"Kalau gitu ini, ini, ini, lalu itu semua akan kubeli untuk menantuku yang cantik." Ucap bu Ambar semangat kepada pramuniaga toko.
Alisa langsung kelabakan. "Ma, cukup dress saja, Alisa masih punya banyak baju di rumah." Ucap Alisa panik, ia memang tidak terbisa memakai pakaian dan barang branded walaupun hidup serba berkecukupan dulunya.
Ia lebih suka menggunakan sesuatu yang nyaman, tidak berlebihan, dan berfungsi dengan baik.
"No Alisa, mbak, tolong yah ini semua." Ucap bu Ambar ke pramuniaga.
"Ma, bagaimana kalau Alisa mau yang ini dan yang ini saja, dan juga dress ini yang Alisa pakai." Balas Alisa sambil mengambil dua buah dress pilihan Bu Ambar yang ada di tangan pramuniaga. "Nanti, kalau baju Kemeja dan Kaos Alisa sudah ada yang tidak layak pakai,kita bisa belanja lagi." Ucap Gadis itu yang kemudian disetujui oleh mertuanya.
"Okey sayang kalau itu mau kamu. Sekarang kita cari tas dan sepatu untukmu." Ucap bu Ambar kemudian sebelum bergerak menuju kasir untun membayar.
Keadaan Gak jauh berbeda saat mereka berada di butik tas brand ternama yang harganya bisa dipakai untuk DP rumah. Bu Ambar dengan kalapnya memilihkan tas untuk Alisa, sedangkan Alisa berusaha untuk mengerem keinginan bu Ambar. Dan lagi-lagi bu Ambar mengalah dan hanya membeli satu tas dan sepatu sesuai keinginan Alisa.
Satu lagi yang membuat Reygan terkejut. Alisa bukanlah gadis yang gila akan barang branded. Bahkan saat dia dihadapkan dengan tumpukan barang mewah itu yang bisa saja dia borong saat ini juga.
Entah itu sifat aslinya atau hanya akal-akalan gadis itu saja, tapi ada sesuatu yang membuat Reygan yakin itu adalah murni sifat istrinya. Sangat berbeda sekali dengan kekasihnya yang selama ini terlalu boros bagi Reygan, sehingga ia harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kekasihnya.
Andai ini adalah Carina, pasti dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan seperti ini dengan memborong seisi butik. Pikirnya
***
"Mama dan mas Reygan duluan saja ke mobil, Alisa ijin ke tolilet dulu ya." Ucap Alisa saat mereka berjalan beriringan di area parkir.
Alisa, segera mempercepat langkahnya masuk kembali ke dalam pusat perbelanjaan setelah mendapat anggukan dari Bu Ambar.
Ia berjalan menuju salah satu restoran siap saji, membeli empat porsi bento.
Setelah menerima pesanannya, Alisa dengan cepat melangkahkan kakinya keluar Mall. Saat di dalam butik tas, Alisa Tak sengaja ia melihat dari kaca toko yang langsung terhubung pemandangan ke jalan raya, ada dua orang anak kecil sedang berjualan di seberang. Dan disinilah Alisa sekarang, membeli dagangan anak kecil itu lalu memberikan bungkusan bento untuk mereka makan yang langsung disambut riang dan ucapan terimakasih dari kedua anak tersebut.
***
"Rey, coba deh kamu cari Alisa, dari tadi kok belum kembali. Mama takut dia kenapa-kenapa."
Reygan melihat sekilas raut khawatir mamanya dari spion tengah mobil. Saat ini dia berada dibalik kemudi mobil mamanya, sedangakan supirnya diminta untuk membawa mobil Reygan mengingat mereka berangkat secara terpisah.
Tanpa babibu Reygan membuka pintu mobil dan melangkah masuk ke dalam Mall. Dicarinya istrinya di tiap lorong toilet, tapi tidak ada. Sampai akhirnya ia melihat sosok istrinya keluar dari salah satu restoran cepat saji dan ia mulai membuntuti gadis itu.
Dilihatnya Alisa keluar dari pintu dengan terburu-buru, Reygan mengikutinya sampai kelur dari pelataran Mall, lalu menyebrang dan lagi-lagi Reygan dibuat terkejut oleh istrinya.
Tanpa sengaja senyum hangat muncul di bibir Reygan melihat interaksi Alisa memberikan sesuatu untuk kedua anak penjual donat di jalan.
