Sepasang kekasih yang terlihat serasi itu sedang berjalan menyusuri pusat perbelanjaan, terlihat sang wanita bergelayut manja pada lengan kekasihnya.
"Sayang, coba deh lihat bagus banget tasnya." Ujar Carina sumringah saat mereka baru saja melewati satu salah satu butik tas ternama.
"Lihat yuk." Lanjutnya sambil menggandeng tangan Reygan memasuki butik dan langsung sibuk mengambil beberapa macam tas yang ada di etalase, dicobanya satu persatu sambil mematut diri di kaca.
Reygan mengamati tingkah kekasihnya yang gila belanja itu. Tiba-tiba dia teringat kunjungan di butik yang sama beberapa hari lalu dengan Mama dan istrinya. Tanpa sadar ia mengingat kepolosan dan kebingungan Alisa akan tawaran mamanya, dan nampak dia tidak begitu tertarik dengan semua barang yang ada di toko ini.
"Bagus mana sih sayang? Aku bingung nih." Pertanyaan Carina membuyarkan lamunan Reygan.
Dilihatnya satu persatu tas yang diperagakan oleh kekasihnya itu.
"Yang ini aja." Ucap reygan sambil menunjuk salah saru tas yang mengganting di bagian lengan kekasihnya.
"Ih Sayang, padahal ini kan lebih kecil. Kalau yang ini gimana?"
"Bukannya yang kanan modelnya sama seperti tas yang kamu pakai sekarang?" Ujar Reygan
"Tapi kan beda motifnya. Tapi ini juga bagus. Boleh gak aku beli tiga-tiganya sayang?" Ujar Carina sambil bergelayut manja.
Reygan sudah hafal betul dengan tingkah kekasihnya ini. Cinta itu buta, iya bener, seperti Reygan saat ini yang terlalu mencintai Carina sehingga tidak dapat menolak semua permintaan kekasihnya itu.
Setelah membayar semua belanjaan Carina, Reygan membawa kekasihnya ke sebuah restauran privat nan mewah di dalam mall miliknya.
Carina terpesona oleh ruangan yang telah didekor kekasihnya dengan sedemikian rupa indahnya. Reygan, pria dingin itu menyimpan sisi romantisnya rapat-rapat, dan hanya menggunakannya untuk orang terkasihnya.
"Bagus banget sayang, aku suka sekali kejutannya." Ucap Carina mengambil buket bunga super besar yang terletak di meja. Mawar merah, bunga kesukaan kekasihnya. Dan tak lama kemudian ia mengecup bibir kekasihnya yang lama kelamaan menjadi lumatan yang menuntut.
Reygan yang sudah mulai tertantang dengan lumatan dibibirnya memilih untuk mengakhiri ciuman panas mereka di tempat umum, dan tentu saja hal tersebut disambut kecewa oleh kekasihnya.
"Sayang, sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Reygan saat nafasnya sudah teratur
Carina yang sedikit cemberut akibat ciumannya terputus itupun langsung menampakkan wajah sumringahnya. Apakah Reygan akan melamarnya?
"Kamu tahu kan, aku sangat amat mencintai kamu. Gak ada yang bisa menggantikanmu di hatiku." Ujar Reygan diplomatis. "Aku… aku bingung harus bagaimana mengatakannya. Tapi aku merasa kamu harus mengetahuinya. Dan aku janji hal ini tidak akan mempengaruhi hubungan kita."
Carina yang semula mengembangkan senyum, kini harus menekuk dahinya. "Apa maksud kamu sayang?"
Reygan menghela nafasnya, menenangkan dirinya sebelum akhirnya ia menceritakan pernikahannya dengan Alisa.
Carina yang mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh kekasihnya itupun terkejut bukan main. Ia langsung berdiri dan berlari keluar ruangan meninggalkan Reygan.
***
"Trimakasih bang." Ucap Alisa pada ojol yang mengantarnya pulang. Ia terpakasa menggunakan jasa ojol setelah turun dari halte bus. Gak sanggup jika harus berjalan jauh sendirian di tempat yang sepi menuju rumah Reygan yang letaknya premium namun terpencil menurut Alisa karena letak antar rumah berjauhan dipisah oleh taman-taman dan jauh dari peradaban.
