"Aku bisa pulang sendiri Mas, eh iya aku harus ke kantor Papa juga buat antar titipannya." Alisa mencoba berkilah dan menolak secara halus saat Dimas bersikukuh untuk mengantarnya pulang. Bisa heboh dunia persilatan kalau mamanya tahu ia pulang bersama Dimas. Ya! Bahkan sampai saat ini Alisa belum jujur kepada Dimas kalau ia sudah menikah. Bukankah sebentar lagi Reygan akan menceraikannya? Apalagi Papanya sudah kembali memimpin perusahaan, Alisa hanya bersabar sedikit lagi sampai keuangan perusahaan Papanya stabil. Terkesan jahat? Iya, tapi itu sudah menjadi kesepakatan Alisa dan Reygan.
"Tapi ini udah malem Lis. Aku antar ke kantor Papamu kalo begitu."
"Maksih mas, nanti juga aku dianter Papa." Bohong gadis itu. "besok aja kita ketemu lagi ya di tempat biasa. Aku pergi dulu."
"Hati-hati Baby."
***
Waktu menunjukkan pukul 12 malam, namun belum terdengar suara gadis itu di rumah.
Reygan lelaki itu sendari tadi mondar-mandir dari lantai atas ke bawah, ke atas lagi, mencoba ke ruang baca, dan kembali ke kamarnya hanya untuk menunggu Istrinya pulang.
"Kemana sih dia jam segini belum pulang?" Ucapnya sedikit emosi.
Jujur ia masih merasakan marah saat ia melihat Alisa bercengkrama dengan laki-laki yang mungkin kekasihnya itu. Tiba-tiba hatinya terasa nyeri saat teringat Gadis itu memberikan senyum terbaiknya pada kekasihnya. Kalau di hadapan Reygan, boro boro tersenyum lepas dengan manisnya.
"Gue kenapa sih?" Lelaki itu mengusap wajahnya dengan kasar, bingung akan perasaan apa yang sedang menghampirinya. Tak lama ia memutuskan untuk turun dan mengambil minum dan kemudian memutuskan untuk menonton TV di bawah.
"Cklek" suara pintu yang terbuka membuat lamunan Reygan yang hanya berkedok melihat TV itupun buyar.
"Mas Rey belum tidur? Terdengar suara gadis yang sendari tadi dinantikannya.
Hening tidak ada jawaban.
Alisa melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil minum, namun saat ia membalikkan badannya menuju kamar, ia dikagetkan oleh sosok suaminya yang tiba-tiba berdiri dihadapannya.
"Mas Rey! Astaga bikin kaget banget."
"Dari mana aja kamu?"
"Dari kerja." Alisa memang tidak berbohong, ia memang barusaja dari resto tempatnya bekerja. Dan Dimas menunggunya selesai dengan pekerjaannya sebelum mereka menghabiskan waktu di resto hingga selarut ini.
"Bukannya pulang kerja jam 9? Dan kamu gak ada urusan lagi buat jaga Papa kan?" Alisa merasakan hawa-hawa mengerikan dari suaminya.
"Kemana aja tadi kamu sampai telat kelas? Dan kenapa gak ke ruangan seperti yang aku minta?"
'Oh my God Lis! Kenapa bisa lupa sih tadi dia nyuruh ke ruangan.' Alisa bergumam sambil memicingkan matanya dan menggigit bibirnya. Sungguh, situasi seperti inilah yang selalu ia ingin hindari saat bersama Reygan. Situasi yang mengerikan dan membingungkan. Jujur, Alisa merasa suaminya ini kurang bisa mengelola emosinya negatifnya dan juga tidak dapat mengkomunikasikan uneg-unegnya dengan baik. Jadi Alisa harus bisa berfikir memecahkan kode rumit yang sedang dimainkan suaminya. Salah sedikit bisa berabe urusannya.
'Apa aku jujur aja ya? Duh tapi gimana ngomongnya?' Batin Alisa.
"Jawab Lis!" Bentak Reygan kemudian yang makin memanas saat gadis itu terdiam menggigit bibir tanpa berani menatap matanya.
"Aku, tugasku tadi ketinggalan, jadi aku pulang dulu ambil. Dan ternyata waktu balik ke kampus jalan macet, jadi terlambat. Dan maaf aku ada urusan tadi dan lupa kasih kabar kalau belum bisa menemui mas Rey di ruangan."
