itu. Tubuh Ting Yan yang telah dibalut oleh lilitan perban secara menyeluruh.

Rasa bersalah kembali menghampiri Yao Xulin. Ia tidak percaya jika Ting Yan masih hidup setelah mendapatkan cambukan yang seharusnya telah menghancurkan tubuhnya. Tapi karena hukuman cambuk itu di khususkan bagi orang-orang yang memiliki tenaga dalam, jadi seribu cambukan hanya setara seperti sepuluh cambukan. Tapi tetap saja, orang biasa pun akan tumbang setelah mendapatkan sepuluh cambukan.

"Tang Yi, maafkan aku" lirih Yao Xulin tiba-tiba. Ia meloloskan kata-kata itu dengan perasaan sedih.

Yao Xulin kembali memandang sekujur tubuh Ting Yan yang berbaring terlungkup itu. Hampir semua benar-benar ditutup oleh perban, kecuali bagian bawah lengannya.

Yao Xulin mengambil tempat duduk lalu memeriksa apakah ada luka yang terlewat di obati di bagian lengannya?. Karena, meski cambukan itu hanya ditujukan di punggung, namun tetap saja beberapa kadang meleset dan mengenai area lain yang dekat dengannya seperti lengan tangan.

Tidak butuh waktu lama bagi Yao Xulin untuk melihatnya. Dan ia tidak menemukan luka parah. Hanya ada sedikit goresan kecil yang juga sudah dibubuhi obat, jadi Yao Xulin tidak lagi merasa khawatir meski ia masih sedikit merasa cemas karena Ting Yan belum sadarkan diri.

"Oh, ada yang terlewat?" gumam Yao Xulin begitu ia melihat ada guratan garis berwarna merah tua seperti bekas darah yang mengering.

Yao Xulin menyingkirkan sedikit rambut Ting Yan yang menutupi garis luka itu sebelum ia membersihkan dan memberikan obat di atasnya.

Yao Xulin menghentikan tangannya secara tiba-tiba.

Kedua sorot matanya sangat jelas menunjukan jika ia tengah terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Apa ini?"

"Ini ... bukan luka kan?"

Sebuah garis guratan itu ternyata bukanlah garis kecil melainkan garis yang terus memanjang sampai membentuk sebuah gambar. Tapi sayangnya Yao Xulin tidak dapat melihat sepenuhnya gambar guratan itu karena bagian atasnya tertutup oleh lilitan perban.

Beruntungnya lilitan perban itu adalah lilitan ikatan terakhir. Jadi Yao Xulin membuka ikatan perban itu untuk melihat sepenuhnya guratan itu. Apakah itu benar-benar bukan luka yang aneh atau memang sesuatu seperti tato?.

Simpul ikatan perban itu telah terbuka dan Yao Xulin tanpa ragu menariknya. Tapi sayangnya tangannya tiba-tiba digenggam oleh Ting Yan dengan sangat erat. Tidak. Itu bahkan tidak dapat disebut menggenggam.

Ting Yan meremas tangan Yao Xulin dengan sangat erat sehingga Yao Xulin harus merintih kesakitan saat tulang-tulang jarinya seperti akan remuk.

"Agh!"

"A-Yao?!" teriak Ting Yan yang nampak terkejut. Ia pun dengan buru-buru melepaskan tangan Yao Xulin yang ia remas dengan rasa waspada yang sangat tinggi itu.

"A-Yao, maaf. Apa aku menyakitimu?"

"Apa yang kau lakukan?!. Tanganku hampir patah!" tukas Yao Xulin dengan emosi, namun ia segera menenangkan dirinya dan menghela nafas saat sadar jika Ting Yan ternyata sudah sadar.

"Syukurlah kau akhirnya bangun"

"Kenapa kau disini?. Bukankah ini sudah larut?, dan ... udaranya dingin. Kembali ke pavilium-"

"Aku tidak kedinginan dengan penghangat disini" potong Yao Xulin cepat-cepat karena ia tau niat Ting Yan yang seolah mengatakan jika dirinya lebih baik kembali dan tidak perlu mengkhawatirkannya.

