Sudah seminggu ini Alisa sendirian di rumah, entah kemana suaminya, iapun sudah terbiasa tidak memperdulikan lelaki itu. Toh dia hanya istri di atas kertasnya. Dan mungkin lebih baik jika seperti ini bukan? Daripada ia tidak nyaman dengan perubahan sifat Reygan yang tiba-tiba menghangat sejak menyentuh dirinya. Dan tak dipungkiri saat bertatap muka dengan suaminya itu, ia selalu terbayang oleh malam panas beberapa hari lalu yang membuatnya ingin segera pergi dari hadapan suaminya.
Namun, suara deru mobil sport membuyarkan lamunan Alisa, dilihatnya dari jendela kamar, suaminya itu keluar dari mobil dan memasuki rumah.
Alisa langsung mematikan lampu, mengunci kamarnya, dan bersiap untuk tidur mengingat ini susah pukul dua dini hari.
***
Seperti biasa, saat pagi Alisa sudah menyibukkan diri di dapur. saat akan mengambil kotak bekal, ia teringat akan apa yang dilihatnya kemarin saat kotak bekal suaminya berpindah tangan ke orang lain.
Alisa menghembuskan nafasnya berat "Gak apa deh, mending dikasih buat makan si Udin daripada makanannya mubadzir gak tersentuh sama sekali." Ucap lirih gadis itu dan mulai memasukkan nasi beserta lauk pauk dan sayurnya ke dalam kotak bekal.
Dilihatnya lantai atas dari tangga, tidak ada tanda-tanda suaminya menampakkan diri. Setelah memasukkan bento ke dalam tas kain, Alisa langsung menuju pintu keluar untuk berangkat ke kampus.
***
Waktu menunjukkan pukul satu siang, terlihat seorang lelaki masih betah berada di atas ranjangnya, namun wajah dan bibirnya terlihat pucat. Ia mengigau dalam tidurnya.
Reygan, lelaki itu tidak tidur dan tidak makan dengan teratur selama beberapa hari demi menyelesaikan final desain untuk sayembara desain diikutinya. Semalam ia merasakan pusing yang luar biasa di kepalanya yang menyebabkan lelaki itu undur diri dari apartemen Angga untuk beristirahat sejenak. Namun, hingga saat ini ia juga tak beranjak dari ranjangnya dan ia merasakan sakit yang luar biasa di kepala dan juga perutnya.
Lelaki itu mengeluarkan keringat dingin sambil sesekali merintih kesakitan. Saat matanya terbuka, ia berusaha mengambil ponselnya yang berdering berkali-kali di nakas. Namun usahanya sia-sia, tubuhnya terasa lemah dan sakit di perutnya kian terasa. Akhirnya dia menyerah dan hanya mengerang memegang perutnya.
***
Pukul 11 malam, Gadis itu menuruni motor ojol yang mengantarnya. Ia melihat mobil suaminya terparkir di carport lalu bergegas memasuk rumah sebelum ojol menjalankan motornya.
Dilihatnya tas kain yang berisi kotak bekal masih di posisinya semula saat ia meninggalkannya tadi pagi. Dibuka dan di lihatnya semua makanan masih utuh di dalamnya. Apa suaminya tidak ke kampus hari ini?
Dinaikinya tangga satu persatu, namun ia mendengar suara rintihan dan erangan yang sudah pasti mimik suaminya. Alisa bergegas mendekati pintu kamar Reygan, didengarnya rintihan kesakitan suaminya semakin jelas.
"Mas Rey, ada apa?" Alisa lalu mengetuk pintu, tidak ada jawaban, dan hanya terdengar erangan lirih suaminya. Tanpa pikir panjang ia menerobos masuk dan Alisa sangat terkejut dengan keadaan suaminya yang tergeletak di lantai.
"Mas Rey, kenapa?" Tanya gadis itu sambil mencoba mengangkat tubuh kekar suaminya yang tergeletak lemas di lantai sambil memegangi perutnya.
"Panas, mas Rey demam?" Gumam Alisa setelah merasakan panas menjalar di tubuhnya setelah memegang dahi Reygan. Diambilnya termoter di kotak obat di dekat tangga. Diukurnya suhu tubuh suaminya. Demamnya hanpir menyebtuh 40derajat.
Alisa mulai panik, sesaat kemudian ia mengatur nafasnya mencoba menenangkan diri agar bisa berfikir dengan baik. "Oke, pertama kita kompres dulu" ucap Alisa.
"Carinaaaa." Suaminya berguman sendiri sambil menahan tangan Alisa saat ia mulai beranjak mengambil air dan handuk kecil untuk mengompres suaminya. "Jangan tinggalkan aku. Sakit."
