Chereads / Kuhidup Dengan Siapa? / Chapter 37 - Gadis Berhati Malaikat

Chapter 37 - Gadis Berhati Malaikat

"Alisaaaa… akhirnya kamu pulang juga mengunjungi mama dan adikmu. Bagaimana kabar suami kayamu?" Mia, Ibu Alisa yang sedang menonton TV bertanya tanpa henti saat dilihatnya Alisa memasuki Rumah.

"Ma, apa mama gak penasaran dengan kabarku alih-alih bertanya kabar suami kayaku?" Jawab Alisa sedikut ketus.

Mia langsung menengok ke arah putrinya itu, "ada apa? Kamu lagi ada masalah dengan suamimu lalu kabur ke rumah?"

Alisa menghembuskan nafasnya keras mendengar penuturan mamanya yang bisa dibilang benar itu.

"Stop Ma, aku cuma ingin mengambil barang-barangku yang masih tertinggal."

"Oke, segeralah beberes, sebentar lagi adikmu pulang dan mari kita makan siang bersama." Ucap Mia yang tidak mendapat sahutan dari Alisa.

Alisa membuka pintu kamarnya, ia rebahkan tubuhnya di atas kasur besar miliknya, kewanitaannya masih terasa sakit dan tidak nyaman seharian ini, membuat gadis itu sedikit kesulitan berjalan. Sejenak ia menutup mata, namun peristiwa semalam masih terus saja menari-nari dalam ingatannya.

Air matanya kembali menetes. "Kenapa dia melakukan itu? Bukankah dia sangat membenciku? Ataukah ini maksud dia menyetujui pernikahan? Untuk melampiaskan nafsunya padaku?" Ujar Alisa lemah.

***

Reygan mengehentikan laju mobilnya saat ia sampai di depan gerbang pagar rumah Alisa. Ia sengaja memarkir mobilnya di samping gerbang. Kedatangannya ke sini hanya ingin memastikan keberadaan Alisa.

Dibukanya gerbang tinggi tanpa penjaga itu, lalu masuk menuju pintu utama yang letaknya sekitar 20 meter dari gerbang. Dilihatnya pintu itu terbuka lebar, namun mengurungkan niatnya bersuara mengabarkan kehadirannya, Reygan mendengar suara Alisa san Mamanya tanpa melihat sosok keduanya, dan sepertinya sedang tidak baik-baik saja.

"Please Lis, apa kamu gak kasihan sama adekmu? Dia cuma ingin laptop dan HP keluaran terbaru itu." Teriak Mia menekan Alisa.

Alisa mendengus kesal. "Ma, Coba lihat." lisa mengambil ponsel ditangan adiknya. "HP ini masih baru! Masih berfungsi dengan baik, gak ada cacat. Atas dasar apa aku harus membelikannya lagi? Dan laptop, aku akan meminjamkan laptopku."

"Ih kakak, itu uda out of date! Tau gak sih aku dibully temenku-temenku karena aku ga manpu beli barang seperti mereka. Aku dikeuarkan dari circle mereka tau." Sahut Alina gemas.

"What circle? Saat papa masih lemah di rumah sakit kamu masih mikirin circle toxicmu itu? Dengar Alina. Kalau mereka menganggapmu teman karena materi, seharusnya kamu yang membuang mereka! Mereka gak pantas disebut teman!" Tegas Alisa yang langsung dibantah oleh mamanya.

"Hei, atas dasar apa kamu mengatur hidup adikmu?! Apa sih susahnya kamu membelikan ponsel yang hargaya tak seberapa itu? Tinggal bilang ke suami kayamu apa susahnya? Dia pasti mengabulkan pemintaan istri tercintanya kan?"

"Ma, dia gak ada urusan dengan keinginan Alina. Dia bukan siapa-siapa yang haris memenuhi haya hidup kalian. Harusnya kita bersyukur sudah diberi kesempatan untuk bisa hidup serba berkecukupan seperti ini. Harusnya kita berterima kasih kepada keluarganya karena telah menyelamatkan kita yang akan jadi gelandangan. Bukannya malah menuntut sesuatu yang gak guna." Marah Alisa

Bu Mia hanya memutar mutar bola matanya mendengarkan ceramah anaknya. "oke kalau gitu mama besok main ke rumah bu Ambar, mungkin bu Ambar akan berbaik hati membantu mewujudkan keinginan adekmu. Bagi mereka uang segitu tidak ada apa-apanya Alisa."

"Apaa?? Cukup ma! Beri aku waktu. Aku akan berusaha untuk membelikan kemauan Alina." Ucapnya sambil lalu menaiki tangga.

Reygan yang yang masih menguping di balik pintu utama, sekelebat melihat bayangan Alisa menaiki tangga rumahnya. Ia memutuskna untuk kembali ke mobilnya.

Reygan termenung mecoba mencerna percakapan keluarga istrinya. Ternyata tidak masalah yang dihadapi Alisa lebih rumit dari yang ia pikirkan. Dengan mendengarkan percakapan mereka tadi cukup membuat Reygan yakin, dia bekerja keras juga untuk memebuhi tuntutan gaya hidup ibu dan adiknya yang masih belum bisa meninggalkan gaya hidup glamour mereka.

30 menit berlalu, Reygan memutuskan untuk kembali menuju pintu utama rumah Alisa yang masih terbuka. Kali ini ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam mengabarkan kehadirannya. Yang langsung disambut ramah oleh Mama Alisa.

"Hai Reygan, pasti mau jemput istri kamu ya?" Sambut mia menggema.