"Apa aku tidak boleh mencemaskan kakak-ku ini?. Sungguh hebat menerima hukuman berat namun tidak perlu ada yang dicemaskan!"

"Hei. Jangan marah. Lagipula, aku senang jika kamu mencemaskanku. Adik manis, tetaplah disini dan berhenti merajuk oke?"

Yao Xulin menarik simpul senyuman. Ia merasa jika Ting Yan benar-benar bagus untuk ia jadikan kakak laki-lakinya. Satu-satunya orang yang terasa dekat di istana dimana ia merasa terasingkan dan sedikit kesepian.

"Bagaimana lukamu?, apa masih sakit?"

"Hanya sedikit, aku bisa menahannya"

Setelah pertanyaan itu, suasana menjadi hening. Yao Xulin ingin bertanya tentang guratan aneh itu, namun ia merasa sedikit ragu. Sedangkan di sisi Ting Yan, ia tengah sedikit merenung karena tadi telah meremas tangan Yao Xulin begitu erat seperti tengah menahan pencuri.

"A-Yao ..."

"Tang Yi Gege ..."

Keduanya membuka percakapan secara bersamaan dan dengan cepat Ting Yan pun mempersilahkan Yao Xulin untuk bicara lebih dulu.

"Kamu bisa bicara duluan"

Yao Xulin pun tidak lagi menahan pertanyaannya dan dengan berani bertanya, "kakak Tang Yi, di lenganmu ada guratan luka aneh yang nampaknya terlewat. Apakah mau kuberi obat?"

Ting Yan sudah mengantisipasi pertanyaan itu sejak ia merasakan ada sesuatu yang akan menyentuh garis guratannua sejak awal sehingga ia pun memberikan jawabannya seperti biasa untuk menjelaskan tentang guratan aneh itu.

"Tidak perlu. Itu adalah tanda lahir, bukan luka. Jangan khawatir"

"Tanda lahir?"

"Ya. Kamu penasaran dengan bentuknya?"

Tanpa menunggu jawaban Yao Xulin datang. Ting Yan pun membuka perban yang simpul ikatannya telah dibuka sebelumnya oleh Yao Xulin sehingga menampilkan bentuk gambar sepenuhnya dari garis guratan berwarna merah tua di lengannya itu.

"Itu!. Bagaimana bisa?. Bukankah itu ..."

"Itu burung phoenik"

"Bagaimana bisa tanda lahir seperti ini?"

"Aku tidak tau"

"Eh?"

"Kau sudah tau kan, aku ini di adopsi oleh permaisuri Jian. Jadi bagaimana aku lahir, aku tidak tau. Dan tentang tanda ini, permaisuri Jian hanya memberitauku jika ini adalah tanda lahirku yang sudah ada sejak aku bayi"

"Tapi. Tapi ... kenapa bisa seunik ini?. Sangat jarang ada tanda lahir yang memiliki bentuk seperti ini"

"Entahlah. Tapi itulah kenyataannya. Ini hanya tanda lahir"

Yao Xulin semakin lekat menatap tanda lahir yang terlihat bagus itu seolah-olah itu tanda jika Ting Yan mungkin memiliki darah dari burung abadi itu, atau mungkin semacam kekuatan yang sangat kuat.

"Jangan dilihat terus, nanti tanda lahir ini akan terasa sakit"

"Hah?, kenapa begitu?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya selalu risih dengan orang-orang yang melihatnya karena tanda lahir ini sangat unik"

Yao Xulin melihat kesedihan dan ketakutan saat Ting Yan berbicara tentang tanda lahirnya itu seolah itu telah memberikan trauma yang membuatnya terluka sehingga Yao Xulin pun tidak lagi menatap tanda lahir itu. Lantas ia bangkit dari tempat duduknya lalu mengambil perban lagi.

"Jika tidak mau dilihat, maka kau harus menutupnya saja kan?" gumam Yao Xulin yang tanpa diminta ia langsung bergerak untuk menutup tanda lahir itu dengan melilitkan perban baru di lengan Ting Yan sepenuhnya. Dan kini tidak akan ada lagi yang dapat melihat tanda lahir itu.

