Sepekan sudah Alisa menjalani hari-harinya sebagai istri di atas kertas dosen tampan nan dingin. Ini adalah hari terakhirnya tinggal di rumah bu Ambar, setelah ini suami istri itu akan pindah ke rumah milik Reygan yang didapatnya dari jerih payah selama ini menjadi Dosen.
"Lisa sayang, kamu harus sering mengunjungi Mama ya." Bu Ambar memeluk Lisa tak ingin melepas menantu kesayangannya itu.
"Mama pasti kesepian banget Rey, kenapa sih kalian harus pindah?" Lanjut bu Ambar.
"Ma, kita pengen hidup mandiri, lagian kan jarak rumah Reygan cuma sejam mah dari sini." Lanjur Reygan.
"Nanti kami akan sering mengunjungi mama. Mama ga perlu khawatir ya." Balas Alisa sambil kembali memeluk bu Ambar.
Tak dipungkiri Alisa juga merasa sangat sedih berpisah dengan mertuanya.
Sepekan ini ia merasakan kasih sayang luar biasa dari seorang ibu yang selama ini tidak pernah dia dapatkan walau sang ibu masih ada.
"Oke, kami berangkat dulu ma." Reygan menyela drama ibu anak yang masih berlanjut antara mama dan istrinya.
Alisa melepas perlahan pelukannya pada bu Ambar dan mengikuti suaminya memasuki mobil. Tak lama kemudian mobil sport hitam itupun meninggalkan pelataran rumah bu Ambar.
Hening, itulah keadaan di mobil yang berisikan sepasang suami istri tersebut. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Alisa memilih untuk melihat jalanan sesekali memperhatikan letak halte dan situasi sekitar jalan menuju rumah Reygan.
Tanpa disadari Alisa, lelaki disampingnya ini diam-diam melirik ke arahnya sesekali, sampai akhirnya mereka tiba di depan rumah bergaya minimalis modern dengan desain yang cenderung maskulin di sebuah cluster perumahan mewah.
Tanpa berbicara sedikitpun, Reygan turun dari mobil, membuka pintu dengan menempelkan jarinya.
Alisa yang sudah tau seperti apa sikap suaminya itupun langsung mengikuti Reygan dalam diam sambil membuka pintu bagasi membawa koper berisikan pakaiannya.
"Tempelkan jarimu di sini." Ujar Reygan singkat.
Tanpa babibu lagi Alisa menempelkan ibu jari dan kelima jarinya secara bergantian agar pintu pintar itu dapat merekam sidik jarinya.
Setelah proses pendaftaran sidik jari di smart door selesai merekapun masuk ke dalam rumah.
Alisa terpesona melihat desain interior rumah suaminya yang sangat nyaman. Rumah tingkat dua lantai tidak terlalu besar, namun juga tidak terlalu sempit. Ada 1 kamar di lantai bawah berhadapan langsung dengan backyard yang tertata apik oleh tanaman. Desain Dapur dan ruang makan semi Outdoor sangat memanjakan matanya.
Reygan menuju lantai dua, diikuti oleh Alisa dibelakangnya. Dan Lisa makin terpesona saat menaiki separuh tangga terdapat lantai mezanine yang difungsikan sebagai ruang baca yang lumayan luas dan nyaman dengan sofa yang menempel langsung dengan jendela.
Tak berlama lama Mengagumi ruang baca tersebut, Alisa mulai lagi membuntuti Reygan menaiki tangga selanjutnya menuju lantai dua.
Ada 3 kamar di lantai 2. Reygan membuka pintu salah satu kamar, dan menyuruh Alisa masuk ke dalamnya.
Alisa langsung menebak bahwa itu adalah kamarnya, dilihat dari desain yang cenderung feminim, terdapat 1 queen bed dari kayu bercat duco putih, dengan sprei floral bernuansa pastel.
Ada juga lemari baju yang cukup besar menjulang dari lantai hingga ke langit-langit kamar, dengan satu sisi pintunya full dengan cermin, tak lupa juga dengan vanity table yang menyatu dengan meja kerja membentuk letter L.
"Terimakasih." Ucapnya yang hanya didengar Reygan tanpa adanya balasan. Lelaki itu langsung pergi meninggalkan Alisa menuju salah satu pintu yang diyakini Alisa sebagai kamar suaminya.