Alisa yang saat ini sedang mengemas barang-barangnya yang tertinggal terkejut mendengar mamanya menyebut nama Suaminya.

"Mas Reygan? Ada apa dia kemari?" Alisa langsung bergegas turun memastikan apakah suaminya benar-benar datang.

Seketika langkahnya berhenti dipijakan tangga saat melihat sosok suaminya itu berbincang dengan mamanya.

"Mas Reygan."

Merasa namanya dipanggil Reygan memutar kepalanya ke sumber suara, mata yang biasanya dingin itu kini menghangat menatap Alisa berdiri tak jauh darinya, namun ia mendapati Alisa yang aneh dengan cara berjalannya. Apa itu karena ulahnya semalam? Batin Reygan.

"Lis, ayo kita pulang. Apa Ada barang yang mau dibawa?" Ucap suaminya ramah.

Alisa hanya memaksakan senyumnya "tunggu sebentar, aku lanjutkan merapikan barang dulu ya."

***

Alisa memfokuskan matanya untuk melihat jalanan kota yang mulai padat di sore hari. Saat ini kehingan lagi-lagi terjadi di Mobil milik Reygan. Sesekali Reygan mengamati istri disampingnya lewat ekor matanya.

Mata gadis itu sendu, tidak memancarkan keceriaan seperti biasanya. Tatapannya kosong menyapu jalan. Sedangkan Reygan hanya terdiam dan semakin merasa bersalah saat melihat mata Alisa sedikit bengkak, mungkin karena terlalu banyak menangis, dan itu karena dirinya.

***

"Lis, kita harus bicara." Akhirnya Reygan membuka mulutnya saat mereka sudah sampai di rumah dan Alisa hendak menaiki tangga memasuki kamarnya.

"Aku mohon. Kita harus bicara sekarang." Lisa menangkap merasa bersalah di nada bicara Reygan, tidak terdengar angkuh dan ketus seperti biasanya. Lisa langsung membalikkan tubuhnya menatap Reygan dengan mata sayunya.

Lalu ia menuju sofa ruang tengah, mendudukkan dirinya di sana. Reygan yang semakin salah tingkahpun mengkuti Alisa dan duduk di sebelah istrinya itu.

"Maafkan aku, semalam, aku sudah menyentuh dan menyakitimu. Maafkan. Semua di luar kendaliku. Aku terpengaruh oleh obat atau entahlah, anggap saja aku mabuk." Ujarnya menjelaskan perbuatannya semalam.

Lisa hanya diam, dia tidak tahu harus bagaimana menyikapi suaminya ini.

"Aku mohon Lis, maafkan aku. Semalam Aku benar-benar di luar kendali. Dan sumpah, aku bukan lelaki seperti itu yang mudah melecehkan wanita."

"Aku.. aku pasti memaafkanmu mas, tapi tolong beri aku waktu untuk menyadari secara utuh kejadian semalam. Beri aku waktu menenangkan diri." Akhirnya, Alisa membuka suaranya walau lirih.

Reygan makin dibuatnya menyesal akan sikap Alisa yang seperti ini. Dia sudah siap jika Alisa meledakkan amarahnya. Ia sudah siap mendapat caci maki dari gadis ini, ia juga sudah siap akan tuntutan sang istri setelah ia menggaulinya semalam.

Namun, dengan mudah gadis itu memberikannya maaf.

"Aku marah, aku kecewa, aku sedih, aku kaget dan tak menyangka. Tapi, percuma bukan kalo aku hanya melampiaskan kekesalanku dengan berteriak-teriak marah atau memukulimu? Buat apa? Toh kelegaannya hanya terasa sesaat, setelah itu aku akan terbayang lagi dan marah lagi. Lebih baik aku mencoba berdamai dengan keaadan." Alisa mencurahkan isi hatinya, Seakan ia mengerti apa yang dipikirkan Reygan.

"Aku benar-benar minta maaf. Telah merebut milikmu yang paling berharga. Aku benar-benar diluar kendali. Aku.. siap bertanggung jawab.."

Lisa berusaha keras menahan tawanya namun gagal. "Mas, kamu itu kan suamiku, jadi jelas kamu yang bertanggung jawab kalo ulahmu semalam sampai membuahkan hasil."

Reygan mau tak mau tergelak mendengar penuturan dari gadis disampingnya. Dia sedikit terkesan dengan sikap Alisa yang menurutnya dapat berfikir lebih dewasa dan dapat mengendalikan emosinya dengan baik di usianya yang masih terbilang muda ini.

"Tapi tolong beri aku waktu, semalam terlalu mendadak untukku. aku akan mengobati keterkejutanku, kekecewaanku, kesedihanku saat ini agar tidak menjadi bom waktu. Aku mohon untuk saat ini kita tetap pada kehidupan kita masing-masing. Aku berharap Kita tetap mematuhi semua peraturan yang kita buat sebelum menikah."

Ucap gadis itu telak.

"Tapi…" ucap Reygan terbata.

"Jika kejadian semalam membuahkan hasil, aku akan tetap memberinya kebebasan untuk bertemu ayah kandungnya, dan aku tidak akan membatasi apapun hak dan kewajiban kalian. Tapi tetap kita akan menjalani kehidupan masing-masing sesuai dengan perjanjian awal kita."

Reygan tertegun mendengar pendapat dari istrinya. Tak dipungkiri ada sedikit rasa kecewa di dirinya.

Tapi, hey bukankan ini menguntungkan bagi Reygan. Alisa tidak menuntutnya yang tidak-tidak dengan salih bertanggung jawab. Jelas ini makin membuat Reygan semakin merasa bersalah.

"Aku benar-benar minta maaf Lis."

***