Chereads / The Lord of Warrior / Chapter 14 - Melampaui Batas Kemampuan

Chapter 14 - Melampaui Batas Kemampuan

Menanggapi apa yang dikatakan Aarav, Eiireen tersenyum simpul. "Perlihatkan apakah kekuatan yang kau miliki dapat mengalahkanku kali ini," batin Eiireen sebelum mengambil pedang yang tertancap di depan kakinya.

Eiireen mengangkat kepang kayu hingga sejajar dengan bola mata. Kaki kanannya mundur beberapa jengkal, kemudian mendorongnya ke bawah hingga tubuhnya jongkok. Menciptakan kuda-kuda yang begitu mantap. Pedang yang sebelumnya ada di depan mata, perlahan digeser ke belakang kepala.

Pedang kayu yang menempel pada leher bagian belakang, digerakkan begitu cepat hingga ujungnya mengarah ke belakang. Sedangkan tangan Eiireen yang lainnya, terjulur ke depan dengan mengepal begitu kencang, sehingga urat pada pergelangan tangannya mengeras.

"Perlihatkan kekuatan yang tersembunyi di dalam tubuhmu sekarang juga!" teriak Eiireen menatap Aarav begitu tajam, bola matanya berputar ke segala arah. "Kali ini, aku akan bertarung bersamamu vdengan sekuat tenaga. Jika kau hanya menggunakan kekuatan yang selama ini kau perlihatkan padaku, sekarang kekuatan itu tidak akan pernah bisa membuatmu menang melawanku."

Mendengar apa yang dikatakan Eiireen, Aarav menyadari jika ucapan yang dia dengar benar-benar nyata. Tekanan ketika melihat kuda-kuda yang diperlihatkan Eiireen terasa begitu mencekam, tidak ada celah sama sekali dalam posisi Eiireen saat ini.

"Kenapa?" tanya Eiireen ketika melihat Aarav hanya berdiri mematung tanpa memasang kuda-kuda. "Aku melatihmu selama bertahun-tahun, tidak untuk melihat ketakutanmu saat ini. Jika memang kau tidak berani mengangkat pedang, pergilah dari sini sekarang juga. Kemudian lupakan segala ambisimu untuk membalaskan dendam seluruh keluargamu."

Tidak terima dengan apa yang dikatakan Eiireen, Aarav segera berjalan menuju tempat persediaan senjata. Mengambil satu pedang kayu yang biasa aja dia gunakan.

"Kali ini, aku akan mengalahkanmu dengan kekuatanku sendiri." Aarav menggenggam pedang kayu dengan mantap, mengarahkan ujungnya pada Eiireen.

Mendengar apa yang diucapkan Aarav, Eiireen tersenyum simpul. "Kau bisa mengatakan hal itu. Setidaknya jika kau sudah pernah mengalahkanku sekali saja dalam pertarungan," ejeknya menggunakan senyuman tipis.

Pertarungan antara Eiireen dan Aarav yang ratusan kali, akan terjadi sebentar lagi. Akankah Aarav dapat mendapatkan kemenangan walau hanya satu kali, Setelah menerima kekalahan selama ini.

Seperti biasanya, Erina berperan sebagai juri dalam pertarungan mereka berdua. Akan tetapi, kali ini Erina sedikit merasa was-was pada keadaan tubuh Aarav. Baru saja sadar setelah tiga hari, apalagi belum ada sesuatu yang masuk ke dalam perutnya hingga saat ini.

"Apa kalian berdua siap?" tanya Erina ragu-ragu. Bola mata hitamnya menatap Aarav dan Eiireen bergantian. Ketika melihat Aarav yang sedikit gemetar pada saat menggenggam pedang, Erina menggigit ujung bibirnya hingga berdarah.

Aarav menganggukkan kepala tanda kesiapan. Begitu juga dengan Eiireen yang sudah siap dengan pertarungannya dengan Aarav.

Bola mata mereka saling pandang begitu tajam. Jika berada dalam anime, sudah terlihat jika bola mata mereka mengeluarkan petir yang terhubung satu sama lain.

Ketika Erina mengayunkan tangan ke depan, tanda bahwa pertarungan siap dilangsungkan. Eiireen langsung menghilang dari pandangan mata Aarav, gerakan yang dia lakukan tidak dapat diikuti oleh mata orang biasa.

Bahkan, untuk Erina sendiri yang memiliki anugrah penglihatan super. Dia juga tidak dapat melihat gerakan yang dilakukan oleh ayahnya sendiri. Kekuatan yang saat ini ditunjukkan oleh Eiireen, seakan berada jauh di atas akal manusia biasa.

