Chereads / Prince Arslan / Chapter 10 - KEPEDULIAN SANG PANGERAN

Chapter 10 - KEPEDULIAN SANG PANGERAN

Dalam keadaan sang Ayah yang sedang berbaring di sofa ruangan peristirahatannya, Arslan datang menyapa sang Ayah dengan penuh kesopanan sebagai sosok sang pangeran yang berwibawa dan patuh, Arslan lalu menyapa sang ayah sambil menundukkan kepalanya "Ayah...! Mohon maaf menganggu istirahat Ayahanda saat malam seperti ini, Ananda harap luka Ayahanda segera pulih dan bisa melakukan aktivitas dengan tenang. sebelum itu saya ingin menyampaikan bahwa saya ingin meminta sesuatu. bisakah Ananda meminta waktu Ayahanda sebentar saja.? Ananda ingin menyampaikan sebuah permintaan kepada Ayahanda" ujar Arslan dengan suara yang sangat lembut dan sopan.

dengan sedikit menahan sakit di bagian paha akibat benturan waktu itu, Sang Raja mendekati putranya dengan senyum ramah dan penuh antusias "Nak....! Sebelum aku meminta sesuatu kepadamu, bisakah Ayah meminta terlebih dahulu kepadamu" ujar Sang Ayah sambil menepuk pundak Arslan yang kala itu masih mengenakan bantalan di bagian pundaknya layaknya seorang pangeran pada umumnya.

"Apa gerangan yang ayah pinta pada Ananda yang memiliki kemampuan sangat terbatas ini" ujar Arslan dengan penuh rendah diri di hadapan Sang Ayah.

Lalu ayahnya kembali merangkulnya dari samping seperti halnya ayah dan anak pada umumnya sambil berkata "Nak, di saat seperti ini, bisakah kau bersikap seperti ikap seorang anak pada umumnya. Ayah ingin merasakan kedekatan mu sebagai seorang anak, bukan sebagai pewaris tahta" lanjut Ayahnya.

"jika itu yang ayah mau maka akan ku lakukan, aku akan menunjukkan sikapku pada Ayahanda dengan sejujurnya jika ayahanda tak keberatan" ujar Rei sambil melangkah ke arah pintu dan membuka pintu sambil menarik ayahnya keluar dari ruangan tersebut.

Setelah berjalan menuruni tangga dari lantai atas, Arslan dan Ayahnya berdiri di tengah ruangan dalam ruangan utama istana. Arslan langsung menepuk tangannya 3 kali tanpa mengatakan apapun.

Tak lama kemudian, datang beberapa dayang-dayang dengan gaun indahnya menghampiri Sang Raja dan Sang Pangeran, mereka adalah gadis pilihan yang sangat muda dan cantik. Mereka berbaris di depan Raja mereka, kemudian salah seorang yang memiliki gaya pakaian yang sedikit berbeda yang di anggap sebagai ketua pelayan bertanya pada sang Pangeran " Apa yang anda butuhkan Baginda Raja dan Tuan Muda Arslan.?" Ujar Gadis itu pada Arslan dengan penuh hormat.

"Hari ini Ayahanda memintaku untuk bersikap layaknya orang biasa, jadi aku memutuskan untuk memberikan Beliau sebuah kenangan bersamaku putranya. Aku mint agar kalian mendandaninya agar terlihat seperti Rakyat sipil biasa dan tak mudah di curigai" Ujar Arslan tanpa banyak basa-basi.

"Siap laksanakan Tuanku" Ujar Dayang-dayang tersebut sambil membimbing Bahrain ke ruang hias.

Rei yang sudah biasa dengan dunia luar tak perlu meminta siapapun untuk mendandaninya.

Sembari menunggu Sang Ayah usai dari berdandan, Rei memanggil Sebastian agar membawa sebuah kendaraan biasa yang tidak terlalu mencolok. Tak lupa juga Arslan meminta kepada Rayya dan William untuk bersiaga mengawasi mereka.

setelah beberapa lama menunggu, kini tiba saatnya Sang Raja keluar dari ruangan, Sang Raja mulai terlihat seperti orang sipil biasa dan tidak terlalu mencolok di tambah hiasan wajah dan sedikit kumis buatan yang di tambahkan membuat Sang Raja berbeda dari sebelumnya.

Arslan lalu mulai merubah sikapnya dan berbicara seperti biasa layaknya sepasangan anak dan ayah.

Arslan dan Ayahnya mulai berjalan ke depan dan menunggu kedatangan Sebastian yang sedang mencari kendaraan biasa untuk di sewa di luar sana. karena kendaraan kerajaan terlalu mewah untuk melakukan sebuah penyamaran.

"Apa tujuanmu meminta Ayah melakukan ini?" Tanya Bahrain pada putranya.

"Bukankah Ayah sendiri meminta agar aku bersikap layaknya seorang anak pada ayahnya. Jadi aku bersikap seperti seorang anak yang sedang merindukan kebersamaan dengan Ayahnya. Aku juga sudah lama menantikan saat seperti ini, karena sudah sangat lama sejak Ayah menjabat sebagai Raja, aku tak pernah lagi merasakan kebersamaan dengan Ayah" Ujar Arslan pada Ayahnya.

selang beberapa menit, Sebastian datang menggunakan baju biasa seperti yang sudah di pesan oleh Arslan, namun Sebagai seorang yang sangat formal dan sangat menghormati keluarga kerajaan, Sebastian tak akan mampu menjalani tugasnya dengan baik. oleh karena itulah ketika di tengah jalan, Arslan meminta kepada Rayya agar menggantikan posisi Sebastian.

