Pagi menjelang Alisa mulai bergerak dari tidur nyenyaknya. Saat akan berpindah posisi, ia merasakan sesuatu melingkari pinggangnya dan saat behasil berbalik dari posisi sebelumnya, wajah dan beberapa bagian tubuhnya menabrak sesuatu yang keras namun lembut. Sontak ia kaget, saat membuka matanya sudah terpampang tubuh kekar suaminya berada disamping gadis itu. Ia teringat kalau semalam dia tidur di kamar lelaki itu bu Ambar menginap di rumah Reygan.
Dengan perlahan ia mengangkat tangan suaminya yang masih terditur pulas.
"Aaaak." Teriak gadis itu pelan saat usahanya bangkit dari ranjang harus gagal karena tiba-tiba tangan kekar itu menarinya dan makin erat memeluk tubuh langsing itu.
Reygan yang berhasil mendekap kembali tubuh istrinya itu kemudian mengunci kaki gadis itu dengan kakinya agar menghentikan pergerakan perlawananannya. Tak lama lelaki itu membuka mata Almondnya yang tajam, memandang istrinya yang juga sedang memandangnya tanpa ekspresi.
"Maafkan aku." Ucapnya kemudian sambil mencium pucuk kepala istrinya.
Alisa terdiam tidak mengerti arah pembicaraan suaminya.
"Maafkan aku atas semua perlakuanku dan ucapan kasarku."
Alisa mendongakkan kepalanya yang terbenam di dada Reygan untuk melihat wajah suaminya.
Ada keseriusan dari ekspresi lelaki itu yang membuatnya tak berkutik dan terdiam.
"Apa kamu bersedia memaafkanku dan juga Carina? Aku sadar perlakuan kami sangat keterlaluan." Alisa menangkap ketulusan dari suaminya. Perlahan ia mengangguk dan langsung disambut kecupan hangat oleh lelaki itu yang membuat Alisa terkejut dan membelalakkan matanya.
Hal itu membuat Reygan tersenyum lembut dan manis karena ekspresi gemas yang ditampilkan istrinya karena kaget oleh kecupannya.
"Terimakasih." Ucap lelaki itu sambil memeluk kembali istrinya. "Aku janji akan berusaha tidak menyakitimu lagi."
Alisa benar-benar terkejut dengan perlakuan Reygan yang sangat lembut dari semalam. Apakah ia benar-benar mengecek CCTV mall dan mengetahui keributan yang disebabkan kekasihnya?
"Aku, aku tidak masalah mas Rey berhubungan dengan kekasihmu. Aku tidak sakit hati ataupun cemburu karena aku sadar penuh seperti apa pernikahan kita. Aku tidak….."
Ucapan Alisa langsung terpotong saat lelaki itu mencium bibirnya. Semakin lama semakin dalam dan menuntut. Reygan merasakan tubuhnya menegang saat dada gadis itu yang tidak terbungkus bra di dalam kaos miliknya menempel intim di dadanya membuat lelaki itu merubah posisinya di atas, mengurung Alisa tanpa menindih tubuhnya. Semakin lama semakin ia enggan melepaskan bibir manis itu dan makin membuat hasratnya kian membara.
"Bernafaslah Alisa." Reygan terpaksa melepaskan ciumannya ketika gadis itu memukuli dadanya sedikit kerasa dn nafasnya yang tiba-tiba berhenti.
"Haahhh.. haaahhh haaahh." Dengan rakus Alisa menghirup semua oksigen di udara, ia berusaha menetralkan kembali nafasnya yang memburu. Dada naik turun yang tepat di bawah Reygan itupun bergerak mengikuti ritme nafasnya yang dalam membuat Reygan makin ingin menerkamnya.
Setelah dirasa nafas gadis itu sudah normal. Reygan kembali menyerang bibir manis gadis itu yang selali membuatnya ketagihan.
"Balaslah sayang." Ucap lelaki itu yang ingin Alisa merespon ciumannya. Karena selama ini gadis itu selalu diam dan cenderung menolak ciumanan dan kontak fisik darinya. Dilihatnya alisa membuang muka merahnya malu-malunya ke arah samping.
"Apa kamu belum pernah berciuman sebelum denganku?" Pertanyaan Reygan kembali membuat gadis itu terkejut dan kembali menoleh menatap wajah suami yang sedang berada di atas wajahnya.
Deru nafas Reygan yang hangat menyapu wajah Alisa dari jarak yang sangat dekat membuat gadis yang baru bangun tidur itu sedikit meremang kehilangan akal sehatnya, tak lama ia menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan suaminya.
"Bahkan dengan kekasihmu itu?"
"Dia bukan lelaki seperti itu." Jawab Alisa cepat dengan sedikit perubahan pada wajahnya.
"Jangan pernah kamu melakukannya dengan siapapun. Bahkan Aku sangat marah saat melihat kamu bergandengan dan berpelukan dengan pria itu kemarin."
"Tapi…"
"Aku…. Sepertinya menyukaimu."