Reygan memutuskan untuk kembali ke mobil sebelum Alisa mengetahuinya membuntuti hadis itu diam-diam, dan tak lama setelah ia kembali, Alisa datang dengan permintaan maaf yang terus terucap dan 'antri toilet' kali ini yang menjadi alasan yang diberikan kepada mamanya, mengapa ia lama kembali.
***
Setelah makan malam dan bercengkerama singkat dengan mama mertuanya di lantai bawah, ia memutuskan kembali ke kamar Reygan untuk mengerjakan tugas.
"Cklek," setelah pintu terbuka, matanya menyusuri keadaan di dalam kamar. Dilihatnya Reygan sedang sibuk dengan tumpukan paper yang diyakini Alisa adalah tugasnya dan para mahasiswa. Tanpa suara, Alisa melanjutkan langkahnya mengambil ponsel miliknya di salah satu nakas samping ranjang. Ia lalu menuju sofa kecil, mengambil tasnya dan hendak melangkah keluar.
"Mau kemana kamu?!" Tiba-tiba suara berat khas suaminya memecahkan keheningan.
"Aku, mau pindah ke kamar sebelah. Pak Reygan nanti tidur di sini saja." Ucap gadis itu ragu.
"Kembali!" Perintah suaminya.
"Hah?" Bukannya kembali, Alisa malah menampakkan wajah bingungnya. Reygan menghentikan pekerjaannya dan kini menatap Istrinya yang bingung diambang pintu.
"Kembali masuk, daripada kita berdua mendengar ocehan Mama kalau kamu nekat pindah kamar." Ucapnya dingin.
"Tapi…."
"Tetap di sini, atau Mama akan semakin mengatur hidup kita kalau sampai tahu kita tidur di kamar terpisah." Ucap lelaki itu final.
"Tidurlah di sini, anggap aku tidak ada. Nanti tengah malam aku yang akan pindah ke kamar sebelah agar tidak ada yang melihat." Ucap Reygan kemudian.
"Terimakasih." Balas gadis itu.
Alisa lalu mengurungkan niatnya untuk membuka pintu kamar. Ada benarnya juga ucapan suaminya.
Ia segera melangkahkan kakinya menuju sofa, dan mulai membuka laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliah.
Beberapa jam berlalu, Reygan telah menyelesaikan pekerjaannya, ia lalu memperhatikan sekitar dan tatapannya terfokus pada Alisa yang sibuk dengan laptopnya. Ia lalu menuju ranjang besarnya. Direbahkannya tubuhnya ke ranjang.
Ia pejamkan mata sejenak sebelum memandang langit-langit kamar. Dialihkannya pandangan menuju arah sofa tempat istrinya duduk. Diamatinya lekat-lekat wajah istrinya dengan berbagai ekspresi yang masih fokus berkutat dengan tugas-tugasnya.
Alisa yang mulai risih dengan rambut panjangnya, kini melakukan gerakan hendak menggulung rambutnya ke atas kepala. Tanpa gadis itu sadari, ada sepasang mata suaminya yang memandangnya lekat-lekat, melihat setiap pergerakan gadis itu. Tangan mulusnya yang mengumpulkan helaian rambut menjadi satu, lalu mengarahkannya ke atas kepala, memutar karet di pergelangan tangannya, menampakkan dada gadis itu mengikuti ritme pergerakan tangannya.
Tiba-tiba hasrat lelaki Reygan bangkit melihat leher jenjang nan mulus milik istrinya terekspos dan belahan piyaman Alisa yang sedikit rendah memperlihatkan sedikit lekukan dada gadis itu yang tidak lagi tertutup rambut panjangnya. Leher Reygan tanpa sengaja naik turun menelan ludahnya sendiri.
Alisa yang merasa diperhatikan pun mulai mengalihkan pandangannya dari layar laptop, seketika pandangan mereka berdua bertemu. Satu detik, dua detik, sepuluh detik. Pada akhirnya Alisa yang memecahkan keheningan.
"Bapak belum tidur? Apa mau kubuatkan kopi? Teh?" Ucapnya polos yang dijawab gelengan oleh Reygan dan lelaki itu merubah posisi menjadi memunggunginya.
Alisa mengerucutkan bibirnya melihat perlakuan suaminya itu. "Dasar orang Aneh" batinnya.
Sementara itu, Reygan berusaha meredamkan hasratnya dengan memejamkan mata dan tidak melihat lagi ke arah gadis itu.