Reygan hanya menampilkan senyum mengejeknya.
"Oya? Urusan apa? Urusan mesra-mesraan di taman kampus?" Desis Reygan memojokkan dan mengurung tubuh Alisa menempel pada lemari Es.
Pasrah sudah, suaminya melihatnya di taman bersama Dimas.
"Ya! Aku menemui Dimas yang tiba-tiba datang ke kampus. Apa ada yang salah?." Ucapnya final sambil menatap mata suaminya yang terpancar kilat amarah.
"Ada yang salah? Kamu tanya ada yang salah? Kamu sudah menikah dan berani menemui dan bermesraan dengan kekasihmu?"
Perkataan Reygan berhasil membuat Alisa melongo?
"Ha? Maaf mas Rey, bukankah perjanjian awal kita sebelum menikah tidak mencampuri kehidupan pribadi masing-masing? Mas Rey masih ingat kan kita menikah hanya berlandaskn sebuah perjanjian. Dan bukankah itu atas keinginan mas? Selama ini aku sudah menepati janjiku untuk tidak mencampuri urusan pribadi mas Rey. Dan aku sama sekali tidak keberatan Mas masih menjalin hubungan dengan kekasih Mas. Kenapa sekarang mas Rey menyalahkanku jika aku masih berhubungan dengan kekasihku?"
Alisa berharap kejujuran dan keberaniannya itu akan meredam kemarahan suaminya, namun apa yang ia dapat? Reygan makin panas saat mengingat perjanjian yang ia buat dahulu, ia terperangkap pada keadaan, kini ia mulai menyadari perasaannya, Alisa lambat laun telah mengisi hatinya. Reygan kini baru menyadari bahwa amarahnya disebabkan oleh rasa cemburu, tapi alih-alih ia meminta maaf, ia malah melampiskan semua cemburu dan amarahnya pada Alisa dengan mencium gadis itu dengan brutal dan kasar.
Alisa yang mendapat serangan tiba-tiba itu mencoba berontak dari kungkungan suaminya yang sedang dikuasai amarah. Berkali kali ia memukul dada bidang suaminya, namun Reygan makin menggilakan aksinya yang mulai membuka kemeja gadis itu dengan paksa hingga beberapa kancingnya berhamburan. Amarah dan nafsu melihat dada Alisa yang hanya terbungkus bra, lelaki itu mulai menurunkan bibirnya untuk mencium bagian sensitif gadis itu dibalik branya.
"Mas Rey, tolong jangan begini, aku mohon hentikan mas Rey!" Teriak Alisa sambil terus mendorong suaminya menjauh dari tubuhnya.
"Kamu milikku! Ingat itu!"
Reygan tetap melanjutkan aksinya yang kini sudah dikuasai nafsu. Ia mencoba untuk merangsang titik titik-titik sensitif istrinya dengan paksa. Dikulumnya kembali bibir Alisa dengan tangan yang mulai bermain di paha bagian dalam gadis itu yang masih terbalut legging.
Isakan Alisa makin terdengar disela-sela ciuman kasar suaminya. Air matapun sudah berjatuhan dan memabasahi pipi Reygan yang menempel pada wajah gadis itu.
Tangisan Alisa berhasil menyadarkan Reygan. Lelaki itu tiba-tiba menghentikan ciumannya. Menutup mata dan menetralkan nafasnya yang menburu akibat kekurangan oksigen saat mencium kasar istrinya.
Gak menyiakan kesempatan ini, Alisa langsung mendorong kasar tubuh suaminya. Ia berlari melepaskan diri, namun sampai di tangga ia menoleh kembali pada suaminya. Ditatapnya tajam mata suaminya, Kilat amarah terpancar jelas dari mata gadis itu
"Aku benci mas Rey! Aku benci wanitamu yang sudah merendahkanku." Alisa sudah berada pada ambang batas kesabarannya, ia hanya ingin melampiaskan semua kekesalaj yang ia rasakan sambil berlalu menuju kamarnya.
"Reygan terpaku mendengar pernyataan istrinya. Tunggu! Carina? Merendahkannya? Kapan? Reygan mencium sesuatu yang tidak beres dari perkataan Alisa. Tapi yang ia rasakan saat ini adalah penyesalan atas perlakuannya barusan terhadap istrinya. Perlakuan yang mungkin sangat amat melukai hati dan martabat gadis itu.
"Kenapa lo lepas kontrol Rey?" Ucapnya sendu