Chereads / Prince Arslan / Chapter 11 - RAYYA

Chapter 11 - RAYYA

"Ada apa ini?" Ujar Bahrain dengan suara kagetnya mendengar sebuah ledakan yang terdengar di sana.

Rayya meminta kepada Bahrain selaku Raja untuk tetap menjaga sikapnya dan identitas nya agar tak menimbulkan keributan lainnya.

"Saya merasa bahwa serangan seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya. Tapi entah kenapa saya merasa bahwa malam ini terlalu sunyi dan seolah perjalanan saya merasa terhambat" Ujar Rayya dengan suara kecil kepada Arslan.

Tanpa pikir panjang, Arslan meminta kepada William dan Sebastian untuk bersiaga melindungi Sang Raja yang saat ini sedang berada dalam kedai milik kedua orang tua Rayya. Namun tanpa di perintahkan sedikitpun, Sebastian dan William datang dan menemui Sang Raja dengan perlengkapan tempur miliknya.

Sebastian langsung memanggil pasukan Khusus untuk melindungi Sang Raja agar tak terjadi sesuatu yang tak di inginkan.

Sementara itu di sisi lain Rayya sedang berlari ke arah ledakan dan langsung mengambil sebuah Hydrant kebakaran di sekitar sana padahal dia sendiri tahu bahwa hak itu tak berguna untuk memadamkan api bekas ledakan sehebat itu.

"Cih. . . . !"

Rayya meludah sambil terus berusaha memadamkan api.

"Rayya...! Awassssssss...!"

Arslan berlari ke arah Rayya dengan sekuat tenaga dengan teriakan yang sangat keras dan penuh emosional.

Gubrak...! Sebuah puing bangunan terjatuh menimpa Rayya yang saat itu sedang memadamkan api.

Sedangkan Arslan yang berlari dari kejauhan terpental akibat terhempas oleh dorongan dari beberapa reruntuhan yang jatuh.

"Rayyaaaaaa....!" Teriak Arslan melihat Rayya telah terkubur di bawah puing reruntuhan.

sebuah tembakan RPG Rudal dengan daya ledak tinggi di tembakkan dari arah berlawanan oleh salah seorang penyerang di sana dan langsung mengenai tiang salah satu gedung.

Arslan yang saat itu tak menyadari hal tersebut masih berada di bawah bangunan yang hampir runtuh oleh serangan RPG. Dengan sigap William datang mengendarai sebuah motor Sport dengan model yang lebih modern dan penuh riasan cahaya. Berputar mengelilingi Arslan dengan penuh gaya sambil melakukan Drifting dan berhenti tepat di depan Arslan yang sedang terpuruk melihat Keadaan Rayya. Dengan Sigapnya William langsung menarik tangan Arslan dan langsung tancap gas sebelum Gedung tersebut runtuh.

"Apa yang kau lakukan? Rayya masih ada di sana, seharusnya kita harus menyelamatkannya terlebih dahulu" Ujar Arslan dengan penuh kecemasan terhadap Rayya.

"Apa yang anda katakan Tuan Muda? Yakinlah dia pasti baik-baik saja, apakah Tuan Muda pikir dia adalah orang yang akan mati boleh reruntuhan seperti itu. Yang terpenting sekarang bkita harus mencari tempat aman sebelum bala bantuan datang untuk melawan balik"

"Tapi aku melihat Rayya tertindih boleh reruntuhan bangunan"

"Tuan Muda! apakah Anda lupa bahwa Rayya seperti apa?"

William terus berusaha menenangkan Arslan dengan agar tak melakukan hal berbahaya, karena tugasnya saat ini memang sangat penting, yaitu keselamatan Sang pangeran.

Seperti yang di katakan oleh William, Rayya bukanlah seseorang yang lemah dan akan mati dengan mudah hanya karena sebuah reruntuhan.

Suara tangisan dan meminta Tolong terdengar di sekitar tempat Rayya terkubur oleh puing bangunan.

Lalu Sebuah tangan muncul sambil menggenggam dari balik puing-puing yang sedang di sekelilingnya di penuhi api yang menyala-nyala.

Rayya teriak dan langsung terbangun seperti sedang tak pernah terjadi apa-apa padanya.

"Cih, Kepalaku berdarah. Siapapun yang melakukan ini harus menerima akibatnya. Yang terpenting aku harus menghentikan suara tangisan yang bising ini, suara tangisan ini sangat menganggu" Ujar Rayya sambil berdiri mengelap kemejanya.

