Chereads / Kuhidup Dengan Siapa? / Chapter 43 - Obat Penenang

Chapter 43 - Obat Penenang

"Rey!" Pagi-pagi Reygan sudah dikejutkan oleh suara mamanya yang menggema di ruang rawat inap. "Kamu kenapa Rey? Kemarin Alisa menelpon mama, dan mama baru dapat penerbangan pagi ini."

"Aku gak papa ma, cuma kecapean, telat makan."

"Tuh kan! Kamu kalo dibilangin bandel emang. Mama kan uda bilang jangan sampai telat makan."

"Mama" bu Ambar menoleh pada sumber suara yang memanggilnya.

"Sayang, kamu sudah makan?" Tanya bu Ambar pada menantu kesayangannya sambil memeluk kangen karena sudah beberapa minggu ini tidak bertemu karena beliau harus mengurus beberapa pekerjaannya di luar kota dan juga pengalihan balik nama perusahaan suaminya atas nama Reygan, anaka semata wayangnya yang sudah menikah.

"Belum ma, barusan Alisa dari kamar perawatan Papa." Ucap gadis itu tersenyum sambil membalas pelukan mertuanya.

"Oh ya bagaimana kabar Yohan?"

"Sementara masih belum sadar Ma pasca operasi kedua Ma, tapi kondisinya sudah stabil."

"Mama ingin menjenguk Yohan. Kamu temani Rey di sini dulu ya."

Alisa mengangguk sambil tersenyum menjawab ibu Mertuanya.

Sepeninggal Bu Ambar ia lalu melangkahkan kakinya mendekari Reygan.

"Mas Rey ingin sarapan sekarang?" Ucapnya sambil mendekatkan nampan berisi sarapan suaminya.

Reygan hanya mengangguk.

Alisa segera membuka semua penutup makanan dan dengan telaten ia memotong kecil semua lauk yang ada di nampan tersebut agar suaminya tidak kesulitan.

Reygan hanya memperhatikan kegiatan istrinya.

"Kenapa kamu melakukan ini?" Tanya Reygan tiba-tiba.

"Eh?" Alisa terkejut dan menghentikan aktivitasnya, sambil menatap suaminya, bingung dengan pertanyaan Reygan.

"Kenapa kamu melakukan hal yang tidak kuminta? Bersikap baik padahal kamu tau, kalau aku membencimu. Aku memperlakukanmu dengan buruk."

"Apa Mas Rey tidak nyaman dengan keberadaanku?"

Ucapnya kemudian.

"Ya!"

"Kalau begitu maaf, mulai detik ini aku tidak melakukannya lagi. Maaf aku sudah melewati batasan. Tapi perlu mas Rey tahu, aku melakukan ini karena aku sangat berterimakasih kepada mas Rey dan juga Mama Ambar karena telah menyelamatkan keterpurukan keluargaku."

Reygan tertegun mendengar jawaban lugas istrinya.

Bukan ini yang ingin didengar.

"Makanlah dengan nyaman.. aku akan menyusul Mama ambar ke ruangan Papa." Ucap gadis itu dengan ekspresi yang sulit ditebak.

***

Kriet… Alisa mencoba membuka pintu dengan perlahan, diintipnya sang suami sedang tertidur pulas dari celah pintu yang terbuka.

kemudian sambil melangkah masuk tanpa suara ke dalam kamar rawat inap Reygan.

Ia langsung menuju meja tempat ponselnya tertinggal. Jujur ia sakit hati dengan obrolan dengan Reygan pagi tadi. Sehingga ia memutuskan untuk segera pergi tanpa sadar ia meninggalkan ponselnya.

"Hah, akhirnya." Ia menatap suaminya yang sedang berbaring di Brangkar rumah sakit. "Aku cuma khawatir dan gak ada maksud apa-apa." Alisa bermonolog sambil menatap suaminya dari jauh.

"Tolong.." tiba-tiba Reygan merintih dan terusik dalam tidurnya.

Alisa refleks menghampiri suaminya. Namun tiba-tiba ia menghentikan langkahnya mengingat perhatiannya takut disalah artikan lagi oleh lelaki itu.

Tapi,, Reygan makin gelisah dan berkeringat akan mimpi buruknya. Sisi ketidaktegaan Alisapun menggugah gadis itu untuk segera mendekati suaminya. Digenggamnya tangan suaminya, sedangkan satu tangan lagi mengelap peluh di kening Reygan sambil menyuarakan suara shh ssh agar suaminya kembali tenang.