Sebuah mobil sport mendekat dari belakang dan parkir Sri sebuah mini Market untuk membeli beberapa minuman, itu adalah Rayya yang sedang ingin bertukar posisi dengan Sebastian. sekarang Sebastian akan mengendarai Mobil sport yang di gunakan oleh Rayya tadi untuk kembali ke posisi Rayya dalam mengawasi dan memastikan keamanan Sang Raja.

"Arslan, apakah Baginda Raja ingin pergi ke suatu tempat.?" Tanya Rayya kepada Arslan sambil menyetir mobil.

"Kita akan pergi ke daerah pinggiran sebagai rakyat biasa. jadi jangan mendatangkan kecurigaan sedikitpun, oke" ujar Arslan kepada Rayya.

Mereka Melakukan perjalanan ke tempat umum di sebuah pinggiran kota, dimana dalam tempat tersebut ada sebuah restoran yang sering di kunjungi oleh Rayya saat masih belum bergabung menjadi bawahan Arslan. Ternyata tempat tersebut adalah kampung halaman Rayya sekaligus tempat yg sering di kunjungi Arslan beberapa waktu sebelumnya.

Dalam hal ini, Sang Raja melihat banyak perbedaan di daerah tersebut. karena bisa di katakan bahwa ini adalah kali pertama Sang Raja berkunjung ke daerah pinggiran seperti sekarang ini.

"Ayah, jangan terlalu memikirkan sesuatu. ini adalah negerimu, jangan melihat mereka sebelah mata, mereka justeru lebih bahagia dengan keadaan seperti ini" Ujar Arslan menyapa Ayahnya yang sedang memperhatikan sekitar dari dalam mobil.

"Aku tak menyangka bahwa ada tempat seindah ini di pinggir Kota. Sebelum itu Ayah ingin bertanya, apa yang sbeenarnya ingin kau mint dari ayah saat tadi" ujar Bahrain.

"Sebelum itu kita mungkin sebaiknya mampir untuk membeli beberapa makanan dan kopi untuk menghangatkan tubuh" ujar Arslan sambil menatap Ayahnya.

Mereka lalu singgah di sebuah kedai sederhana yang siap melayani pelanggannya dengan ramah dan penuh kesopanan. Namun karena yang datang hari ini adalah Rayya, maka Toko tersebut harus di tutup.

"Kenapa saat kita datang tiba-tiba toko ini mulai tutup.?" Tanya Bahrain pada Putranya.

"Oh iya, ini adalah toko Orang Tuannya Rayya, kita akan ngobrol di dalam sana sambil menikmati kehangatan kopi" ujar Arslan.

mereka duduk di sebuah kursi. lalu seseorang gadis pelayan datang menemui mereka dan menanyakan pesanan mereka. "Silahkan Pangeran, apa yang ingin pangeran pesan. Tak seperti biasanya William di gantikan oleh Seorang Paman seperti ini, siapakah gerangan Paman ini Pangeran" tanya gadis itu dengan polosnya.

"aaaaaa, kalo soal itu dia adalah, itu, itu loh" sambil gugup menyembunyikan identitas Ayahnya.

Rayya membakar sebiji rokok dan mendekati gadis itu "dek, Yang ada di hadapanmu ini adalah Baginda Raja Bahrain Phoenix, bisakah kau jaga sopan santun mu"

Tiba-tiba gadis itu menundukkan kepalanya dan memberi hormat pada Sang Raja "kenapa Kakak tidak bilang-bilang dari tadi, sebelum Kakak berkunjung, sangat tidak sopan menyambut Baginda Raja dengan keadaan seperti ini" ujar gadis itu.

"Menurut mu kenapa aku memintamu untuk menutup Toko saat aku pulang.? itu karena aku ingin kau melayani mereka dengan baik. tapi ingat, kami di sini bukan sebagai orang kerajaan, kami di sini sebagai orang biasa jadi hentikan sifat formal itu" Tambah Rayya pada sang Adik.

Mereka memesan beberapa makanan dan memesan beberapa minuman sambil ngobrol satu sama lain bersama keluarga Rayya. Sampai suatu ketika Muncul sebuah pikiran dalam hati Bahrain tentang permintaan Putranya "jadi kau selalu melakukan ini untuk merasakan posisi mereka, sungguh sikap yang bijak putraku. Aku bahkan tak mengerti akan hal seperti ini selama hidupku, sehingga aku hanya menilai mereka dari pandangan politik semata. Jika memang seperti ini, aku tak perlu menanyakan apapun tentang permintaan mu itu" ujar Bahrain dalam hatinya.

Lalu Arslan tiba-tiba mendekati ayahnya dan berkata dengan penuh senyuman. " Ayah, jika kau tak menanyakan sesuatu, berarti kau sudah mengerti permintaan ku. Aku harap segera kau tunaikan" Ujar Arslan kepada Ayahnya.

Hal ini masih terus berlanjut sampai hingga akhirnya pada hampir tengah malam terdengar sebuah ledakan besar dari tempat parkir kendaraan mereka..

BERSAMBUNG . . . . . . .