Berjalan sambil mengikat rambutnya, lalu memasukkan tangannya ke saku dan mengambil sebungkus rokok dan mengeluarkan sebiji untuk di hisap. "Stttttttttttttt, Puuuhhhhhhhh" Rokok di hisap sambil berjalan ke arah suara tangisan di sebuah bangunan, dengan rambut terikat dan kening yang mengalirkan darah akibat puing reruntuhan tadi, Rayya menepis sebuah bongkahan yang hampir mengenainya dengan santainya seperti menepis sebuah serangga.

"Ahhhh, hampir saja aku terkena" Ujarnya sambil berjalan lagi menuju sebuah pintu.

Rayya menendang pintu rumah tersebut dan menemukan dua orang adik kakak yang sedang meringkuk ketakutan. "Apa yang kalian lakukan disini? Cepat keluar dan selamatkan diri kalian" Ujar Rayya dengan santainya sambil terus menghisap rokoknya.

Sang adik dari kedua bersaudara itu menangis dan menunjuk ke sebuah kamar yang pintunya tertutup oleh tiang besar yang terlihat sangat berat. Anak tersebut hanya bisa menunjuk dengan jarinya tanpa sanggup berkata-kata dengan Isak tangis yang semakin menjadi-jadi.

"Haaahhhhhh, baiklah aku paham. Hentikan tangismu, akan aku selamatkan orang yang ada di balik pintu itu" Sambut Rayya sambil mengusap kepala kedua anak tersebut.

"Attack.....! On....!" Sebuah kilatan hitam dang gelap dan mampu menelan cahaya apapun muncul dari kepalan tangannya dan langsung menghancurkan Tiang tersebut lalu membuka pintu.

"Permisi, aku masuk" Lanjut Rayya dengan sikap tenangnya seperti sedang bertamu, padahal saat itu keadaan sedang genting dan berbahaya.

Rayya meliha seorang wanita tak sadarkan diri di bawah sebuah meja dan hampir terbakar oleh api. Rayya langsung mengangkatnya dan membawanya keluar besama kedua anak tersebut.

"Hoi, Bocah....! Sebaiknya kalian berpegang di lenganku dengan kuat jikanklian masih ingin hidup. Kita akan mati jika berjalan lewat tangga. kau pikir butuh waktu berapa lama untuk menuruni tangga dari lantai ini" Ujar Rayya sambil menginjak dan mematikan puntung rokok miliknya.

Wanita tadi di gendong di depan seperti biasa, dan kedua anak tersebut mengikuti perkataannya tanpa perotes sedikitpun karena rasa takut.

"Hari yang merepotkan" Ujarnya sambil terus melompat dari ketinggian tersebut.

Karena beberapa bangunan di sekitarnya masih di lahap api, Rayya terus melompat dari rumah ke rumah lain dengan hebatnya. "Ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha. Orang Over Power selalu berbeda tingkatannya, Ha ha ha ha ha ha ha" Rayya tertawa berteriak dan semakin bersemangat.

Dalam keadaannya Nyang berlari dan melompat untuk mencari tempat yang aman di sekitar sana, Rayya terus tertawa kegirangan dan penuh semangat saat di mengetahui bahwa dia akan segera bertarung. "Ha ha ha ha ha ha, Akhirnya aku bisa bertarung kembali setelah sekian lama menahan diri, Para penyerang Sialan, Kalian telah memilih lawan yang salah, Akulah Sang Ajudan terhebat dari Sang putra Mahkota Arslan Phoenix. Tak akan ku biarkan sekerat dari daging kalian berhasil lolos dari perburuan ku. Ha ha ha ha ha ha ha ha"

Setelah beberapa menit berlari, Rayya melihat petugas pemadam kebakaran dan petugas medis yang sedang melakukan Evakuasi. Rayya berjalan ke arahnya dan meletakkan gadis tadi bersama kedua anak tadi untuk mendapatkan pengobatan dan pelayanan kesehatan.

Rayya lalu menatap kobaran api yang hampir melahap seluruh bangunan di sana sambil menatap sinis. "Hunter Time" Ujarnya sambil kembali menyalakan sebatang Rokok dan berjalan memasuki kota yang yang penuh dengan api sambil mencari musuhnya.

BERSAMBUNG . . . . . . .