"Haaah?!" Alisa terkejut dengan pernyataan Reygan barusan
"Kasih aku waktu buat memperjelas perasaanku padamu. Jujur selama ini aku hamya mencintai Carina, ia wanita pertama yang mengisi hatiku. Tapi sejak makin mengenalmu, tanpa sadar ada sedikit celah dari hatiku yang mempersilahkan kamu mengisinya. Dan entah sejak kapan perasaan itu hadir, aku selalu ingin di dekatmu. Aku ingin memilikimu, aku marah saat melihatmu bersama kekasihmu. Tapi aku masih mencintai Carina." Jujur lelaki itu.
Sekali lagi Alisa sangat terkejut dengan pernyataan suaminya. "Tapi akuu.."
"Aku tau kamu tidak menyukaiku, apalagi mencintaiku." Ujar Reygan "tapi kamu adalah istri sahku. Aku berharap kamu memberiku kesempatan untuk memperjelas perasaanku. Dan ijinkan aku menyukaimu seperti ini."
Tanpa ingin mendengar apapun dari bibir Alisa yang sudah terbuka akan melayangkan protesnya, Reygan kembali melahap bibir mungil candunya itu dengan lembut dan sepenuh hati seolah mengungkapkan perasaannya pada gadis itu.
Baru pagi ini Alisa merasakan ciuman suaminya tang sangat lembut dan terasa memabukkan. Tanpa sadar ia mulai menikmatinya.
Mendapat respon positif dari Istri di bawahnya, Reygan mulai bergerilya memasukkan tangan kekarnya ke dalam kaos kedodoran yang dikenakan Alisa diusapnya lembut perut rata gadis itu. Semakin lama semakin naik ke dada gadis itu yang tidak terhalang oleh bra karena gadis itu tidak diijinkan untuk mengambil pakaian di kamarnya semalam karena takut tiba-tiba ketahuan bu Ambar yang sedang menginap. Bisa habis dia dapat ceramah dari mamanya jika tahu ia tidak sekamar dengan istrinya.
"Aah.." Alisa meloloskan desahan pertamanya saat lelaki itu turun mencium leher jenjangnya meninggalkan jejak kemerahan di sana, sedangkan tangannya masih betah memainkan pucuk dada Alisa dengan lembut dan membuat gadis yang baru bangun tidur dan masih syok dengan pengakuannya tadi ikut menikmati permainannya pagi ini tanpa perlawanan seperti sebelum-sebelumnya.
"Nikmatilah Lis." Ucap lelaki itu sambil mengangkat kaosnya yang dikenakan Alisa hingga dada gadis itu menyembul keluar.
"Mash Rey." Alisa sedikit mendorong suaminya dan menutup dadanya yang terpampang nyata dari mata suaminya yang menatap dadanya dengan buas. Namun Reygan segera menyingkirkan tangan kecil yang menghalangi kesenangannya itu. Dikuncinya kedua tangan Alisa di atas kepala gadis itu dengan satu tangan kekarnya. Tak menyiakan kesempatan, Reygan langsung melumat lembut pucuk dada Alisa secara bergantian. Desiran Aneh melanda tubuh Alisa. Darahnya seakan panas mendapat perlakuan yang sangat berbeda dari suaminya. Alisa tanpa sadar sudah terhanyut dalam permainan dan sentuhan suaminya yang memabukkan.
Belum puas bermain di dada istrinya, lelaki itu melepaskan cekalan tangannya di atas kepala Alisa dan menurunkan tangannya tersebut untuk menyentuh inti dari gadis itu di bagian bawah tubuhnya yang masih terbungkus oleh boxer miliknya. Basah.
Alisa dengan keras berusaha menahan desahannya saat Reygan mulai memasukkan dan melesakkan jarinya mengelus kewanitaannya sekaligus memainkan pucuk dada gadis itu dengan lidahnya.
Sedangkan Reygan yang melihat Istrinya menggigit bibir bawah untuk menahan desahannya lolos selalu tampak sensual di mata Reygan.
Lelaki itu lalu memindahkan bibirnya dari dada gadis itu untuk mencium kembali bibir istrinya.
"Jangan digigit bibirnya sayang." Bisik Reygan ditelinga Alisa sebelum ia kembali menikmati bibir istrinya. Sedangkan saru jarinya berhasil mengelus perlahan klitoris gadis itu di bawah sana, yangseketika membuat gadis dibawahnya menggelinjang dan mencengkeram lengan kekarnya.
"Ahh, mash Rey. Aku tolong akuh." Gadis itu mulai merancau tidak jelas saat Reygan makin meningkatkan ritme jarinya di bagian bawah gadis itu yang terasa semakin basah dan tanpa sadar gadis itu menekuk lututnya dan melebarkan pahanya makin mempermudah akses tangan Reygan untuk bermain di bawah.
"Nikmatilah sayang, aku menyukaimu. Aku menginginkanmu." Jawab Reygan yang kembali bermain di area bawah istrinya dan mulai melumat dengan ganas dada istrinya.
Tok tok tok.
"Rey, Lisa! Kalian sudah bangun?"