Saat dirasa Reygan sudah kembali tenang dalam tidurnya, Alisa mencoba untuk melepaskan genggaman tangannya. Seketika itu mata Reygan terbuka lebar.

'Matilah kau Lis' batin Alisa.

"Ma.. maaf mas Rey, aku cuma…"

'Grep' belum selesai Alisa melanjutkan kalimatnya, Reygan menariknya dalam pelukan, mau tidak mau Alisa terjatuh di dalam pangkuan lelaki itu.

Sadar akan posisinya yang terlalu intim dan menindih suaminya, Alisa berusaha untuk bangkit dan perlahan melepaskan diri dari pelukan lelaki itu.

"Diamlah, biarkan aku memelukmu." Akhirnya Alisa menyerah dalam usahanya untuk melepaskan diri.

"Kenapa Mas Rey melakukan ini?"

"Ssssttt diamlah, temani aku di sini."

Jujur Alisa pusing dibuatnya. Padahal tadi pagi lelaki ini marah karena perhatiannya, namun malam ini dia kembali ditahan dengan posisi yang yah bisa dibilang sangat intim dan menyesakkan bagi Alisa.

Di sisi lain, Reygan juga bingung dengan perasaannya. Ia ingin sekali menjauhi gadis yang ada dalam pangkuan dan dekapannya. Namun, hatinya berkata lain, apalagi sentuhan gadis yang sah menjadi istrinya ini tanpa sadar sudah menjadi candu baginya, seakan Alisa adalah obat penenang yang sangat ia butuhkan saat sedang tidak baik-baik saja.

"Mas. Aku…."

"Ssst,, tidurlah. Aku tidak ingin penolakan saat ini."

Reygan kembali mengeratkan pelukannya pada Alisa yang kembali pasrah dan tidak menggerakkan lagi tubuhnya didekapan Reygan, hingga akhirnya ia tertidur di atas pangkuan suaminya.

Reygan merasakan nafas teratur gadis yang ada didekapannya. Ditundukkan wajahnya ke bawah untuk melihat wajah cantik sang istri yang terlihat samgat kelelaham dengan kantung mata yang sedikit kentara.

"Maafkan aku." Ucapnya tiba-tiba sambil merapikan anak rambut di kening istrinya.

"Cup" satu kecupan mendarat di bibir mungil gadis itu yang sudah menjadi candunya sejak malam dimana ia menyentuh Alisa. Lelaki itupun juga bingung dengan perasaan yang menghampirinya saat di dekat Alisa. Aroma tubuhnya, bibir mungilmya, tubuh hangatnya mampu menghipnotis Reygan untuk menyentuhnya. Sekeras apapun ia mencoba mengelak, makin dalam hasrat itu menggema dalam tubuh.

'Cobaan apa ini Tuhan? Aku bahkan membenci gadis ini. Tapi kenapa dia seolah bagai candu bagiku untuk terus ada di dekatnya?'.

Reygan mencoba untuk menata brangkar yang lumayan besar untuk satu orang. Ia membaringkan tubuh Alisa dan tubuhnya tanpa berbiat melepaskan pelukannya dari gadis itu. Ia mengamati dengkuran pelan sang istri yang menurutnya menggemaskan. Tak hanya itu, mata lelaki itu mulai menyusuri wajah cantik istrinya yang membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangannya pada yang lain.

Kembali ia kecup bibir mungil didepannya, melumatnya sedikit, dan seketika membuat gadis itu bergerak, membuka matanya dengan pelan dan masih dalam mode mengantuk melihat Reygan dengan jarak begitu dekat.

Didorongnya perlahan tubuh suaminya, namun tentu saja penolakan yang di dapat.

"Tidurlah. Biarkan tetap seperti ini." Ucap lelaki itu lembut membuat Alisa yang sangat mengantuk tidak dapat berfikir dan kembali memejamkan matanya, Reygan tersenyum tipis dan makin membawa tubuh hangat istrinya masuk ke dalam pelukannya.

'Nyaman dan hangat' gumam lelaki itu yang tak lama kemudian ikut memejamkan matanya, menyusul sang istri pergi ke Alam mimpi.