Alisa hanya bisa menghembuskan nafasnya berat. "Mas Rey, aku hanya ingin mengambil air untuk mengompres, aku akan kembali." Ucapnya berat. Biarlah suaminya itu menganggap dirinya orang lain. Yang dipikiran Alisa sekarang hanyalah menurunkan demam suaminya.
Handuk setengah basah itu mulai menyentuh kening Reygan yang masih bergumam tidak jelas. Alisa yang mengompres lembut suaminya kini memperhatikan seluruh pakaian Reygan basah oleh keringat. "Bagaimana ini? Jika dibiarkan berkeringat nanti mas dia makin menggigil. Tapi.." Alisa kebingungan sambil menggigit bibir bawahnya.
"Ah bodo lah, emergency ini." Batinnya sambil lalu mulai membuka satu persatu kancing kemeja Reygan sambil menatap ke arah lain. Setelah semua kancing terbuka, ia mulai menanggalkan kemeja yang dikenakan suaminya. Mengelap dan mengompres seluruh badan atas suaminya. Didengarnya suaminya teriak kesakitan saat ia hendak mengelap perutnya.
Alisa lalu menuju lemari obat lagi, mencari obat pereda nyeri dan penurun demam.
Gotcha, tak lama kemudian, ia kembali ke kamar suaminya, mencoba untuk mengangkat tubuh bagian atas suaminya hingga setengah duduk dan meminumkan perlahan obat sirup agar sakit dan demam suaminya sedikit mereda.
***
Alisa terbangung dari tidurnya saat mendengar bel rumahnya berdering. ia lalu merentangkan otot-ototnya yang kaki akibat tidur sambil duduk dan bersandar telungkup di sisi ranjang Reygan. "Udah pagi ternyata, ucapnya sambil mengumpulkan kembali nyawanya yang belum genap.
"Ting tong, ting tong." Bel itupun kembali dikagetkan "Apa itu mama Ambar?" Tanya gadis itu dalam hati. Dilihat tidur suaminya mulai terusik dan lelaki itu mulai merintih lagi memegangi perutnya. Dicek sebentar suhu dengan termometer yang ternyata meningkat lagi setelah beberapa jam lalu sempat turun.
Alisa akhirnya beranjak hendak membukakan pintu yang sendari tadi belnya berbunyi tanpa henti.
Dibukanya pintu besar itu, dan berapa terkejutnya ia melihat sosok yang ternyata bukan ibu mertuanya.
Angga, yang menemukan Alisa membuka pintu rumah sahabatnya itupun terkejut bukan main. "Alisa? Kamu Alisa kan mahasiswi angkatan ganjil?" Kedatangannya ke sini untuk melihat kondisi Reygan karena dari semalam lelaki itu tidak bisa dibubungi. Sekaligus ia membawa segala properti untuk menyelesaikan mega project mereka untuk sayembara. Namun, ia malah mendapat kejutan pagi-pagi dimana ia melihat Mahasiswi yang paling dibenci temannya itu membuka pintu dengan menggunakan pakaian tidur.
Alisa hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum khawatir. Ia menyesal karena tidak melihat dulu siapa tamunya dari balik tirai karena dengan pedenya ia mengira tamunya adalah bu Ambar.
"Kenapa kamu bisa ada di rumah Reygan sepagi ini?" Tanya Angga hati-hati.
"Aku.. aku.." Alisa bingung, bagaimana ia harus menjawab pertanyaan dosennya itu saat sudah kepalang basah terpergok pagi-pagi di rumah Lelaki.
"Ada Reygan di dalam?" Melihat gelagat Alisa yang kebingungan dan mencurigakan, Angga memutuskan untuk segera menemui Reygan untuk mendapatkan penjelasan dari temannya.
"Silahkan masuk pak, sebenarnya mas Rey, eh Pak Rey sakit, demamnya sangat tinggi dari semalam dan sampai sekarang belum sadar sepenuhnya."
Angga yang mendengar penjelasan Alisa langsung memasuk rumah dan menaiki tangga dengan cepat menuju kamar Reygan. Dihilangkannya dulu rasa penasaran akan Alisa. Sesampainya di kamar dihampiri temannya yang tidak berdaya di atas ranjang.
"Apa kita harus membawanya ke dokter? Sepertinya Mas Reygan sangat kesakitan dengan di bagian perutnya." Tanya Alisa ragu-ragu ke dosennya yang terkenal baik dan humoris ini, sangat berbeda dengan suaminya walau mereka berteman sangat dekat.
"Oke, kamu bisa bantu saya memapahnya menuruni tangga?" Tanya Angga yang dijawab anggukan oleh gadis itu.