Reygan berusaha fokus untuk menyelesaikan presentasi untuk bahan ajarnya besok pagi. Tapi konsentrasinya terpecah dan malah fokus pada sisi lain Carina yang baru diketahuinya saat melihat CCTV teras rumahnya.
Ia mengambil gelas disampingnya dan meminumnya, berusaha untuk mengembalikan lagi fokusnya. Kosong, saat Reygan akan meneguk isinya. Dilihatnya teko kaca juga kosong.
Mau tidak mau ia harus turun mengisi kembali tekonya di dispenser yang ada di dapur bersih dan ruang makan yang tergabung menjadi satu.
Dengan tidak semangat ia menuruni tangga. Dilihatnya jam dinding menunjukkan hampir tengah malam. Tetiba ia teringat bahwa istrinya belum pulang.
Tak lama kemudian terdenganr deru mobil dan berhenti di depan rumahnya. Dan muncullah sosok cantik Alisa dan juga Mamanya memasuki rumah.
"Rey! Kamu belim tidur? Pasti nungguin Istri kamu. Maaf ya, Mama pinjam dia sebentar tadi." Bu Ambar langsung berjalan menuju anak semata wayangnya dan memberikan Reygan pelukan singkat.
"Iya Ma, maaf Rey gak bisa ikutan tadi, ini aja kerjaan belum beres."
"Mama mau minum apa?" Tanya Alisa yang sudah ada di dapur.
"Tidak usah sayang, nanti mama bisa ambil sendiri. Oh iya, ini udah malem banget, gimana kalo mama nginep di rumah kalian?"
Pernyataan bu Ambar barusan sangat membuat suami istri itu terkejut dan saling bertatapan satu sama lain.
"Boleh aja sih Ma, tapi apa Mama bawa baju? Masa mama mau tidur pake baju pesta begitu apa nyaman? Dan baju Alisa kekecilan juga kayaknya buat Mama" jawab Reygan.
"Mama kan selalu bawa koper kecil di bagasi mobil buat cadangan kalau-kalau terpaksa gak pulang. Jadi aman."
Reygan tidak dapat membantah lagi keinginan mamanya. Apalagi Alisa yang dari tadi cuma diam.
"Oelah kalo gitu mama bisa pakai kamar tamu di bawah" jawab Reygan pasrah sambil menunjuk pintu salah satu kamar.
"Em, aku kasih tau Pak Amar dulu mah untuk memasukkan barang mama ke dalam rumah." Alisa langsung keluar menuju pak Amar untuk menyiapkan koper dan keperluan bu Ambar dan membawanya masuk.
Setelah Alisa membersihkan singkat kamar tamu dan Bu Ambar sudah bersiap untuk tidur, iapun langsung pamit dan berjalan menuju tangga untuk naik ke kamarnya.
Betapa terkejutnya ia saat Reygan menarik lengannya untuk masuk ke dalam ruang baca yang berada di lantai mezanine di atara tangga lantai 1 menuju lantai 2. Sepertinya lelaki itu menunggu Alisa.
"Sstt… malam ini kamu tidur di kamarku." Ucapnya tegas dan sedikit memerintah.
"Ha?" Alisa berusa melepaskan cengkeraman Reygan di lengannya.
"Aku gak mau mama tahu kalau kita selama ini tidur di kamar yang berbeda." Ucapnya lagi.
Alisa tetap tak bergeming.
"Please Lisa!" Reygan langsung menarik tangan Alisa menaiki tangga menuju kamarnya.
Alisa hanya bisa menghembuskan nafasnya berat saat mereka sudah berada di dalam kamar Reygan.
Hal itu tentusaja menyita perhatian suaminya untuk melihat ke arah Alisa.
Cantik, manis, dan aroma tubuh yang memabukkan, belum lagi bagian bahu dan leher putih nan jenjang Alisa yang terekspose dan sangat kontras dengan warna dressnya sontak membuat hasrat Reygan kembali muncul. Reygan kembali mengingat pernah mengukir tanda kepemilikan di leher dan juga bahu gadis itu saat malam panas dimana ia memaksa Alisa untuk meredakan nafsunya dari pengaruh obat perangsang.
"Glek." Reygan menelan kasar ludahnya saat ia menatap bibir ombre cherry yang terlihat basah karena lipgloss yang belum sepenuhnya hilang terlihat semakin menggoda.
"Mandi dan tidurlah." Ucapnya pelan.
"Aku ambil baju dulu di kamar." Jawab Alisa tanpa ekspresi.
"Ambil saja bajuku dan pakai."
"Tapi…"
"Aku tahu tujuan Mama menginap di sini buat mata-matain kita. Dan aku yakin saat ini mama menunggu timing yang tepat untuk naik mengawasi kita. Dan menurutmu apa yang akan terjadj jika tiba-tiba mama memergoki kamu ambil baju di kamar lain?"