Dilihatnya mobil suaminya itu terparkir asal di carport. Tanpa pikir panjang lagi ia langsung memasuki rumah, saat melewati meja makan, ia melihat masakannya utuh tidak terjamah sama sekali. Akhirnya ia meletakkan tas di kursi, mencuci tangan dan mulai menghangatkan masakannya tadi siang, dan kemudian memakannya dengan lahap sampai habis.
"Apa dia sudah makan?" Pikirnya.
Selasai makan dan membersihkan semua piring yang ada, Alisa beranjak menuju kamarnya.
***
Pagi ini Reygan terpaksa harus membuka matanya yang masih mengantuk karena mendengar ketukan di pintu kamarnya. Dengan enggan ia mulai beranjak dari ranjang dan membuka pintu dengan tatapan marah. Dibukanya pintu kamar yang langsung menyuguhkan pemandangan istrinya yang tersenyum.
"Mas Rey, sarapan sudah siap. Dan ini sudah pukul 7, bukankah mas Rey ada kelas jam 8 nanti?" Ujar gadis itu.
"Berhentilah berlagak seperti istri yang baik. Mulai sekarang jangan campuri hidupku. Kamu cukup tinggal di sini tanpa memperdulikan siapapun di rumah ini, dan jangan sekali-sekali kamu bertigkah seperti ini lagi." Ucapnya dingin sambil menutup pintu tepat dihadapan Alisa.
Alisa tak dapat mengatupkan bibirnya setelah mendapat perlakuan seperti itu dari suaminya.
"Astaga, kenapa ada orang seperti itu sih? Hidupnya Ada masalah sih sebenernya? Sabar, sabar Lis." Ucap Alisa lirih sambil memejamkan mata dan mengelus dadanya.
Setelah dirasa emosinya stabil, Alisa malah menampilkan senyumannya
"Eh bukannya malah enak yah? Itu artinya gue gak harus ngurus suami donk." Kekehnya pelan sambil berlalu meninggalkan kamar suaminya yang tertutup rapat menuju meja makan.
Sementara itu, Reygan yang berada di kamar bertindak panik dan melakukan semuanya dengan cepat. Bagaimana tidak, satu jam lagi ia sudah harus memulai kelas. Keadaan mengenaskan saat ditinggal kekasihnya semalam membuatnya merutuki diri sendiri hingga subuh, dan berakhir ketiduran dan bangun kesiangan. "Untung ada Alisa" pikirnya.
Setelah dirasa semua sudah rapi, dosen dingin itu segera keluar dari kamar menuruni anak tangga. Dan betapa terkejutnya dia ada sekotak bento yang terbungkus tas kain sudah disiapkan Alisa untuk dibawanya. Tanpa pikir panjang lagi ia membawa kotak bento itu dan segera melajukan mobilnya.
Tak jauh dari gerbang clusternya, Reygan mulai melambatkan mobilnya karena ia menangkap sosok yang dikenalnya sedang berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Gadis itu berjalan menggunakan headset di kepalanya dengan sesekali menggoyangkan kepalanya mengikuti alunan musik yang didengarnya.
Reygan berdebat dengan dirinya sendiri apakah ia harus memberikan istrinya itu tumpangan. Namun, sisi buruknya kali ini yang menang. Reygan mulai mengegas penuh mobilnya, dan melaju meninggalkan gadis itu.
Alisa, yang merasa terkejut saat ada mobil dengan berkecepatan tinggi baru saja melewatinya. Dilihatnya itu mobil suaminya. "Cih! bahkan dia tidak punya hati, tawarin tumpangan kek walau cuma basa basi." Oceh Alisa sambil berdecak dan melanjutkan jalannya.
"Duh, sadar Lis, ngapain lo ngarepin sesuatu ama orang modelan begitu? Yang ada lo malah ngenes liat sikapnya." Lanjutnya ngedumel sendiri.
Drrrt drrrrt.. getaran ponselnya mengakhiri kekesalan Alisa saat melihat nama yang sedang memanggilnya saat ini. "Dimas" pekiknya riang.
Dan sepanjang perjalan hingga halte bus tak henti hentinya ia berbicara, tersenyum, tertawa lepas dengan kekasih yang lama dirindukannya itu.