"Apa masih sakit?"

Ting Yan tersenyum, "sudah tidak" ucapnya, "terimakasih" lanjutnya.

Ting Yan teringat sesuatu yang membuat senyuman di wajahnya memudar. Ia menatap Yao Xulin dengan serius. Wajahnya terlihat khawatir.

"A-Yao. Bagaimana dengan hukumanmu?!, apa kamu terluka?, apa kamu-"

"Kakak Tang Yi, kau berlebihan. Aku baik-baik saja. Lagipula hanya hukuman ringan"

Ting Yan pun memasang ekspresi bingung lalu bertanya dengan tidak sabaran, "hukuman ringan apa maksudmu?. Bukankah Yang Mulia memberikan hukuman berat juga padamu?. Jangan mencoba menutupinya dariku, A-Yao. Aku serius"

"Sudah kubilang kau terlalu serius. Aku benar-benar hanya menerima satu pukulan"

Ting Yan menatap dengan tidak percaya. Ia terus melakukan hal itu sampai ia melihat jika Yao Xulin mengatakan yang sebenarnya.

"Apa yang terjadi?, jelaskan padaku!"

Yao Xulin pun menceritakan semua yang ia lakukan dan apa yang Xi Ji Lan lakukan untuk membantunya keluar dari masalah hukuman berat itu.

Ting Yan tertawa dengan renyah saat mendengar cerita Yao Xulin seolah ia baru saja mendapatkan hiburan setelah sekian lama.

"Bagus sekali!" puji Ting Yan. Ia mengacak kepala Yao Xulin seperti tengah mengelus kucing dengan gemas.

"Berikutnya kamu harusnya menjadi permaisuri!"

"Kau berlebihan. Hal semacam itu, aku tidak pantas mendapatkannya" jawab Yao Xulin. Ia tersenyum dengan wajahnya yang sedikit murung. Tentu saja ia merasa tidak pantas jika mengingat masa lalunya. Bagaimana bisa seorang permaisuri membunuh rajanya?. Seharusnya ia berada disisi Xi Ji Lan apapun yang terjadi dan mempercayainya, tapi di masa lalu ia bahkan lebih mempercayai pria lain untuk ia titipkan perasaannya.

"Kenapa tidak?"

"Itu ..." Yao Xulin hanya bisa menghantungkan satu kata dan tidak tau harus menjawab apa karena tidak mungkin ia menceritakan tentang dirinya di masa lalu.

"Aku belum siap untuk mengambil posisi sebesar itu" ucap Yao Xulin dengan membuat alasan yang cukup masuk logika.

Ting Yan hanya menghela nafas lega karena sebelumnya ia mengira ada sesuatu yang buruk terjadi pada Yao Xulin.

"Tidak apa-apa. Bahkan jika kamu seorang pelayan sekalipun yang memiliki status rendah, aku akan tetap berada di pihakmu. Aku akan menghajar orang-orang yang menyakitimu, meski dia seorang kaisar sekalipun. Ingat itu" jelas Ting Yan dengan serius. Ia memperjelas tentang dirinya sendiri bagi Yao Xulin.

"Iya. Kau bisa menjadi penjaga bayanganku sekalian, Kakak Tang Yi" sindir Yao Xulin pada Ting Yan yang sekarang terlihat seperti seorang kakak yang sangat posesif terhadap adik perempuannya yang manis dan menggemaskan.

Deg!.

Bersamaan dengan pergantian waktu. Yao Xulin baru saja sadar ketika ia mengucapkan tentang penjaga bayangan yang  seharusnya ia tau jika waktu saat ini di masa lalu itu sama dengan saat ia bertemu dengan Ting Yan. Tapi sampai saat ini ia bahkan tidak bertemu dengan Ting Yan.

"Apa karena aku tinggal di istana?" Fikirnya.

"Seharusnya Ting Yan juga tinggal di istana. Tapi kenapa aku tidak pernah melihatnya sedikitpun?" batin Yao Xulin.

"Dimana dia?"

"Apanya yang dimana?" tanya Ting Yan saat mendengar gumaman Yao Xulin setelah ia tiba-tiba terdiam sejenak.