"Sekarang aku sadar apa yang dia maksud dengan serius dalam bertarung." Aarav tersebut getir, bola matanya terus berputar begitu cepat. Tekanan angin yang dirasakan oleh tubuhnya, terasa begitu menusuk kulit.

Sebuah dorongan kencang, dirasakan oleh punggung Aarav. Karena tidak menyadari hal tersebut, membuat kaki yang masih belum memiliki kekuatan penuh. Terdorong hingga akhirnya terjatuh di atas tanah.

Secara cepat, Aarav memutar kepala hingga sembilan puluh derajat. Sebuah bayangan hitam sekilas terlihat oleh bola matanya. Pada saat itu juga, dia berpikir jika bayangan tersebut adalah Eiireen.

"Sialan! Bagaimana caraku untuk mengalahkan dirinya." Aarav menggigit ujung bibir hingga berdarah, bola matanya terus berkedut kencang. Sementara seluruh Indra yang dia miliki bekerja secara maksimal, bahkan melebihi sebelumnya.

Aarav mengusap cairan merah yang mengalir dari ujung bibir. Bola matanya terus berputar, tubuhnya terus menahan rasa sakit yang dia terima. Aarav terus saja memutar otak, berusaha menemukan solusi atas apa yang akan dia lakukan pada Eiireen.

"Selama ini, aku belum pernah mengalahkan Eiireen satu kali pun dalam pertarungan," batin Aarav mengangkat pedang di depan dada. Bola matanya perlahan menutup, lubang telinganya semakin dibuka lebar. Mencoba mendengar segala gerakan yang ada di sekitar.

"Apa kau memerlukan kekuatan?" Suara srak basah tiba-tiba terdengar di dalam kepala Aarav.

Karena terkejut dengan hal tersebut, Aarav langsung kehilangan keseimbangan pada kakinya. Tubuh bagian bawah yang tidak memiliki kekuatan untuk menopang bagian atas, segera kehilangan keseimbangan dan terjatuh begitu keras.

Sebelum tubuh Aarav menapak tanah, sebuah tekanan mendorong tubuhnya ke udara. Tubuh Aarav melayang beberapa langkah di atas tanah, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Melihat hal tersebut, bola mata Erina terbelalak lebar, rahangnya mengeras dengan mulut terbuka. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Aarav?" tanyanya di dalam hati, ketika melihat Aarav masih berada di atas tanah setelah hampir satu menit.

Eiireen yang sejak tadi menghilang, seketika muncul di dekat Aarav dengan tubuh gemetar. Naluri hewan buasnya merasakan tekanan yang begitu liar pada tubuh Aarav.

"Padahal aku sudah menyegel kekuatan iblis itu dengan benar. Seharusnya dia hanya dapat mengeluarkan kekuatan sebesar sepuluh persen saja," kata Eiireen sedikit cemas.

Sementara itu, Aarav yang mengalami kejadian yang ganjal merasa begitu terkejut. Bagaimana mungkin tidak merasakan hal tersebut. Tidak ada manusia yang dapat melayang di udara seperti yang saat ini dia lakukan.

"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku tidak bisa turun!" Tubuh Aarav terus meronta di atas udara, kakinya terus menendang seakan bayi.

"Aarav!" seru Eiireen kencang. "Tenangkan dirimu! Tidak perlu khawatir dengan yang terjadi saat ini. Semua itu adalah kekuatan yang kau miliki, tidak perlu merasa khawatir!" Eiireen terus saja mencoba m menenangkan Aarav yang ada di udara.

Tidak mempedulikan apa yang dikatakan Eiireen. Aarav masih saja bersikap seakan kesurupan setan, tidak berhenti untuk bergerak. Hingga akhirnya sebuah cahaya muncul pada telapak tangan Aarav, membentuk sebuah busur yang selama ini dia kenal.

Pada saat telapak tangannya merasakan kehangatan cahaya, gerakan yang dilakukan Aarav semakin menghilang. Beberapa saat kemudian, tubuhnya sudah mulai stabil melayang di atas tanah. Sedangkan cahaya yang ada pada telapak tangannya semakin membentuk busur besar.

"Busur Phoenix." Eiireen menelan ludah beberapa kali ketika melihat busur dalam genggaman tangan Aarav. "Apa hanya dengan kekuatan sepuluh persen saja, iblis itu mampu menggunakan busur tersebut."