"Huuuft." Alisa menghembuskan nafasnya lega, akhirnya dia bisa sedikit bebas sekarang, tidak harus sekamar lagi dengan suami dinginnya itu. Kadang ia merasa tidak nyaman berdua dengan suaminya dalam satu ruangan, Walau selama ini mereka tidak melakukan apapun, dan saat tengah malam tiba Reygan selalu pindah ke kamar sebelah tanpa sepengetahuan siapapun.
***
Perut Alisa mulai keroncongan saat ia membaca buku di ruang baca. Kakinya mulai melangkah menuju dapur. Ditelusurinya lemari pendingin berukuran jumbo itu, dan untungnya ada beberapa bahan masakan yang sudah tersedia.
Gadis itupun langsung mengeksekusi bahan makanan yang dipilihnya. Satu persatu sayur sudah dipotongnya, tiba-tiba ia berhenti sejenak. Bagaimana dengan suaminya? Apakah dia mau memakan masakannya? Pikir Alisa.
"Tau ah, kubuat dua porsi saja, siapa tau pak Reygan kelaparan." Batinnya.
Hampir satu jam Alisa berkutat dengan masakannya, kali ini dia membuat tumis brokoli tofu dengan daging cincang dan juga steak ayam.
Sebelum mulai mengambil nasi, ia menghampiri kamar Reygan. Diketuknya pintu dan baru direspon saat ketukannya yang keempat.
Reygan menampakkan dirinya setelah pintu terbuka dengan tatapannya yg tajam.
"Em, itu. Makan siang sudah siap. Apa mas Rey mau makan?" Ucap Alisa terbata.
"Aku gak lapar." Jawab suaminya singkat dan hendak menutup pintu, tapi dengan gerakan cepat Alisa mencegahnya.
"Maaf mas Rey, setelah makan siang, apa boleh aku keluar menjenguk Papa? Hari ini aku cuti bekerjaku di restoran sudah habis, sekalian aku mau ijin pulang malam setelah bekerja." Ujarnya lagi.
"Terserahmu saja." Ucap Reygan sambil lalu menutup pintu.
Alisa hanya bisa tersenyum miris menghadapi lika liku rumah tangganya.
***
"Oh my God!! Hosh, hosh" Jauh amat ini halte dari rumah." Alisa menjatuhkan dirinya di bangku halte yang keras. Wajahnya merah berkeringat. Sesekali ia menyeka keringatnya dengan tissue sambil mengatur nafasnya. Dilihatnya ada penjual minuman di dekat halte, iapun langsung membeli dan air sebotol besar itupun langsung diminumnya sampai habis tak bersisa.
"Jauh amat itu rumah dari peradaban." Ucap Alisa sambil sesekali mengatur nafasnya.
Saat mengafalkan arah di mobil tadi, ia merasa jaraknya tidak terlalu jauh, namun saat ia nekat berjalan kaki dari rumah Reygan ke halte ia merasakan jarak yang sangat amat jauh, belum lagi ia haris setengah berlari karena lingkungan cluster elit yang sangat sepi dan banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon besar yang rindang.
Bus yang ditunggunya datang, iapun langsung berdiri mamesuki bus tersebut walau tenaganya masih belum pulih sepenuhnya.
***
"Bagaimana kabar suamimu Lis? Apa kalian baik-baik saja?"
Alisa hanya tersenyum saat pertanyaan itu meluncur dari Papanya. Saat ini ia berada di kamar rawat inap Yohan. Baru dua hari ayahnya menempati kamar ini karena sebelumnya masih menempati ruang perawatan intensive pasca operasinya.
"Baik pa, mereka sangat baik pada Alisa." Jawab Alisa akhirnya.
"Dua minggu lagi, operasi kedua papa dijadwalkan. Mulai sekarang, papa harus jaga kondisi ya." Ucapnya kemudian yang langsung diberi anggukan pelan olwh Yohan.
***
Dengan sedikit berlari, Reygan menuruni anak tangga rumahmya.
Saat langkahnya melawati meja makan, dilihatnya sejenak beberapa makanan berjejer berada di dalam container-container transparan.
Ia mengamati masakan Alisa yang sudah tersaji untuknya. Tangannya mulai terulur akan membuka tutupnya, Namun, ponselnya berdering.
"Iya sayang, ini aku mau berangkat, tunggu ya."
Ucapnya kemudian sambil melangkahkan lagi kakinya keluar rumah, menaiki mobilnya yang langsung melesat dengan kencang.