Alisa lagi-lagi menghembuskan nafasnya berat. Ia terlalu malas untuk berdebat dengan suaminya, apalagi tubuhnya terasa lelah dan terasa sesak karena balutan dress yang menekan tubuhnya.
Ia memutuskan langsung menuju ruangan berisi lemari baju untuk mengambil baju suaminya, dan dengan cepat berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar.
"Kenapa gak bisa dibuka sih?" Ucap gadis itu frustasi setelah mencoba beberapa kali membuka resleting gaun yang sangat kaku dan susah dibuka di punggungnya. Ia mencoba berbagai macam cara, melepaskan lengan sabrinanya, lalu memutarnya, tapi tidak semudah seperti apa yang ia bayangkan. Gaun itu benar-benar seperti mengikat tubuh atas pinggangnya tanpa celah.
"Gimana ini?" Ucapnya pasrah.
Karena sudah terlalu lelah dan tangannya sakit karena sempat salah posisi saat membuka paksa gaunnya dengan kekuatan penuh yang ia punya. Akhirnya gadis itu menyerah keluar dari kamar mandi dan memberanikan diri menghampiri Reygan yang berada di meja kerjanya dengan mata dan tangan fokus mengetik di laptop.
"Mas Rey.."
Reygan terkejut saat ia menyadari Alisa berdiri di samping kursinya.
"Aku boleh minta tolong?"
"Hem?"
"Gaunku, susah sekalidi buka." Ucap gadis itu pada akhirnya memberanikan diri."
"Lalu?"
"Apa mas Rey mau bantu bukain?"
"Hah?"
"Maksudku, Resletingnya susah banget dibuka, tanganku gak sampai. Apa mas Rey bersedia bantu?"
"Balik badanmu." Tanpa berkata apa-apa lagi Alisa langsung membalikkan badan yang membuat punggung mulusnya terekspose
'Godaan apa lagi ini Rey." Batin Reygan yang mulai berfantasi liar melihat punggung Alisa. Bukan resleting yang disentuh pertama kali oleh lelaki itu, melainkan punggung mulus Alisa yang seketika membut gadis itu sedikit memekik karena merasakan geli saat tangan Reygan mulai menyentuhnya.
"Mas Rey, Resletingnya agak ke bawah." Suara Alisa mengagetkan Reygan. Ucapan polos gadis itu yang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya terdengar sangat menggoda di telinga Reygan.
'Sadarkan dirimu Rey.' Reygan kembali bergumam sambil berusaha untuk mengambil kesadarannya kembali dengan menarik resleting itu ke bawah.
Punggung putih mulus itu semakin terekspos dan menantang, tapi tak lma kemudin, gadis ith memvakikkan badannya, menekan bagian dada dari gaunnya agar tidak terjatuh dan berteriak terimakasih sambil berlari menuju kamar mandi.
Reygan langsung menyambar gelas berisi air outih di mejanya dan mencoba menyibukkan diri pada pekerjaannya.
Hampir satu jam berlalu Alisa akhirnya keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos Reygan yang sangat kebesaran hingga menjuntai di atas lututnya. Ia terpaksa tidak menggunakan bra karena branya yang kotor dipakai seharian, oleh karen itu ia memilih kaos berwarna hitam motif dengan harapan dapat menyamarkan apa yang ada di baliknya agar tidak begitu terlihat di kamar Reygan yang sedikit remang. Dan sebagai ganti celana dalamnya ia memakai boxer Reygan dan melipat dibagian pinggangnya agar tidak kedodoran.
Sedangkan rambut gadis itu terbungkus handuk.
Melihat Penampilan Alisa yang dengan kaus kedodoran di atas lutut kaki jenjangnya dan sedikit boxer hitam dan juga harum sabun shampoo membuat kejantanan Reygan makin menegang di balik meja kerjanya.
'Sial! Harusnya biarkan tadi dia mengambil bajunya dulu di kamar.' Gumam Reygan sambil memijat lembut kepalanya yang makin terasa pening karena hasratnya belum tersalurkan.
"Tidurlah di ranjang. Aku ke kamar mandi dulu."
Alisa langsung merebahkan dirinya di ranjang king size milik suaminya, melepas handuk di kepalanya, dan masuk ke dalam selimut dengan posisi memuggungi sisi lain dari ranjang suaminya.
Tak lama kemudian gadis itu sudah damai berada di alam mimpi.
Sedangkan Reygan, yang kepalanya sudah sangat pusing terbakar hasrat dan nafsunya yang tidak bisa tersalurkan, sedang bersolo karir di dalam kamar mandi untuk meredakan kejantanannya di bawah yang sudah sangat keras dan membuatnya tidak dapat berfikir dengan sehat.